Roundups
- November 2016 6 pos
- Oktober 2015 1 pos
- Juni 2015 2 pos
- April 2015 1 pos
- Februari 2015 4 pos
- Januari 2015 1 pos
- November 2014 2 pos
- Oktober 2014 2 pos
- Maret 2014 1 pos
- Agustus 2013 1 pos
- Juni 2013 1 pos
- Mei 2013 1 pos
- April 2013 1 pos
- Maret 2013 1 pos
- September 2012 5 pos
- Agustus 2012 2 pos
- Juli 2012 6 pos
- Juni 2012 6 pos
- Mei 2012 4 pos
- Agustus 2011 5 pos
- Juli 2011 1 pos
- Mei 2011 1 pos
- Juni 2010 1 pos
- Mei 2010 2 pos
- April 2010 3 pos
- November 2009 2 pos
- September 2009 2 pos
- Juli 2009 4 pos
- Juni 2009 5 pos
- April 2009 4 pos
- Maret 2009 12 pos
- Februari 2009 5 pos
Kumpulan Artikel dari Roundups
Semua Negara-negara Terbahagia di Dunia Terletak di Amerika Latin
The happiest (and least happy) countries in the world, ranked http://t.co/4EccwDNBp7
— Quartz (@qz) August 27, 2015
Peringkat negara-negara terbahagia (dan ternelangsa) di dunia
Gallup mewawancarai 150.000 orang dewasa di 148 negara, mengajukan pertanyaan seperti, “Apakah anda tersenyum atau tertawa kemarin?” dan “Apakah anda mempelajari ataupun melakukan sesuatu yang menarik kemarin?” untuk membangun indeks pengalaman positif. Hasilnya sangat mengejutkan sebab negara-negara terdepan dalam kategori emosi positif semuanya berada di bagian Amerika Latin, dari Paraguay hingga Nikaragua, menurut Quartz.
Survei tersebut menggunakan skala 0 hingga 100 dan hasilnya adalah rata-rata indeks pengalaman positif dunia pada tahun 2014 mencapai 71/100—”sama dengan tahun 2013, dan angka tersebut selalu hampir sama sejak tahun 2006.”
Negara dengan nilai emosi positif terendah adalah Sudan (47/100). Tingkat kebahagiaan juga rendah di Tunisia, Serbia, Turki, dan negara lainnya, tentunya semua itu akibat perang dan bentuk ketidakstabilan politik lainnya.
Contohnya, seperti di Bolivia dan El Salvador, ada 59 persen dari responden yang menjawab “ya” pada semua pertanyaan seputar emosi positif dan negatif, dimana menyebabkan adanya nilai “emosional” yang sangat tinggi di negara tersebut.
Perkenalkan, Sam Wakoba dari Blog TechMoran
Asosiasi Blogger Kenya menulis profil Sam Wakoba, yang menggawanngi blog Techmoran. Techmoran meraih penghargaan sebagai Blog Teknologi Terbaik di Kenya tahun ini:
Kami berhasil menemui Sam untuk mendapat informasi lebih lanjut mengenai perjalanan bloggingnya.
Bisakah memberi gambaran tentang Sam Wakoba secara singkat?
Sam Wakoba adalah orang Kenya yang sederhana, rendah hati dan pekerja keras yang berkeinginan untuk memperbaiki kehidupan dengan berbagai cara semampunya. Dia percaya bahwa dengan adanya informasi yang tepat, siapapun dapat diberdayakan untuk menjadi warga negara, pegawai ataupun pebisnis, menjadi seseorang yang lebih baik. Panggilan jiwaku telah kuabdikan pada kehidupan dan waktuku untuk memberdayakan komunitas-komunitas. Ini hanyalah sebuah permulaan.
Darimana asal nama blog Anda? Mengapa dinamai ‘TechMoran’?
