Masyarakat Lokal Bersuka Cita Saat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Direncanakan Aktif Kembali

Selasa, 6 Juni, Kansai Electric Power Company mengaktifkan kembali Reaktor No. 3 di fasilitas pembangkit listrik nuklirnya di Takahama, Prefektur Fukuisekitar 75 kilometer sebelah utara Kyoto di Jepang Tengah.

Ini adalah reaktor nuklir kedua yang akan diaktifkan kembali di Takahama, seluruhnya menjadi lima reaktor yang diaktifkan kembali di seluruh Jepang setelah ditutup menyusul “tiga bencana  beruntun” (gempa bumi, tsunami, dan bencana nuklir) yang melanda Jepang pada bulan Maret 2011.

Sebelumnya pada bulan Meireaktor keenam di Oi, kota tetangga Takahama, juga menerima lampu hijau untuk diaktifkan kembali. Pengaktifan kembali reaktor nuklir di Fukui merupakan berita baik bagi komunitas kecil tuan rumah yang terpencil secara geografis dan ekonomi.

Namun, penduduk di salah satu wilayah berpenduduk paling padat di Jepang yang berada di sebelah selatan pembangkit itu mengkhawatirkan potensi bencana nuklir besar di masa mendatang.

Ketika tsunami besar pada tanggal 11 Maret 2011 memicu krisis nuklir di prefektur Fukushima pesisir, 54 reaktor nuklir ditutup di seluruh Jepang. Kebocoran dan pelepasan isotop radioaktif PLTN di Fukushima menunjukkan lemahnya protokol pengelolaan bencana di Jepang. Saat instalasi nuklir diperiksa satu per satu, beberapa pembangkit seperti pembangkit di Hamaoka, yang berada di pantai Pasifik Jepang, ditutup karena bahaya dari tsunami atau karena adanya patahan gempa yang aktif.

PLTN lainnya masih ditutup karena tuntutan di pengadilan oleh warga yang mengkhawatirkan konsekuensi bencana dari kecelakaan nuklir di masa mendatang. Perintah penutupan kompleks nuklir Takahama dibatalkan oleh keputusan pengadilan yang lebih tinggi di tahun 2016, membuka jalan untuk pengaktifan kembali PLTN tersebut di bulan ini, sementara tetangganya yaitu PLTN Oi masih menghadapi tuntutan pengadilan lain yang bertujuan untuk tetap menutupnya.

Saat ini, beberapa warga Oi gembira karena PLTN tersebut akan kembali beroperasi. Dalam artikel tanggal 25 Mei dengan judul Persetujuan Oi: ‘Kami Berjuang Untuk Mengembalikan Hidup Kami,’ Begitu Menurut Penduduk Lokal yang Merayakannya,” koran lokal Fukui Shimbun menghimpun tanggapan dari penduduk lokal mengenai berita pengaktifan kembali reaktor tersebut.

おおい町商工会の荒木和之会長(63)は「これで一歩前進ですね」と審査合格の知らせを喜び、「民宿や小売業など地元経済が良くなってくれれば」と消費増へ期待を込める。

Araki Kazuyuki (63), kepala Kamar Dagang Oi mengatakan, “Ini adalah satu langkah maju yang kecil,” dan dia mengungkapkan kebahagiaannya tentang keputusan pengaktifan kembali itu. “Saya harap pengaktifan kembali ini akan membantu pelaku bisnis perhotelan lokal dan usaha kecil lainnya yang merupakan bagian dari ekonomi lokal.” Dia mengharapkan adanya peningkatan pelanggan di wilayah ini.

Penutupan semua reaktor di seluruh Jepang sangat merugikan banyak masyarakat lokal dimana PLTN merupakan tulang punggung ekonomi. Di wilayah pesisir Prefektur Fukui seperti Oi dan Takahama, tidak ada aktivitas industri lain. Perkembangan PLTN selama lima puluh tahun terakhir telah menghasilkan sejumlah industri sekunder. Perusahaan konstruksi diperlukan untuk pemeliharaan PLTN, dan asrama yang dioperasikan secara pribadi serta penginapan lainnya telah tumbuh untuk melayani pekerja di pembangkit tersebut.

Selain itu, perusahaan tenaga nuklir membayar miliaran dolar untuk pajak dan subsidi kepada pemerintah daerah. Penurunan pendapatan drastis amat berdampak bagi wilayah tuan rumah.

Akibatnya, menurut Fukui Shimbun, beberapa penduduk Oi gembira atas pengaktifan kembali PLTN:

主婦の60代女性は「原発は町の活性化のために誘致したもの。動かさないともったいない」とも。

Seorang ibu rumah tangga berusia enam puluhan mengatakan, “Kami mengundang pembangkit listrik tenaga nuklir ke wilayah kami (empat puluh tahun yang lalu) untuk merevitalisasi perekonomian kami. Tidak masuk akal jika kami menelantarkan pembangkit-pembangkit listrik nuklir itu.”

