Pengalihan Isu Besar-Besaran Menggunakan Aksara Kazakhstan

Huruf latin Kazakhstan yang digunakan pada era Soviet sebelum diubah ke huruf kiril. Bahasa ini juga ditulis dengan huruf arab di masa lalu. Gambar domain publik dari tahun 1924.

Seiring dengan pergumulan dengan masalah kesehatannya dan ekonomi yang melambat, Presiden otoriter Nursultan Nazarbayev yang berusia 76 tahun, semakin tertarik membuat pengumuman besar dan perombakan kebijakan-kebijakan.

Ini adalah suatu kenyataan pada tanggal 12 April baru-baru ini ketika dia memerintahkan pihak otoritas untuk mempersiapkan pergantian dari aksara Kiril (Sirilik) ke Latin. Pergantian akan dimulai pada akhir tahun dan rampung tahun 2025.

Inisiatif tersebut adalah bagian dari strategi Nazarbayev untuk membuat Kazakhstan salah satu dari 30 negara maju di dunia. Dalam artikelnya yang diterbitkan di surat kabar nasional Kazakhstan “Егемен Қазақстан” (Kazakhstan Merdeka) dia menuliskan bahwa pergantian ke alfabet latin memiliki “logika yang dalam” dan akan membantu mengadaptasikan ke “teknologi dan komunikasi kontemporer serta perkembangan sains dan edukasi di abad 21″.

Beberapa mengartikan pergantian ini sebagai cara untuk mengembangkan bahasa Kazakhstan yang berdasarkan pada rumpun bahasa Turkik, yang sering dibayang-banyangi oleh Rusia di kehidupan publik. Pengguna Facebook Tolegen Baitukenov, misalnya berpendapat bahwa Latinisasi lebih cocok untuk Kazakh dan akan membantu orang asing untuk mempelajarinya dengan lebih mudah:

Sangat bagus jika kita berganti ke alfabet Latin dikarenakan bahasa Kazakh sangat berbeda dengan bahasa Rusia. Aksara Latin akan membantu penutur-penutur non-Kazakh mempelajarinya dengan lebih cepat dengan menyadari bahwa bahasa tersebut adalah bahasa asing karena ia sangat berbeda dengan Kiril Rusia.

Sebagian melihatnya sebagai penjauhan dari apa yang Presiden Rusia Vladimir Putin sebut “Dunia Rusia” (Русский мир) yang memasukkan negara-negara seperti Kazakhstan, sesuatu yang Nazarbayev tegaskan bukanlah demikian.

Namun banyak yang melihat bahwa kedua hal ini sebagai sebuah pemborosan dana yang saat ini  terbatas.

Lawan lama Nazarbayev di pengasingan, bankir buronan Mukhtar Ablyazov menjelaskan  pandangnya dalam sebuah postingan yang disukai oleh hampir 500 orang:

Saya melihat bahwa banyak orang yang lebih peduli dengan berita pergantian ke aksara Latin dibanding dengan korupsi oleh pejabat-pejabat tingkat atas, standar hidup yang rendah atau absennya peraturan judisial di Kazakhstan. Terdapat banyak masalah negara yang harus diatasi segera. Milyaran dolar akan dihabiskan untuk rekonstruksi sistem pendidikan. Bagaimana pergantian alfabet dapat menyelesaikan masalah pada sistem pendidikan kita? […] Semua bahasa di dunia telah diintegrasikan ke dalam komputer modern — bahkan hieroglif. Bahasa Tionghoa, Jepang dan Korea tidak akan mengganti aksara mereka untuk lebih dapat beradaptasi pada tantangan kontemporer.

Lihat ke arah sana, sekarang!

Ablyazov yang telah berkeinginan untuk meruntuhkan pemerintahan dan yang telah diadili karena penipuan besar-besaran di Kazakhstan, juga menjelaskan pada postingannya bahwa pemerintah secara berkala menggunakan pengumuman seperti ini untuk “mengalihkan perhatian dari permasalahan anyar”.

Pengguna media sosial Kazakh paham betul strategi yang digunakan. Pada bulan Maret, seorang legislator — bukan untuk pertama kali — mengangkat isu tentang perubahan nama dari ibukota Astana dan “berbagai objek-objek penting negara lainnya” menjadi Nazarbayev, sementara pemerintah sedang mempersiapkan penyuntikan dana sebesar US$3,4 milyar kedalam sektor perbankan negara yang kalut. Komentar legislator tersebut menjadi buah bibir, sementara berita bailout ditelantarkan.

Senada dengan itu, pengguna Facebook Zhanara Akhmet menulis bahwa rencana panjang perubahan aksara mungkin akan dipercepat sebagai pengalihan isu inisiatif pemerintah yang tidak disukai masyarakat. Khususnya, tegas Akhmet, para legislator telah kembali mendiskusikan masalah RUU Peraliihan Fungsi Lahan yang ditangguhkan akibat adanya protes anti pemerintah besar-besaran yang sempat terjadi.

Di penjuru Asia Tengah lainnya, dua negara paling otokratis di wilayah tersebut, yakni Uzbekistan dan Turkmenistan, telah mengimplementasi perubahan dari aksara Kiril (Sirilik) ke Latin jauh-jauh hari sebelumnya dan meraup beberapa keuntungan nyata.

Jurnalis Uzbekistan Daniil Kislov yang meredaksi website populer Fergana News yang berfokus pada Asia Tengah menulis di blog untuk Kazakhstan “untuk tidak mengulang kesalahan yang sama” yang dibuat oleh pemerintah mereka:

Masa transisi akan sangat lama, mahal dan menyakitkan, dikarenakan ia akan menghabiskan banyak sumber finansial, kekuatan emosi dan intelektual dari masyarakat, sehingga efek bersejarah dan budaya dari aksara Latin akan menjadi tidak efektif.

Ucapan tersebut sepertinya akan tidak diindahkan, namun, begitulah langkah peninggalan yang diinginkan oleh dia yang disebut ‘Pemimpin Negara’ tahun 2010.

Dengan kontribusinya kepada negara yang telah dikenal dan dengan adanya taman, sekolah, universitas, film dan buku yang didedikasikan untuknya, nama ‘Назарбаев’ telah tercatat di dalam sejarah Kazakhstan. Sekarang orang kuat tersebut akan melihatnya ditulis ‘Nazarbayev’.

Mulai Percakapan

Relawan, harap log masuk »

Petunjuk Baku

  • Seluruh komen terlebih dahulu ditelaah. Mohon tidak mengirim komentar lebih dari satu kali untuk menghindari diblok sebagai spam.
  • Harap hormati pengguna lain. Komentar yang tidak menunjukan tenggang rasa, menyinggung isu SARA, maupun dimaksudkan untuk menyerang pengguna lain akan ditolak.