Keberagaman bahasa di Eropa semakin dikenal di internet, penutur bahasa daerah dan bahasa minoritas serta komunitasnya telah memanfaatkan alat dan media digital untuk melestarikan, mempromosikan, dan merevitalisasi warisan bahasa mereka. Dengan semangat tersebut, @EuroDigitalLang, yaitu sebuah kampanye daring dari Rising Voices telah mengkurasi akun X bergilir (dulu Twitter). Di akun ini, pegiat dan pembela bahasa menceritakan kisah pribadi mereka dengan menggunakan bahasa mereka masing-masing, berinteraksi langsung dengan audiens mereka, dan berbagi tantangan serta kesuksesan.
Dalam wawancara melalui email ini, Rising Voices berbincang dengan pengelola akun mendatang yaitu Kensa Broadhurst, seorang mahasiswi Post-doctoral Research Fellow di Universitas Exeter, dan juga seorang pegiat bahasa Cornish. Anda dapat mengikuti akun X milik Kensa di @kensabroadhurst. Dia akan mengelola akun @EuroDigitalLang pada tanggal 3–9 Juni 2024. Wawancara ini telah diedit agar ringkas dan mudah dipahami.
Rising Voices (RV): Boleh ceritakan tentang diri Anda dan pekerjaan Anda yang berhubungan dengan bahasa.
Kensa Broadhurst (KB): Saya mengajar bahasa Cornish di Universitas Exeter dan juga sebagai Kepala Bahasa Cornish di Institut Penelitian Bahasa Cornish. Saya adalah anggota komite Dewan Bahasa Cornish, Kesva an Taves Kernewek. Saya bertanggung jawab untuk mengajar dan menjadi salah satu penguji untuk ujian bahasa Cornish yang diselenggarakan oleh dewan tersebut. Sebagai relawan, saya mengelola sesi pelatihan untuk guru bahasa Cornish yang mengajar kelas malam secara tatap muka dan secara daring untuk para siswa di Cornwall dan di seluruh dunia, dan saya juga adalah relawan pengajar. Selain itu, saya adalah anggota tim yang bertugas menulis dan membaca berita dalam bahasa Cornish untuk Radio BBC Cornwall. Program kami ada juga di BBC Sounds; cari saja dengan kata kunci “An Nowodhow.”
RV: Bagaimana kedudukan bahasa Cornish saat ini baik secara daring maupun luring?
KB: Bahasa Cornish mengalami peningkatan saat pandemi COVID-19. Ketika semua kelas harus online, termasuk semua kelas berbasis komunitas, seketika itu juga pelajaran bahasa Cornish tersedia untuk siapa saja, tidak hanya untuk pelajar kelas malam secara tatap muka di Cornwall, London, atau di Bristol. Diaspora komunitas Cornish sebagian besar ada di Australia dan Amerika Serikat dan komunitas kami akhirnya dapat menjangkau mereka dan menyediakan pelajaran bahasa Cornish kepada mereka.
Saat ini, kelas diadakan secara tatap muka dan secara daring di seluruh Cornwall, dan kami berusaha mempertahankan metode ini baik melalui kelas konvensional maupun melalui ruang bahasa termasuk kelas Yethow-an-Werin (berkumpul) yang menekankan praktek berbicara. Ada sekitar 3.000–5.000 orang di seluruh dunia yang memiliki pengetahuan bahasa Cornish, dan sekitar 500 orang yang fasih menggunakannya.
RV: Apa motiviasi Anda untuk mengupayakan bahasa Cornish hadir di ranah digital?
KB: Saya senang bahwa internet telah digunakan untuk menjangkau audiens baru dan pengguna bahasa Cornish yang sebelumnya tidak dapat mengakses bahasa mereka. Orang-orang yang menganggap bahasa Cornish sebagai bagian dari warisan budaya mereka sekarang dapat merasakan menjadi bagian dari komunitas ini secara daring, dan mereka bangga bahwa bahasa Cornish ada dan penting. Sebagai sebuah komunitas, kami mampu mempromosikan bahasa Cornish, tetapi kami memerlukan ranah digital untuk melestarikannya. Kami menggunakan internet agar bahasa Cornish dapat diakses oleh semua orang termasuk pelajar berkebutuhan khusus, saya ingin upaya ini dapat dikembangkan. Terakhir, ranah digital dan kehadiran digital memungkinkan kami mempromosikan bahasa Cornish dan kemultibahasaan masa lalu dan masa sekarang di Inggris Raya, serta nilai keberagaman bahasa.
RV: Jelaskan beberapa tantangan yang menghalangi bahasa Cornish digunakan sepenuhnya secara daring.
KB: Kami adalah komunitas bahasa kecil sehingga kekurangan orang yang memiliki keterampilan bahasa sekaligus teknologi untuk menghadirkan bahasa Cornish secara daring. Seringkali, kami mengandalkan orang yang sama untuk melakukan segala hal. Kami memiliki papan ketik digital dan kamus daring bahasa Cornish, menjadikan bahasa Cornish dilibatkan dalam beberapa proyek besar yang mencakup beberapa bahasa. Meskipun kami memiliki tata bahasa standar yang khusus digunakan dalam pendidikan dan kantor pemerintah, tetapi ada beberapa sistem ejaan yang dapat membingungkan para pemula, atau peminat bahasa Cornish, mereka kesulitan membedakannya karena sumber daring yang beragam. Seperti banyak bahasa lainnya, usaha untuk menghadirkan bahasa Cornish dalam ranah daring dilakukan oleh sukarelawan, tidak didanai, keadaan ini memengaruhi pencapaian target yang kami inginkan.
RV: Menurut Anda, langkah konkrit apa yang dapat diambil guna mendorong generasi muda komunitas Cornish untuk mulai mempelajari bahasa mereka atau tetap menggunakan bahasa mereka?
KB: Bahasa Cornish diajarkan di sekitar 50 sekolah dasar (dari sekitar 240 sekolah dasar) di Cornwall. Namun, bahasa ini tidak diajarkan di sekolah menengah, jadi tidak ada kemajuan untuk para siswa tersebut. Bahasa Cornish tidak diajarkan oleh guru khusus, jadi kami harus melaksanakan program pembelajaran bahasa Cornish untuk guru sekolah dasar agar mereka percaya diri untuk mengajarkannya. Kami membutuhkan sumber daya pembelajaran bahasa yang lebih modern untuk menarik generasi muda.
Agar upaya kami ini benar-benar berhasil, generasi muda harus menyaksikan penggunaan bahasa Cornish di luar kelas, di lingkungan masyarakat, di dunia pendidikan, dan di dunia kerja. Jika generasi muda tidak melihat bukti penggunaan bahasa ini, lalu apa alasan mereka mempelajarinya? Membuat generasi muda tertarik dapat juga diwujudkan dengan menjadikan bahasa Cornish sebagai warisan budaya tak benda dalam arti yang lebih luas di Cornwall.