Sebuah surat kabar yang diterbitkan di New Delhi, ternyata ditulis oleh anak-anak jalanan, yang mengisahkan cerita serta perjuangan mereka,kini sudah berusian lebih dari satu dekade.
Surat kabar tersebut bernama Balaknama, yang artinya “Suara Anak-anak” dalam bahasa Hindi. Sejak berdirinya, surat kabar ini berhasil membangun reputasi yang baik berkat artikelnya yang otentik dan menarik.
Beredar sejak tahun 2003, tabloid sebanyak 8 halaman ini mencakup tujuh kota dan telah menjadi bagian hidup sekitar 10.000 anak jalanan.
#Balaknama: an 8 page quarterly newspaper BY children, FOR children living and working on the streets @k_satyarthi https://t.co/TRQBGp5NSN
— Meena (@mgrg7) December 29, 2015
#Balaknama: adalah surat kabar 8 halaman yang dibuat OLEH anak-anak, UNTUK anak-anak yang hidup dan bekerja di jalanan
Balaknama has not only made the street children independent & aware of their rights. its a tabloid run by street children. @MadisonMondell
— subhi madan (@subhi_madan) July 25, 2016
Balaknama bukan hanya dibuat oleh anak-anak jalanan yang berpikiran bebas dan sadar akan hak-hak mereka; tapi juga dikelola oleh mereka
Berita dari Jalanan
Topik-topik yang diliput oleh Balaknama sebenarnya tidaklah baru; hanya saja dilihat dengan sudut pandang baru yang segar.
Para tunawisma muda ini juga bercerita tentang hal-hal positif yang kerap kali terjadi di jalanan.
Anak-anak yang menulis untuk koran ini berasal dari berbagai latar belakang. Misalnya Shambhu, 17 tahun, yang berperan sebagai editor, memiliki mata pencaharian sebagai pencuci mobil.
Baginya, Balaknama adalah sebuah cara untuk menceritakan kepada masyarakat tentang berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan anak jalanan.
Sejak berdiri, Balaknama disunting oleh relawan dari Childhood Enchancement through Trainning and Action (CHETNA), sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bekerja dengan anak-anak jalanan dan pekerja anak, yang harus mengalami hal tersebut karena keadaan yang memaksa.
Chetna adalah sebuah badan amal publik yang didirikan pada tahun 2002, untuk membantu pembentukan federasi anak jalanan yang bernama Badhte Kadam (Melangkah Maju)
Tahun berikutnya CHETNA mengadakan sebuah pelatihan bagi anak jalanan dan pekerja anak, yang menghasilkan kesimpulan bahwa mereka semua mengalami pelecehan dan juga tidak dipedulikan. Hanya saja mereka tidak memiliki media untuk menyuarakan masalah yang dialami.
Kemudian muncul pertanyaan, “Dapatkah kami memiliki koran sendiri?”
Jurnalis Bipasha Mukherjea menyampaikan bahwa pengerjaan koran tersebut menyatukan anak-anak jalanan:
Mereka bersama-sama menulis tentang berita yang hanya diketahui dan dilaporkan oleh anak-anak jalanan. Koran ini menyatukan dan mendukung merekaHampir semua anak-anak yang terlibat pada Balaknama adalah murid di National open school yang dikelola Chetna
#balaknana team in action. New issue of Balaknama news paper in making. RT@chetnango pic.twitter.com/0KHXZyoLps
— CHETNA NGO (@chetnango) July 24, 2016
#balaknama team in action. Sibuk mengerjakan edisi terbaru Balaknama.
Lantang Bersuara
Berdasarkan data dari pemerintah, diperkirakan ada sekitar 400.000 anak jalanan di India. Sebanyak 314.700 anak jalanan tersebar di kota-kota berikut seperti Mumbai, Kalkuta, Madras, Kanpur, Bangalore dan Hyderabad. Sedangkan sebanyak 100.000 orang berada di Delhi.
Kebanyakan para ahli memandang masalah ini dengan pandangan konservatif.
Banyak anak-anak yang tidak bisa membaca atau menulis artikel sendiri. Mereka dibantu oleh teman-teman mereka dengan menuliskan berita yang kemudian dikirimkan kepada redaksi Balaknama.
Terbatasnya akses internet atau mesin faksimil, menyebabkan kebanyakan reporter melaporkan berita yang dibuat kepada rekan mereka di Delhi melalui telepon.
Mereka mengadakan rapat redaksi sebanyak 2 kali dalam sebulan untuk membicarakan artikel apa saja yang akan diterbitkan
Arijit Bose memberikan informasi lebih jauh tentang Balaknama di dalam blog-nya:
Satu koran dihargai 2 rupee dan dicetak lebih dari 8.000 eksemplar, diterbitkan setiap bulan, kebanyakan ditulis dalam bahasa Hindi. Koran ini tidak mengambil keuntungan dan dibiayai sepenuhnya oleh lembaga swadaya masyarakat,
Mantan editor, Chadni, yang sedang mempersiapkan ujian kelas 10, diundang untuk berbicara pada TEDx di Bangalore tahun lalu.
Cerita selama 18 menit tentang koran yang telah berperan dalam hidupnya, mendapat sambutan yang meriah.

Cerita tentang seorang pekerja anak yang berhasil menjadi jurnalis yang sukses untuk Balaknama #tedbangalore 2015
RegalUnlimited mentranskripsikan beberapa bagian dari pidato Chandni:
Apakah media berpikir seperti yang anak-anak jalanan pikirkan? Apakah Anda tahu yang diinginkan oleh anak-anak? Pernahkah memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini? Mereka menginginkan empati, bukan hanya simpati.
This is our workplace @balaknama1. Our journey not that easy. It took us 13 years to establish Balaknama newspaper pic.twitter.com/mUXybmP7ts
— balaknama (@balaknama1) September 14, 2016
Ini adalah tempat kerja kami di Balaknama. Perjalanan kami tidaklah mudah. Butuh waktu 13 tahun untuk memantapkan koran ini.
Sejumlah anak jalanan yang berbagi cerita untuk Balaknama bekerja sebagai pemulung sampah atau pekerjaan ringan pada kafe, terminal bis dan stasiun kereta.
Reporter Balaknama mengunjungi mereka di tempat kerja untuk mendapatkan cerita mereka,
RT MinistryWCD: #Balaknama, set up in 2003, is a monthly newspaper run by street children.… pic.twitter.com/OrlYdVp4UX pic.twitter.com/fTbuW1LTJc
— Swapnil Pathre (@iSwapnilpathre) May 9, 2016
#Balaknama, didirikan pada 2003, adalah sebuah koran yang terbit setiap bulan, dikelola oleh anak jalanan
Bagi yang tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang Balaknama, bisa melihat video yang diunggap oleh Bipasha Mukherjea melalui kanal YouTube: