Sri Lanka: Kontroversi Akon

Akon performing in a concert. Image from Flickr by Celso Tavares via Funchal. Used under a Creative Commons License

Akon dalam konsernya di Via Funchal, Brasil. Foto Flickr ini milik Celso Tavares, digunakan di bawah izin Creative Commons

Anda mungkin bertanya-tanya, reaksi apa yang dapat dipicu oleh sebuah video musik? Video Sexy Chick, Akon, penyanyi-penulis lagu R&B (lahir dengan nama Aliaune Badara Akon Thiam), menampilkan sekelompok wanita dengan berpakaian minim menari di pesta kolam renang di depan patung Budha, memancing kemarahan masyarakat di Sri Lanka. Patung tersebut tampil sebagai latar belakang video selama beberapa detik, buram, nyaris tak terlihat.

Akon dijadwalkan mengunjungi Sri Lanka bulan dalam rangka tur konsernya. Beberapa hari lalu diperkirakan 200 orang berkumpul di luar kantor Maharaja, Stasiun TV promotori konser, dan melemparii batu dan  akhirnya mencederai empat orang serta merusak bangunan stasiun TV.

Situs berita Perambara melaporkan:

“Tentangan yang dilayangkan secara online kepada konser yang dimulai dalam bentuk kelompok Facebook, kini telah menembus angka 13.000 pendukung, selain itu dukungan dalam bentuk rantai surel dan pos blog juga beredar. Tentangan lisan berubah sengit pada 22 Maret, ketika kantor Capital Maharaja, diserang massa. Poster yang ditinggalkan di TKP menunjukan bahwa motif serangan adalah rencana konser Akon.”

Insiden tidak berhenti sampai di sana, menurut laporan berita beberapa biksu Budha  menemui pemerintah Sri Lanka dan mendesak mereka untuk menolak Akon tanpil di Sri Lanka. Pemerintah Sri Lanka kemudian menolak permohonan visa Akon, dengan alasan: “gambar video kontroversial, lirik lagu yang ofensif dan protes kuat datang dari berbagai kelompok budaya, agama dan ormas-ormas lainnya di negara ini”

Akon mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa dia tidak sadar akan keberadaan patung tersebut dan tidak bermaksud untuk menyinggung (siapapun).

Insiden ini menjadi topik hangat blogosfer Sri Lanka.

Indrajit Samarajiva di Indi.ca menganggap bahwa video  tersebut menjengkelkan namun dia  mengkritik aksi penyerangan:

Jika Anda ingin membela agama Buddha seseorang mungkin mempraktekan ajarannya. Daripada mengobrol di Facebook atau (diduga) melemparan batu-batu, yang artinya Anda melibatkan sedikit orang duduk tenang sendiri.

Dee dalam blog A Collision of Ideas menyayangkan ancaman pembunuhan Akon di Facebook, dan dia menyarankan:

Mungkin kita tenang sedikit, menjaga jarak (terhadap perkembangan insiden) dan melihat hal positif apa yang dapat kita ambil, daripada membunuh dia dan mempermalukan kita semua.

Kalana Senaratne dalam blog Groundviews menamakan hal ini kebangkitan fundamentalisme Budha Sinhala:

Tentunya, jika satu atau dua detik saja menyebabkan kemarahan dan kebencian sedemikian rupa, hal-hal yang lebih serius akan terjadi apabila seluruh video musik menampilkan patung Budha atau wihara didalamnya. Lalu lebih dalam lagi, apakah mereka yang berteriak, menjerit, dan melontarkan batu, termasuk sekelompok biksu sungguh-sungguh merupakan  ‘pengamal agama Budha’?

Mungkin sebagai negara, kita telah mencapai tingkat dimana jenis protes yang tidak jelas yang mengatasnamakan Budha harus ditelaah secara kritis. Hal ini berpotensi menjadi bahaya hebat jika tidak ditelaah (dengan bijak), karena pada nyatanya, kesan yang dikirim keluar oleh mereka yang diam meskipun merasa terganggu oleh protes, dapat diartikan sebagai bentuk pasrah (terhadap aksi kekerasan), sikap pasrah terhadap tiap aksi barbar yang mengatasnamakan agama Budha yang dilakukan hampir oleh para politisi yang bersembunyi dibalik agama.

Narablog Going Global menyampaikan opininya kepada para pembenci Akon di Sri Lanka:

Berbagai tuduhan dilayangkan sejumlah grup para pendukung pembunuhan Akon karena dia telah menayangkan sebuah patung Budha dalam video musikya. Aku mengerti bagaimana hal ini menyinggung;  (video tersebut) menampilkan sekelompok perempuan berpakaian minim menari di dekat ikon suci,  jika seseorang melakukannya di mesjid tentu aku juga akan marah.

Namun mengamuk dan mengancal untuk membunuh dia yang akan tampil di Sri Lanka tidak akan menguntungkan siapapun. Tidak juga menguntungkan warga Sri Lanka.

Narablog A Voice in Colombo bertanya “apakah baik untuk produser video musik, untuk menggunakan patung Budha sebagai latar belakang video itu?” London, Lanka and Drums menjawab pertanyaan itu and mereka-reka apa yang Tuhan dan Budha pikirkan akan hal ini.

The Puppeteer mengatakan hal berikut tentang penolakan visa Akon:

Pemerintah Sri Lanka kelihatannya semakin rajin menolak  permintaan visa. Meskipun inisiden kali ini merupakan tindakan pencegahan alih-alih usaha penyangkalan kebiasaan mereka.

Bagaimanapun juga narablog Puppeteer berharap bahwa Akon akan menjadwalkan ulang penampilannya.

1 komentar

Bergabung dalam diskusi

Relawan, harap log masuk »

Petunjuk Baku

  • Seluruh komen terlebih dahulu ditelaah. Mohon tidak mengirim komentar lebih dari satu kali untuk menghindari diblok sebagai spam.
  • Harap hormati pengguna lain. Komentar yang tidak menunjukan tenggang rasa, menyinggung isu SARA, maupun dimaksudkan untuk menyerang pengguna lain akan ditolak.