Moran adalah seorang prajurit dan pemandu dalam komunitas Maasai, dan di dalam teknologi ‘ kami ingin melindungi ekosistem teknologi lokal kami; juga memberi petunjuk kepada orang orang yang baru mengenalnya. Media internasional meliput teknologi Afrika tidak secara komprehensif. Mereka lebih fokus pada perusahaan yang didukung oleh lembaga swadaya masyarakat skala internasional. Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa ada inovasi setiap hari di Afrika, yang bertujuan melindungi seluruh ekosistem.
Bagaimana bilang “bro” di Amerika Latin?
The Bromap: ¿Cómo se dice “bro” en Latinoamérica?
Posted by Pictoline on Wednesday, August 26, 2015
Bromap: Bagaimana bilang “bro” di Amerika Latin?
Diterbitkan oleh Pictoline pada Rabu, 26 Agustus 2015
Halaman Facebook dari Pictoline, yang merupakan website berita dan informasi, membagikan peta dari perbedaan cara mengatakan “bro”, sebuah nama pendek untuk brother di Amerika Latin. Sementara orang-orang bilang wey di Meksiko dan pata di Peru, ada juga yang bilang pana di Venezuela dan parce di Kolombia.
Film Venezuela berbahasa lokal menembus ajang Oscar
“Gone with the River” by Mario Crespo is Venezuela's Oscar entry in the Best Foreign Language Film… https://t.co/XR8tzauaSU
— Carlos Aguilar (@Carlos_Film) September 3, 2015
Lo que lleva el rio (Gone With the River), yang merupakan hasil karya Mario Crespo Dauna, seorang sutradara Kuba-Venezuela, adalah sebuah film pendek yang menggunakan bahasa Warao, sebuah bahasa daerah yang dipakai oleh penduduk lokal di delta Sungai Orinoco. Film tersebut mewakili Venezuela dalam ajang Oscar sebagai nominasi Film Berbahasa Asing terbaik.
Menurut Andrew S. Vargas yang menulis untuk Remezcla:
Film ini bercerita tentang Dauna, perempuan pribumi yang dipandang berbeda oleh masyarakat. Terbelah antara cintanya kepada Tarsicio dan keinginan untuk mengejar impiannya belajar di luar desa, keputusan Dauna menantang budaya tradisional yang membawanya pada penderitaan, dan pada akhirnya, menghasilkan rekonsiliasi.”
Film ini juga terpilih sebagai bagian dari pemutaran film pada Berlin Film Festival dengan tema groundbreaking NATIVe, pada awal tahun ini. Berikut ini trailernya:
Rute dan Statistik Migrasi di Asia Tenggara
The International Organization for Migration (Orgnaisasi Internasional untuk Migrasi) merilis map yang menunjukan rute dari perahui pengungsi Bangladesh dan Myanmar ketika mencari perlindungan di beberapa negara Asia Tenggara.
Sejak 19 Mai 2015, IOM memperkirakan bahwa 4000 pengungsi masih tertahan di laut sementara 3.200 telah menepi di Malaysia dan Indonesia.
Malaysia dan Indonesia awalnya menolak para pengusi akan tetapi sekarang negara-negara tersebut siap untuk menyelamatkan mereka yang merupakan korban perdagangan manusia.
Trinidad & Tobago: Saya Gay; Akan Berpergian
Seperti apa rasanya menjadi gay di Karibia? The Travelling Trini kadang menerima surel dari gay muda Trinidad yang “memiliki hasrat kuat untuk pergi ke luar negeri, berpergian, dan melihat dunia”. Dia menyimpulkan bahwa hasrat berkelana ini tumbuh dari kenyataan bahwa “Karibia merupakan tempat dengan homofobia luar biasa dan budaya macho yang kuat; untuk mengaku gay adalah sesuatu yang luar biasa sukar, bahkan berbahaya, untuk dilakukan.”
Tulisan tersebut berlanjut dengan memuat daftar lagu-lagu yang mempromosikan homofobia dan kekerasan terhadap kaum gay kembali ke era 90-an: Boom Bye Bye oleh Buju Banton yang secara tidak mengejutkan dulu berada di peringkatteratas, tetapi blogger tersebut menggambarkan (syair lagu) ini sebagai “kelam, kejam dan sungguh menjijikkan.” Dia bertanya:
Mengapa lagu tersebut tidak dianggap sebagai pidato penyebar kebencian? Mengapa (sekarang) stasiun-stasiun radio diperbolehkan untuk memutarnya? […] Pertanyaannya adalah, mengapa tidak apa-apa untuk masih menjadi anti-gay lalim di tahun 2015?
