Karibia, Inggris Raya: Padel mundur dari jabatan Oxford
Setelah bloger regional menanggapi dalam jumlah banyak penarikan diri Derek Walcott seorang Nobel Laureate dari Santa Lusia dari kompetisi untuk menjadi Guru Besar Puisi Oxford, karena kampanye pencorengan yang memfokuskan pada dugaan perbuatan tidak pantas masa lalu si penulis, Ruth Padel, kompetitor terdekat Walcott yang akhirnya memenangkan posisi yang diidamkan, telah mundur atas dugaan yang menyatakan bahwa ia adalah dalang di balik kampanye pencorengan.
Para bloger Karibia tampak tidak terkejut. Repeating Islands menyimak sebuah artikel oleh Telegraph menjelaskan secara detil bagaimana peran Padel yang Walcott sendiri menyebutnya dengan “usaha payah dalam membunuh karakter”:
Dalam surel yang dikirim ke sejumlah reporter, Padel menekankan usianya yang sudah lanjut (Walcott berusia 79), bahwa kesehatannya menurun, dan stres karena tinggal di Karibia. Lalu ia juga menambahkan yang ia sebenarnya ‘lakukan’ untuk murid-muridnya bisa dibaca dalam enam halaman dalam buku berjudul The Lecherous Professor. Padel kemudian memberitahu para jurnalis bahwa gugatan bisa dibaca di internet dan sudah tersebar luas di Amerika Serikat. Surel tersebut dikirim beberapa hari sebelum John Walsh, teman dekat Padel, memfokuskan tuduhan terhadap Walcott dalam sebuah kolum di Independent. Padel tidak membantah bahwa ia memberitahu para jurnalis soal tuduhan tersebut.
Dalam pos lain, Repeating Islands menerbitkan kembali pernyataan Padel:
Ketika mengumumkan pengunduran dirinya, Padel berkata bahwa ‘karena rasa prihatin terhadap siswa, dengan naif saya – dan dengan peninjauan yang berat sebelah – memberitahu dua jurnalis, yang saya yakin meliput pemilihan dengan bertanggung jawab, informasi yang sudah diketahui masyarakat umum. Saya berniat baik, dan dengan senang hati kalah dari Derek, tapi saya tahu orang lain bisa salah menafsirkan niat saya.
Media bertendensi menyebut pengunduran diri Padel sebagai “keadilan puitis“, konsep yang dengan senang hati dikomentari oleh Living in Barbados:
Ketika kali pertama saya membaca tentang seorang Nobel Laureate, Derek Walcott, menarik diri dari nominasi jabatan guru besar di Universitas Oxford, saya mencurigai ada orang licik. Sekarang Prof. Ruth Padel, yang memenangkan jabatan guru besar, dengan dukungan sedikit, telah mengaku dan mengundurkan diri dari jabatan, menyatakan ‘Saya berniat baik dan dengan senang hati kalah dari Derek.’ Yang benar saja. Namun ketika ia menang ia menyebut kemenangannya ‘diracuni oleh tindakan pengecut yang saya kutuk dan saya sama sekali tidak ada hubungannya…Tindakan itu dapat mengakibatkan kerusakan besar pada rakyat dan puisi.’ Jelas ia pintar berbicara, dan ia berkelit dari kejujuran. Mungkin kita harus menyimak apakah tindakannya bukan dari suatu karya sastra. Pada akhirnya, ia mengakui bahwa ia telah bertindak ‘naif’ dan ‘tidak bijaksana’. Namun ia tetap bersikeras bahwa ia tidak bersalah dan orang-orang salah paham.
Dengan hanya membaca beberapa artikel tentang peristiwa ini bisa membuat saya berpikir bahwa ia mungkin seorang wanita yang gila, kacau. Lalu saya mengetahui bahwa ia adalah cicit dari seorang naturalis Charles Darwin; dengan ayah sebagai seorang psikoanalis; dan dengan tesis doktoralnya tentang tragedi Yunani. Ia pernah menjadi jurnalis juga. Lucu, menyimak bagaimana ia tidak menyambungkan semuanya saat ia mengirim surel. Ataukah ia sudah menyambungkan semuanya?
Repeating Islands juga ikut mengomentari, dengan menekankan bahwa:
…ia memang mengakui bahwa ia mengirim surel pada kedua jurnalis yang ia kontak mengenai detil informasi ‘yang sudah diketahui masyarakat umum’ tentang Tuan Walcott, mengakui bahwa mengirim surel adalah tindakan ‘naif dan konyol’, tapi kemudian berkata mereka salah mengerti.
Nona Padel, meskipun sedikit menyesal, tidak menanggapi pernyataan apapun yang mungkin mendukung pencalonan Walcott dalam pemilihan yang baru.
Ia tidak usah khawatir. Walcott sudah mengeluarkan pernyataan “ia tidak akan mencalonkan diri lagi karena tidak ingin kembali berada di ‘bisnis kotor itu’.”