Lima puluh tahun yang lalu, ketika PLTN pertama kali direncanakan, wilayah tersebut yang dikenal sebagai “bagian belakang Jepang“, sebagian besar tidak memiliki infrastruktur dasar yang dibangun selama keajaiban ekonomi Jepang. Bagi banyak orang, PLTN merupakan kemajuan dan lowongan pekerjaan:

70代男性は原発誘致により、大島半島への陸路ができたことに触れ「原発によって町が活性化した。再稼働すればさらなる雇用が望めるのでは」と期待を寄せた。

Seorang pria berusia tujuh puluhan, ketika ditanya mengapa dahulu Oi mengundang pendirian PLTN di Oi, dia mengatakan, sembari menyebutkan jalan yang telah dibangun, bahwa, “Kota kami sangat berubah karena adanya PLTN. Jika mereka mengaktifkan kembali (PLTN Oi) saya berharap mereka mulai merekrut tenaga kerja lagi.”

Tetangga yang tidak gembira

Meskipun demikian, tidak semua orang gembira. Mikazuki Taizo, Gubernur Prefektur Shiga, yang wilayahnya merupakan bagian zona evakuasi seluas 30 km yang mencakup lima instalasi nuklir di bagian utara Prefektur Fukui, menyampaikan dalam sebuah pernyataan: “Mengingat penduduk Shiga masih sangat khawatir dengan keamanan PLTN, kami belum siap menerima pengaktifan kembali.”

Gubernur Shiga: “Kami belum bisa menerima pengaktifan kembali.” Reaktor No. 3, No. 4 Oi beroperasi kembali.

Bukan hanya masalah evakuasi penduduk Prefektur Shiga yang mengkhawatirkan Mikazuki. Danau Biwa, yang memasok air minum untuk penduduk Shiga serta hampir 15 juta orang di wilayah Kansai yang berpenduduk padat di Jepang kemungkinan akan tercemar karena kecelakaan nuklir – beberapa hari setelah bencana nuklir Fukushima di bulan Maret, reaktor yang rusak mengeluarkan isotop cesium radioaktif di seluruh wilayah sekitar PLTN.

nuclear reactors near kyoto

Lokasi reaktor nuklir di dekat Danau Biwa dan Kansai yaitu daerah padat penduduk di Jepang. Titik-titik kuning menunjukkan fasilitas nuklir; kota Kyoto berada di tengah peta, Kobe, dan Osaka ada di bawahnya. Gambar ini banyak dibagikan di media sosial.

Seorang penduduk Prefektur Shiga berkicau bahwa dia tidak dapat memahami kebutuhan dari pengaktifan kembali PLTN. Dia menunjukkan bahwa konsumsi listrik sangat turun di Jepang selama empat musim berturut-turut karena penggunaan listrik tertinggi di Jepang disebabkan kebutuhan AC dalam menghadapi musim panas terik di Jepang.

Apakah mereka benar-benar akan mengaktifkan kembali PLTN? Kansai Electric Power Company tidak harus mengaktifkan kembali pembangkit listrik tenaga nuklir – kita memiliki cukup pasokan listrik. Pembangkit listrik di Takahama dan sebagainya cukup dekat dengan daerah Shiga-Kyoto, tempat saya tinggal. Saya menentangnya.

Judul artikel: Wilayah Kansai diterangi PLTN untuk pertama kalinya dalam empat tahun. Namun, sepertinya pasokan listrik cukup tersedia (tanpa tenaga nuklir).

Dia juga menunjukkan bahwa jutaan orang berisiko karena PLTN.

Jika terjadi kecelakaan di PLTN Takahama, Danau Biwa akan tercemar dan akan menjadi ancaman besar bagi penduduk di sini. Bukan hanya penduduk Prefektur Shiga. Penduduk di Kyoto dan Osaka yang mengandalkan Danau Biwa untuk air minum akan terdampak.

Karena kita memiliki pasokan listrik yang cukup tanpa tenaga nuklir, saya tidak mengerti mengapa kita membutuhkan reaktor nuklir untuk diaktifkan kembali. Menurut saya itu hanya untuk keuntungan kelompok tertentu.

Politisi bernama Fukushima Mizuo, dari Partai Sosial Demokrat Jepang, juga ikut memberikan komentar pada akhir bulan Mei, setelah keputusan pengaktifan kembali reaktor Oi:

Saya tinggal di Prefektur Shiga. Saya menghabiskan malam di tepi Danau Biwa. Danau itu sangat indah. Danau itu mengembalikan semangat saya. Setiap kali saya datang ke Shiga, pikiran saya tertuju ke Danau Biwa, jadi saya sangat yakin bahwa kita harus meninggalkan tenaga nuklir.

Mulai Percakapan

Relawan, harap log masuk »

Petunjuk Baku

  • Seluruh komen terlebih dahulu ditelaah. Mohon tidak mengirim komentar lebih dari satu kali untuk menghindari diblok sebagai spam.
  • Harap hormati pengguna lain. Komentar yang tidak menunjukan tenggang rasa, menyinggung isu SARA, maupun dimaksudkan untuk menyerang pengguna lain akan ditolak.