Dia menghubungkan realitas terbatas ini dengan hasrat yang dimiliki oleh banyak warga gay Karibia untuk bermigrasi dan memberikan kesaksian bahwa Timur Jauh, dimana ia tinggal sekarang, “sungguh tempat yang amat bersahabat bagi kaum gay”.
Ada kehidupan gay yang berkembang pesat di setiap negara, dari Timur Jauh yang liberal sampai ke Timur Tengah yang konservatif, dan semua tempat di antaranya.
Seluruh dunia tidaklah terus legat. Tidak pernah, dan tidak akan. […]
Sayangnya gaya hidup liberal tersebut tidak ditolerasi oleh Karibia, dan pada kenyataannya masih dikriminalisasi secara hukum. Tidak terdapat perlindungan legal bagi warga LGBT […] seperti halnya orang berjuang demi kesetaraan hak berdasarkan ras, dan kesetaraan hak berdasarkan jenis kelamin, langkah berikutnya dalam evolusi kita sebagai manusia adalah kesetaraan hak bagi semua orang tanpa melihat preferensi seksual mereka.
Ebola dan Media Sosial
Global Editors Network berinisiatif untuk mengembangkan teknologi baru dan jaringan sosial untuk mengatasi dan mencegah penyebaran penyakit epidemik Ebola
Tonton video YouTube berikut untuk informasi lebih jauh tentang proyek ini
Ikuti Liputan Terperinci kami: Upaya #StopEbola di Afrika Barat
Mendokumentasikan Perjuangan Warga Papua di Indonesia
Papuan Voices adalah video inisiatif advokasi yang menyoroti perjuangan rakyat Papua Barat, sebuah provinsi di Indonesia. Papua Barat selama ini telah berjuang untuk menjadi negara merdeka, meskipun begitu, konflik dari Indonesia ini tidak diberitakan secara luas di media.
Pendidikan Untuk Remaja Putri Demi Masa Depan Yang Lebih Baik
Marita Seara, seorang narablog untuk Voces Visibles (Visibles Voices), mengundang kita untuk merefleksikan akibat diskriminasi akses pendidikan bagi anak dan remaja perempuan. Refleksi ini berujung pada kebutuhan untuk mengedukasi anak perempuan di masa kini, yang akan memberdayakan perempuan di masa yang akan datang.

Foto diambil dari blog Voces Visibles, digunakan sesuai ijin pemiliknya
Berdasarkan data dari Amnesti Internasional, 41 juta anak perempuan tidak dapat menempuh pendidikan dasar, buta aksara, terjebak perkawinan dini, dan mengalami kehamilan di usia remaja. Semua itu adalah lingkaran setan yang mengancam remaja putri di Amerika latin. Tambahan lagi, Amerika Latin juga tidak dapat mengelak dari isu global, terutama kehamilan remaja:
Venezuela ostenta el primer lugar en Suramérica y el tercer lugar en América Latina al ser el país con mayor cantidad de embarazos precoces. De cada 100 mujeres venezolanas que quedan embarazadas anualmente, 25 son adolescentes, de acuerdo al programa de Telemedicina de la Universidad Central de Venezuela.
Venezuela ada di peringkat teratas di Amerika Selatan dan ketiga di antara negara-negara Amerika Latin dalam hal kehamilan remaja. Lebih dari 100 wanita Venezuela hamil setiap tahunya, 25 orang diantaranya adalah wanita, berdasarkan data dari program Telemedicine di Central University of Venezuela.
Diantara penyebab kehamilan dini tersebut, disebutkan bahwa sepertiga dari kehamilan tidak diinginkan tersebut adalah akibat tidak menggunakan pengaman, dan setengah dari remaja putri yang mengalaminya tidak mendapatkan pendidikan seks dan reproduksi yang memadai sebelum terlanjur hamil.
