Batu giok dan Presiden Tiongkok

Kaligrafi Mandarin dari “fonttopng.com“. Foto : Oiwan Lam.

Istilah Bahasa Tionghoa untuk giok (jade) atau “Fei Cui” (翡翠) telah digunakan oleh warga Tionghoa yang diasingkan di luar negeri, sebagai ekspresi kritis bagi Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam beberapa tahun terakhir ini. Tren ini tampaknya akan terus berlanjut karena para aktivis politik Tiongkok baru seja meluncurkan “Jade campaign“, sebuah kampanye online yang bertujuan untuk melawan pemimpin tertinggi tersebut.

Berdasarkan Analytical Dictionary of Chinese Characters, awalnya Fei Cui merujuk kepada kata yang menggambarkan burung yang disebut Burung Bulu Hijau (青羽鳥), Fei adalah sebutan untuk burung jantan, sedangkan Cui adalah burung betina. Kemudian, Fei Cui diasosiasikan dengan  giok, batu berharga yang melambangkan status bangsawan, kekayaan pembawa keberuntungan dalam budaya tradisional Tionghoa.

Berdasarkan struktur dan komponist, karakter “Fei” terdiri dari 2 bagian, sebuah morfem yang menandakan arti dari kata tersebut dan komponen fonetik yang menandakan pelafalan karakter tersebut. Bagian fonetik, Fei (非), berada di bagian atas. Akan tetapi, karakter Fei (非) dapat juga berarti ‘salah’, ‘negatif’ atau ‘negasi’ arti karakter itu sendiri. Bagian bawah dari komponen fonetik, Yu (羽), mengandung arti bulu.

Karakter “Cui” (翠) juga memiliki struktur yang sama. Arti karakter tersebuh ditandai oleh “Yu” (bulu-bulu), yang diletakkan di atas, sementara komponen fonetik “Zu” 卒 berada di posisi lebih rendah. “Zu” menyampaikan arti infanteri atau kematian ketika komponen tersebut berdiri sendiri.

Karena kedua karakter tersebut memiliki arti negatif dan memilili morfem Yu (羽 bulu-bulu) dibentuk dari karakter Mandarin yang disederhanakan yaitu “Xi” (习), yang merupakan nama keluarga Presiden Tiongkok Xi Jinping, orang-orang Tiongkok yang diasingkan di luar negeri telah sukses menginterpretasikan istilah “Fei Cui” (batu giok) menjadi menegasikan karakter “Xi” yang artinya kematian bagi Xi.

The China Digital Times mencatat bahwa pada tahun 2020, sejumlah netizen Tiongkok menggunakan tagar “Qi Cui” (祈翠), yang secara literal diterjemahkan menjadi “Pray for Jade“, untuk mengutuk pemimpin tertinggi. Sejak saat ini, warga Tiongkok yang diasingkan di luar negeri melaporkan bahwa penggunaan kata “Cui” telah disensor di media sosial Tiongkok dan permainan daring, biarpun klaim terse but belum berhasil diverifikasi.

Arti politis dari Jade (batu giok – Fei Cui) menjadi semakin populer karena para penduduk Tiongkok yang terasing di luar negari berusaha untuk melawan kampanye Xi Jinping yang hendak mencalonkan kembali dirinya menjadi presiden para pertemuan musim panas Partai Komunis Tiongkok mendatang di Beidaihe.

“Jade campaign” ini adalah salah satunya. Kampanye daring menghantam Xi Jinping untuk membawa Tiongkok ke dalam situasi politik, ekonomi dan hak asasi manusia yang semakin memburuk dan mendesak netizen Tiongkok untuk melakukan protes melawan Xi dengan menggunakan tagar #downXi dan #JadeCampaign.

Mulai Percakapan

Relawan, harap log masuk »

Petunjuk Baku

  • Seluruh komen terlebih dahulu ditelaah. Mohon tidak mengirim komentar lebih dari satu kali untuk menghindari diblok sebagai spam.
  • Harap hormati pengguna lain. Komentar yang tidak menunjukan tenggang rasa, menyinggung isu SARA, maupun dimaksudkan untuk menyerang pengguna lain akan ditolak.