El Niño Bawa Korban di Asia Tenggara

Kekeringan yang melanda beberapa provinsi di Pulau Mindanao. Foto dari laman Facebook RMP-NMR

Kekeringan yang melanda beberapa provinsi di Pulau Mindanao. Foto dari laman Facebook RMP-NMR

Suhu yang meningkat dan kekeringan melanda banyak negara di Asia Tenggara, akibat fenomena iklim El Niño.

Sungai-sungai dan sumur-sumur mengering. Karena kekeringan yang parah telah menyebar di seluruh kawasan, hasil pertanian mengalami penurunan. Jutaan petani sekarang kehilangan mata pencaharian mereka, memperburuk kemiskinan dan kerawanan pangan di daerah-daerah pedesaan.

Sejak Maret lalu, banyak negara mengalami terpaan gelombang panas. Bahkan hewan pun menderita dalam iklim yang sangat hangat.

Petani memblokir jalan nasional di Koronadal City, Filipina. Spanduk terbentang bertuliskan: Makanan dan Keadilan. Foto oleh Kathy Cortez. Sumber: Facebook

Petani memblokir jalan nasional di Koronadal City, Filipina. Spanduk terbentang bertuliskan: Makanan dan Keadilan. Foto oleh Kathy Cortez. Sumber: Facebook

Tanggapan dari kalangan pemerintah berupa pengaturan jatah air. Berbagai operasi penyemaian awan juga dilakukan untuk menghasilkan hujan buatan, tapi itu cuma ala kadarnya membantu petani berjuang di tanah-tanah kering. Pihak yang berkuasa berjanji memberikan bantuan ke desa-desa yang dilanda kekeringan, namun di beberapa negara tanggung jawab ini lambat diulurkan, memaksa petani untuk menggelar protes.

Para ahli percaya masa terburuk dari El Niño telah berlalu, tapi ancaman yang menghadang adalah fenomena ekstrim lain: La Niña. Selagi kawasan ini belum pulih dari dampak sosial dan ekonomi dari El Niño, sekarang harus bersiap menghadapi munculnya bencana iklim yang lain.

Berikut ini, rangkaian cerita yang disuratkan oleh para penulis dan mitra kami bagaimana El Niño telah mempengaruhi Asia Tenggara pada 2016. Global Voices akan terus memuat kisah ini. Sembari mengabarkan liputan yang lebih luas lagi.