Dan pendidikan adalah satu-satunya jalan untuk mengatasi hal ini. Dengan memberikan pendidikan pada remaja puteri di masa sekarang, maka mereka akan diberdayakan di masa depan. Selanjutnya, para wanita tersebut akan dapat memberdayakan komunitas dan keluarganya.
Ikuti kicauan Marita Seara di Twitter
5 Tips Mencegah Ancaman Pengawasan Cyber di Cina
Ingin mencegah ancaman pengawasan cyber di Cini. Anda dapat mengikuti lima tips yang diberikan oleh Sean Maples yang ditulis pada ChinaHush:
1. Upgrade operating system yang Anda gunakan.
2. HIlangkan data ekstra.
3. Ganti telepon genggam dengan yang tidak terlalu canggih.
4. Gunakan Virtual Private Network (VPN).
5. Format ulang perangkat digital Anda.
Kampung di Meksiko ini Bertranformasi Menjadi Pelangi Raksasa
A photo posted by designboom magazine (@designboom) on
Sebuah kawasan pemukiman berpenghasilan rendah di Meksiko ditransformasi menjadi pelangi raksasa oleh Germen Crew—sebuah organisasi anak muda muralis dan seniman jalanan yang dibentuk oleh 15 seniman grafiti, yang dipimpin oleh Mibe (Luis Enrique Gómez Guzmán). Organisasi ini juga bekerja sama dengan pemerintah Meksiko.
Lebih dari 200 rumah di Palmitas, tepatnya di kota Pachuca(Hidalgo State), kini telah dimeriahkan oleh warna-warna.
Mexican Government Let Street Artists Paint 200 Houses To Unite The Community @GermenMuralismo http://t.co/jDDk4DXobS pic.twitter.com/Wo5nm1pooU
— Artsper (@Artsper) July 30, 2015
Pemerintah Meksiko mempersilakan para seniman jalanan melukis 200 rumah demi mempersatukan masyarakat di dalamnya.
Contoh lain dari “neomuralis perkotaan” adalah Pasar Jamaika yang terkenal di kota Meksiko, yang mempunyai lebih dari 1.000 penjual bunga, rangkaian bunga, tanaman hias, dan aksesoris taman. Tahun lalu, kelompok tersebut membuat lukisan dinding yang menggambarkan simbol “Bumi”(Tonantzin) melahirkan kehidupan, yang lalu berubah menjadi bunga-bunga pada bagian selatan fasad pasar bunga terkenal tersebut.
Infografik: 5 Fakta Tentang Komunitas Tamil Sri Lanka di Utara
The Centre for Policy Alternatives (CPA) (Pusat Kebijakan Alternatif) yang merupakan sebuah lembaga kajian tentang masyarakat madani di Sri Lanka telah membuat sebuah survei terkini tentang “Demokrasi Sri Lanka pasca perang 2014“. Hasilnya menunjukkan perbedaan opini tentang rekonsiliasi yang terdapat di antara orang-orang Tamil dan Sinhala setelah perang sipil Sri Lanka.
Penemuan dari survei yang terkait dengan komunitas Tamil tersebut sangat signifikan. Isu-isu utama mereka adalah kemiskinan dan pengangguran, dan mereka merasa tidak memiliki opini tentang hal yang terjadi di negara mereka. Berikut adalah sebuah infografik yang menunjukkan masalah tersebut (beserta kesimpulannya dalam Bahasa Indonesia):
Lima Fakta Tentang Komunitas Tamil di Sri Lanka
1 Situasi keuangan mereka memburuk selama 2 tahun terakhir.
2 Opini mereka tentang pengembangan berbeda dengan prioritas Nasional.
3 Mereka telah memangkas pengeluaran mereka tahun ini.
4 Banyak yang tidak pernah mendengar tentang LLRC (Komisi Pembelajaran dan Konsiliasi).
5 Mereka merasa tidak memiliki opini tentang apa yang terjadi di Sri Lanka.
Bahasa Portugis, Sebuah Bahasa Global?
