Menurut Robert Klitgaard K=M+K-P, “Korupsi = Monopoli + Kerahasiaan – Pertanggungjawaban”.
Korupsi, terutama yang berkaitan dengan politik, dinilai awam di India, dan terjadi dimana saja dan warga berhadapan dengan tidak ini dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini dapat memicu ketidakadilan dalam masyarakat dan bahkan dapat berefek pada kelangsungan hidup seseorang. Dalam dialog Taktik Baru anti korupsi, Shaazka Beyerle, Penasihat Senior Lembaga Internasional Konflik Tanpa Kekerasan, mengilustrasikan sebuah contoh mengenai seorang janda yang tidak mampu memperoleh makanan yang didistribusikan oleh Sistem Distribusi Publik karena PNS menolak menerbitkan kartu jatah apabila dia tidak terlebih dahulu diberikan “uang rokok”. Warga yang tidak mampu menyuap akan merana akibat ketidakmampuan mereka, dan warga lainnya tidak memiliki pilihan lain selain menyerah kepada tindak korupsi. Kemarahan dan rasa frustasi terhadap penyuapan semakin meningkat, namun di sisi lain tingkat toleransi terhadap korupsi juga sama tingginya. Beberapa warga terbiasa menawarkan uang suap sebagai ganti bantuan, tanpa sadar turut melestarikan tindak korupsi.
Situs I Paid A Bribe mencoba mengangkat permasalahan kompleks yang merajalela ditengah-tengah kehidupan masyarakat India. Situs tersbut mengajak pengguna Internet untuk tidak mengalah pada penyalah gunaan wewenang oleh para pelayan masyarakat atau Pegawai Negeri Sipil, dan melaporkan pengalaman mereka yang berkaitan dengan tindak penyuapan untuk “membeberkan harga pasar tindak korupsi”. Pengguna situs dapat melaporkan, dalam format blog atau dengan mengunduh video, kapan mereka memberi uang suap, kapan mereka lolos dari aksi penyuapan, dan kapan mereka tidak diminta untuk menyuap.
Program yang diprakarsai oleh Janaagraha, resmi meluncur tanggal 15 Agustus lalu (di Hari Kemerdekaan India). T R Raghunandan, mantan pegawai sipil yang kini bertugas sebagai koordinator program anti korupsi tersebut, mengatakan bahwa tujuan akhir dari situs adalah untuk “mengenal gambaran kecil skenario korupsi yang terjadi di India.” Janaagraha mengembangkan sebuah taktik inovatif untuk mengatasi korupsi. Tujuan utama dari program ini bukanlah menindak lembaga-lembaga yang dilaporkan warga, namun menggunakan proses sistematis untuk mengetahui celah-celah mana sajakah yang paling rawan akan tindak korupsi. Menurut pengamatan Raghunandan “tiap kelompok masyarakat menyadari bahwa ada tindak korupsi terjadi dalam komunitas mereka”, maka dari itu penting halnya untuk memahami bagaimana dan mengapa tindak korupsi terjadi. Laporan-laporan yang diunggah dalam situs akan dirangkum dan dianalisa. Analisa-analisa tersebut membeberkan departemen-departemen manakah yang paling korup, celah-celah yang dipergunakan oknum pemerintah untuk meminta uang suap, situasi dimana tindak suap merupakan keharusan dan sebagainya, dan setelah mengetahui situasi-situasi dan proses-proses yang rentan terhadap tindak korupsi, Janaagraha kemudian mengadakan pendekatan pada departemen-departemen dan pemerintah dan meminta mereka melakukan tindakan. Ilustrasi berikut menjelaskan proses yang terjadi.
Maksud dari situs I Paid a Bribe juga untuk mendorong dan memberdayakan warga sehingga mereka mau berbagi cerita dan pengalaman mereka, sehingga kepekaan terhadap masalah ini semakin terbina.
Selain laporan warga terhadap tindak penyuapan, laman utama situs ini menyediakan statistik penting. Sebuah peta yang dinamakan “Korupsi Awam” mendata sejumlah keluhan yang dilayangkan dari seluruh penjuru India. Tingkat keseriusan perihal ini dibeberkan dalam berbagai cara, sehingga korupsi dan penyuapan dapat berubah dari buah bibir warga menjadi suatu hal yang akan disikapi warga.
Warga juga dapat melakukan tindakan sederhana, mudah, dan jauh dari proses yang mengancam, di situs ini warga diperkenankan untuk menjaga anonimitas baik diri mereka maupun oknum-oknum yang terlibat dalam laporan mereka.
Fitur interaktif menarik lainnya antara lain adalah laman “Tanya Raghu”. Raghunandan menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik yang warga tanyakan, sehingga warga memperoleh informasi yang mereka butuhkan. Dia mengatakan bahwa masyarakat biasanya sangat takut terhadap pemerintah, hal ini biasa terjadi karena kurangnya informasi. Informasi harus lebih tersedia sehingga warga dapat lebih percaya diri dalam menghadapi oknum-oknum yang tak bertanggung jawab dan lebih tegas dalam mengikuti prosedur yang berlaku, sehingga mereka tidak perlu memberi suap.
Pengelola situs juga berencana untuk mengunggah Buku putih pertama yang disertai video dalam jangka waktu satu bulan mendatang, yang bertemakan Pendaftaran Tanah dan Bangunan, sehingga warga dapat lebih paham mengenai prosedur, biaya, dan durasi administrasi.
Laman ‘Dampak’ mencantumkan pengalaman pengguna saat mereka berani membentengi diri dari tindak korupsi setelah melengkapi diri mereka dengan informasi yang tersedia Janaagraha, intinya, warga mampu mengungkapkan pendapat mereka.
Warga juga dapat memberikan saran dan turut menyumbang ide serta taktik baru penanganan korupsi dalam forum yang tersedia di situs. Melalui wadah ini, warga dapat membagikan pengalaman mereka dalam hal tindak korupsi, mereka semakin terpacu untuk mengawasi ketidakadilan yang terjadi disekitar mereka, dan bekerja sama untuk memberantasnya.
Maka dari itu, “pernah menyuap? tidak pernah menyuap? tak berdaya? menjadi korban? marah? ceritakan pengalaman pribadimu” dan berilah perlawanan!