Pos terkini oleh Arpan Rachman
Koran Rusia Tutup Setelah Bertahun-tahun Mengalami Ketegangan Yang Sering Diwarnai Kekerasan dengan Dinas Keamanan
Dalam sebuah pernyataan terbuka yang mengumumkan penutupan koran itu di situsnya, pejabat pemimpin redaksi Yuri Grozmani mengatakan terbersit harapan buat tuntutan domestik terhadap penganiayaan FSB.
Kabur dari Perang, Rakyat Suriah Mengungsi di Brasil Di Mana Rezim Assad Memiliki Pendukung Kuat
Orang-orang Suriah melarikan diri dari perang saudara di negara itu lalu menemukan tempat di Brasil di mana mereka dapat menyebut itu tanah airnya.
Militer Myanmar Menindak Keras Media Independen, Menangkap Tiga Wartawan
"Tidak masuk akal bahwa aparat keamanan menggunakan undang-undang usang untuk membungkam dan menghukum wartawan yang tidak melakukan kejahatan," tulis editor The Irrawaddy.
Lima Tahun Dipenjarakan, Keluarga Serukan Kembali Pembebasan Blogger Arab Saudi
Miriam baru berusia empat tahun saat terakhir kali dia melihat ayahnya: "Aku berusaha mengingatmu. Suaramu, pelukanmu, tapi aku tidak bisa."
Ketidakstabilan Politik Burundi Memperparah Krisis Pangan
Afrika Timur telah dilanda krisis pangan yang serius karena cuaca ekstrem, politik Burundi yang tidak bisa diprediksi memperburuk situasi.
Seabad Lewat, Etiopia Masih Berdebat Tentang Kemenangan Mereka Atas Penjajahan Italia
Pertempuran Adwa adalah belahan dari fondasi sejarah Ethiopia, dan yang penting bagi identitas nasional, juga salah satu kenangan kolektif yang paling banyak dipertengkarkan negeri ini.
Kepala Dusun Wanita Indonesia Pertama yang Hentikan Pembalakan Liar dengan Mata-mata dan Pos Pemeriksaan
"Saya pikir sudah waktunya bagi saya untuk berani dan maju menjadi kepala dusun," cetus Hamisah.
Para Wartawan Kawakan Hong Kong Luncurkan Situs Berita Nirlaba untuk Jaga Kebebasan Pers
"Di tengah kekacauan, kita harus membedakan benar dan salah; ketika masyarakat gelisah, kita harus tetap berpegang pada akal sehat dan keadilan."
Apa Nepal Bukan Negara untuk Perempuan?
Konstitusi Nepal telah gagal untuk membawa kesetaraan perempuan di negara itu, namun para pendukung hak asasi manusia belum menyerah.
Di Lapangan Bola, Empati Itu Nyata buat Kaum Migran
Lova Rakotomala main bola, walau dia tahu itu mengerikan. Ini, sebabnya.