Sebuah halaman komunitas Facebook, Língua Portuguesa: Uma Língua Global? (Bahasa Portugis: Sebuah Bahasa Global?), menyediakan beragam materi untuk mempromosikan debat tentang penyebaran bahasa Portugis dan konsekuensinya. Beberapa isu kritis tentang aturan-aturan bahasa ini dari sekitar 200 juta pembicara juga diumumkan, misalnya bahasa minoritas, multibahasa dan kolonialisme linguistik.
Inisiatif untuk Menolong Anak-Anak Autis dengan Berselancar
Tabra merupakan sebuah asosiasi yang diluncurkan oleh Guillermo Ferrero dan Andrea Mesones di Peru yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anak autis serta Down syndrome melalui berselancar dan kontak dengan alam, sebagaimana yang dinyatakan dalam laman facebook asosiasi tersebut.
Guiilermo adalah seorang ayah dari seorang anak yang berumur 13 tahun dengan diagnosa autisme, dan Andrea adalah seorang mahasiswa psikologi di sebuah universitas yang terletak di daerah Lima.
Tabra nace del deseo de probar alternativas para lograr una mejora significativa en los niños con problemas del desarrollo cognitivo, dándoles oportunidades de expandir su mundo.
Tabra dilahirkan dari hasrat untuk mencoba alternatif baru dalam rangka mencapai kemajuan yang signifikan dari anak-anak yang memiliki masalah terkait perkembangan kognitif, memberikan mereka kesempatan untuk memperluas dunia mereka.
Setiap sesi diadakan tiap bulan yang berlangsung selama dua jam, “Mereka mencoba mendapatkan pendatang baru sehingga semua orang dapat berpartisipasi”. Karena kemampuan logistik, asosiasi ini hanya bisa mengizinkan 10-12 orang anak berpartisipasi setiap sesinya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Guillermo Ferrero:
La felicidad que tienen cuando están en el mar es tan contagiosa que realmente tú terminas una sesión de Tabra con el corazón y el espíritu lleno de energía por todo lo que te transmiten estos niños durante el momento en el que están conectados con el mar.
Kebahagian yang mereka rasakan ketika mereka berada di laut menular sehingga anda mengakhiri sebuah sesi dengan Tabra dengan hati dan jiwa yang penuh dengan energi. Hal inilah yang anak-anak ini transmisikan ketika mereka menyatu dengan lautan.
Mengenai pemilihan nama Tabra, blog Seis de enero menjelaskan:
El nombre nació de una manera espontánea un día que estábamos conversando fuera del agua y el muchacho [el hijo de Guillermo] empezó a decir “quiero tabra”, pronunciando mal la palabra tabla.
Nama ini muncul begitu saja ketika pada suatu hari kami berbincang-bincang didekat sebuah laut dan anak laki-laki Guillermo mengatakan “Saya menginginkan Tabra”, yang merupakan pelafalan salah dari kata tabla (Bahasa Spanyol untuk papan selancar)”
Seruan Aksi Darurat Perubahan Iklim Setelah Badai Pam Menghancurkan Vanuatu
Setelah kehancuran dari negara Kepulauan Pasifik Vanuatu akibat Badai Pam kategori 5, John Englart (alias @Takvera) melihat hubungannya dengan perubahan iklim:
Vanuatu has suffered its worst disaster on record with the impact of Category 5 Tropical Cyclone Pam, with the President of Vanuatu blaming climate change for extreme weather (Guardian 16 Mar 2015).
…Cyclone Pam and the devastation of Vanuatu and other Pacific nations is one more step on the road to a climate agreement in Paris in December 2015.
Vanuate mengalami bencana alam terburuk sepanjang sejarah dampak dari Badai Tropis Pam Kategori 5, Presiden Vanuatu menyalahkan perubahan iklim yang mengakibatkan cuaca ekstrem (Guardian 16 Mar 2015)
…Badai Pam dan kehancuran Vanuatu dan negara-negara Pasifik lainnya adalah satu langkah maju dalam perjalanan menuju perjanjian akan iklim di Paris pada Desember 2015.
John juga berspekulasi tentang kontribusi Australia dalam urusan bantuan luar negeri dan dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB COP21 di Paris akhir tahun ini.
Postingnya pun memuat link menuju organisasi dimana anda bisa memberikan donasi untuk bantuan darurat bagi Vanuatu.
Tentang Puerto Rico di Web
Esta Vida Boricua (Kisah Hidup Boricua) adalah sebuah proyek bercerita secara digital yang mengeksplorasi hal-hal yang terjadi di Puerto Rico di masa kini dan masa lalu melalui sekumpulan cerita orang-orang dari segala umur dan kalangan. Proyek ini masih sangat baru, sebuah tempat untuk berbagi cerita seperti yang mereka sebutkan di bagian “Tentang Kami.” Begini penjelasannya”
Semua cerita yang ada di sini adalah perjalanan. Mereka menawarkan warna dan kisah lain yang membuat kita bisa melihat berbagai segi orang-orang Puerto Rico. Mereka membongkar stereotype dan gambaran bias yang biasa disajikan oleh media tentang Puerto Rico, baik dari segi budaya dan masyarakatnya. Orang-orang tersebut bercerita mengenai generasi muda yang berjuang dibawah ketidakpastian kolonialisme dan akibat buruk dari pelenyapan budaya yang lambat laun terjadi sejak penempatan Amerika setelah perang Amerika-Spanyol serta perepatan modernisme
Cerita dapat disampaikand dalam berbagai bentuk: tulisan (baik dalam bahasa Spanyol atau Inggris), video atau audio. Semua itu diproduksi oleh relawan, yang sebagian besar merupakan mahasiswa dari University of Puerto Rico di Mayagues, kota yang terletak di pantai barat pulang utama. Penulis puisi, musisi dan penulis diundang untuk memberikan kontribusi bagi website tersebut.
Bagaimana Cara Untuk Mengurangi Produksi CO2 di Kehidupan Sehari-hari?
Rut Abrain dalam blognya Esturirafi merefleksikan tentang salah satu dari penyebab utama perubahan iklim: produksi karbon dioksida (CO2). Dalam artian, sang blogger menekankan bahwa tidak hanya pabrik, kendaraan dan pesawat yang memproduksi CO2, tapi juga masing-masing dari kita di kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keseharian kita terhadap produksi CO2, Rut menyarankan kita untuk menggunakan kalkulator ini.
Terkejut? Ya, masing-masing dari kita bertanggung jawab dalam perubahan iklim, dan dalam waktu yang sama, masing-masing dari kita dapat menguranginya dengan cara yang sederhana. Rut berbagi beberapa saran untuk mengurangi produksi CO2 kita.
[…] – Reducir, reutilizar y reciclar. Esto tienes que aplicarlo en todas las facetas de tu vida: evita productos con un empaquetado excesivo, compra productos de segunda mano, separa los residuos de manera adecuada para su posterior reciclaje.
[…] – Reduce, reuse, dan recycle. Kalian harus melakukan ini di semua aspek dalam hidup kalian: hindari produk dengan kemasan yang berlebihan, belilah barang bekas, pisahkan sampah dengan semestinya untuk keperluan daur ulang.
Rut juga berujar untuk mengurangi “jejak karbon” kita:
- Ahorra energía, tanto electricidad, como gas natural, butano o gasoil.
– Compra productos locales.
– Camina, utiliza el transporte público, la bicicleta.
– Utiliza menos papel.
- Hemat energi, listrik, gas alam, bensin atau diesel.
– Beli barang-barang produksi lokal.
– Berjalanlah, gunakan transportasi umum.
– Kurangi penggunaan kertas.
Sang blogger mengakhiri tulisannya dengan mengutip Eduardo Galeano, menggambarkan pengaruh yang dimiliki oleh tindakan-tindakan kecil tersebut dalam memerangi perubahan iklim:
Mucha gente pequeña en lugares pequeños, haciendo cosas pequeñas, pueden cambiar el mundo.
Banyak penduduk kecil tinggal di tempat-tempat yang kecil, dengan melakukan hal-hal kecil, dapat mengubah dunia.
Anda dapat mengikuti Rut dengan akun Twitter-nya.
Puisi Menjembatani Dua Bahasa dan Budaya

The Two Project mempromosikan bahasa Arab dan Hebrew melalui puisi.
Sebuah project baru saja diluncurkan, sebuah kolaborasi antara Yahudi-Israel dan Arab untuk menghubungkan budaya mereka melalui puisi. Baik Hebrew maupun Arab adalah bahasa resmi di Israel. Butuh waktu 6 tahun dalam proses pembuatannya, kolabrorasi ini bahkan sudah melahirkan sebuah buku Two: A Bilingual Anthology (tautan dalam bahasa Hebrew).
Dalam website mereka, pencipta Two Project, Almog Behar, Tamer Massalha dan Tamar Weiss menulis (Heb/Ar)
Situs ini merupakan bagian dari Two Project, sebuah karya bilingual dengan fokus pada literatur dan puisi bagi kaum muda. Tujuannya adalah menciptakan dialog yang terarah antar budaya Israel, yang dilakukan dalam bahasa Arab dan Hebrew. (Karya ini merepresentasikan) generasi baru bagi para penulis dan pembaca, yang terpecah karena kendala bahasa, budaya, politik dan batas fisik, yang menyebabkan mereka tidak mengenal dengan literatur modern yang bermunculan di sekitar mereka.
Anat Niv, pemimpin redaksi Keter Publishing, yang bertanggung jawab untuk penerbitan antologi menulis:
Sebuah pengalaman yang tidak bisa dilukiskan ketika Anda memegang sebuah buku dan membacanya dalam bahasa Hebrew dengan teks Arab di dalamnya. Bahkan jika Anda tidak berbahasa Arab, Anda tidak dapat menyangkal bahwa tempat inilah kedua bahasa tersebut dilahirkan.
Ikuti perkembangan project tersebut pada situs mereka atau laman Facebook dalam bahasa Hebrew dan Arab. Setiap bulan akan dmunculkan karya yang ditulis oleh penulis Israel dan Arab.
Penting : Pelestarian Bahasa Tibet
Khenpo Tsultrim Lodoe adalah guru dan pendeta Buddha yang berpengaruh pada Larung Gar Buddhist Institute di Tibet. Khenpo menulis artikel yang mengangkat hubungan antara bahasa dan identita serta ajakan untuk melestarikan bahasa Tibet. Artikel ini diposting pada sebuah situs resmi untuk pendidikan menengah di Tibet pada 4 Juli 2014. Inilah terjemahan dan refleksi High Peaks Pure Earth atas artikel tersebut
750 Juta Penduduk Dunia Diperkirakan Berbahasa Perancis pada tahun 2050

Bangui, di Republik Afrika Tengah. Bahasa Perancis tetap berpengaruh di negara-negara eks koloni Prancis di Afrika. Foto dari Wikimedia Commons.
Menyanggah pernyataan John McWhorter yang muncul di the New Republic yang mengatakan bahwa sia-sia mempelajari bahasa Perancis, Pascal Emmanuel Gobry menulis di blog Forbes bahwa Perancis akan sangat mungkin menjadi bahasa masa depan:
Mayoritas penutur bahasa Perancis terbanyak bukanlah warga Perancis, dan sudah sejak lama tidak demikian. Bahasa itu tumbuh pesat dan berkembanng di bagian-bagian dunia dengan pertumbuhan penduduk terbesar, terutama di Afrika Sub Sahara. Perkiraan terbaru mengatakan bahwa bahasa Perancis akan dituturkan oleh 750 juta orang pada 2050. Sebuah studi oleh bank investasi Natixis bahkan beranggapan bahwa pada masa itu, Perancis bisa jadi menjadi bahasa utama di dunia, sebelum Inggris dan bahkan Mandarin.
Para penerjemah Global Voices, bulan lalu menimbang tantangan dan keuntungan mempelajari bahasa Perancis.
11 Feb: Kita Melawan Kembali!
Ayo bergabung dengan kami!
Komentar Terbaru
Ini Dia 16 Peta Satelit Asia Tenggara nan Mempesona
Terimakasih sangat bermanfaat memang ini yang saya cari-cari dari dlu.
Arsip Bulanan
- Februari 2021 6 pos
- Desember 2020 4 pos
- Oktober 2020 1 pos
- September 2020 3 pos
- Agustus 2020 4 pos
- Juni 2020 2 pos
- April 2020 1 pos
- Maret 2020 3 pos
- Februari 2020 3 pos
- Januari 2020 3 pos
- Desember 2019 1 pos
- November 2019 3 pos
- September 2019 1 pos
- Agustus 2019 4 pos
- Juni 2019 1 pos
- Mei 2019 5 pos
- April 2019 3 pos
- Maret 2019 4 pos
- Februari 2019 1 pos
- Januari 2019 5 pos
- Desember 2018 3 pos
- November 2018 1 pos
- Oktober 2018 2 pos
- Agustus 2018 7 pos
- Juli 2018 3 pos
- Mei 2018 2 pos
- April 2018 7 pos
- Maret 2018 1 pos
- Januari 2018 1 pos
- Desember 2017 1 pos
- September 2017 1 pos
- Agustus 2017 3 pos
- Juli 2017 1 pos
- Juni 2017 4 pos
- Mei 2017 3 pos
- April 2017 4 pos
- Maret 2017 10 pos
- Februari 2017 6 pos
- Januari 2017 12 pos
- Desember 2016 13 pos
- November 2016 14 pos
- Oktober 2016 4 pos
- September 2016 7 pos
- Agustus 2016 5 pos
- Juli 2016 3 pos
- Juni 2016 6 pos
- Mei 2016 1 pos
- April 2016 2 pos
- Maret 2016 3 pos
- Februari 2016 4 pos
- Januari 2016 7 pos
- Desember 2015 3 pos
- November 2015 6 pos
- Oktober 2015 7 pos
- September 2015 3 pos
- Agustus 2015 8 pos
- Juli 2015 8 pos
- Juni 2015 17 pos
- Mei 2015 4 pos
- April 2015 2 pos
- Maret 2015 2 pos
- Februari 2015 10 pos
- Januari 2015 4 pos
- November 2014 2 pos
- Oktober 2014 5 pos
- Maret 2014 2 pos
- Februari 2014 1 pos
- Januari 2014 2 pos
- November 2013 1 pos
- Agustus 2013 4 pos
- Juni 2013 8 pos
- Mei 2013 2 pos
- April 2013 7 pos
- Maret 2013 3 pos
- Februari 2013 1 pos
- September 2012 12 pos
- Agustus 2012 8 pos
- Juli 2012 23 pos
- Juni 2012 14 pos
- Mei 2012 15 pos
- Maret 2012 1 pos
- Januari 2012 2 pos
- Desember 2011 1 pos
- November 2011 1 pos
- Oktober 2011 4 pos
- September 2011 2 pos
- Agustus 2011 6 pos
- Juli 2011 4 pos
- Juni 2011 3 pos
- Mei 2011 4 pos
- Maret 2011 6 pos
- Februari 2011 13 pos
- Januari 2011 4 pos
- Desember 2010 3 pos
- November 2010 1 pos
- Oktober 2010 5 pos
- Agustus 2010 2 pos
- Juni 2010 4 pos
- Mei 2010 7 pos
- April 2010 7 pos
- Maret 2010 11 pos
- Februari 2010 8 pos
- Januari 2010 17 pos
- Desember 2009 6 pos
- November 2009 10 pos
- Oktober 2009 11 pos
- September 2009 20 pos
- Agustus 2009 11 pos
- Juli 2009 16 pos
- Juni 2009 41 pos
- Mei 2009 14 pos
- April 2009 19 pos
- Maret 2009 32 pos
- Februari 2009 27 pos
- Januari 2009 3 pos
- Desember 2008 4 pos
Saya kenal pribadi dg mas Rony, beberapa kali ketemu bila beliau berkunjung ke Indonesia. Komunitas...