- Global Voices dalam bahasa Indonesia - https://id.globalvoices.org -

Berita yang layak kita dapatkan

Kategori: Aktivisme Digital, Kebebasan Berbicara, Media & Jurnalisme, Media Warga, The Bridge, GV Advocacy, World Press Freedom Day 2022
A brown haired man stands against a rough wall. He's wearing a black tshirt and carrying a camera. He has a bandage from his foreheads along his nose. There is text in white that says: demand press freedom. civic space cannot thrive without press freedom. Syrian photographer Ameer al-Halbi, injured during clashes in a demonstration against 'the global security' draft law, in Paris.

Foto : IFEX, digunakan dengan ijin.

Artikel ini ditulis oleh Annie Game, Direktur Eksekutif IFEX [1], sebuah organisasi berjejaring global yang mempromosikan dan membela kebebasan berekspresi serta informasi sebagai hak asasi yang mendasar. Tulisan ini dipublikasikan kembali di Global Voices melalui perjanjian berbagi konten.

Kita mulai dahulu dengan kabar buruknya bahwa polusi informasi adalah sesuatu yang serius dan perlu perhatian [2]. Tidak ada yang lebih pasti terjadi pada saat krisis, ketika kita dihujani oleh banjir informasi, yang biasanya sebagian besar tidak benar, menyesatkan atau direkayasa sedemikian rupa.

Berita baiknya, adanya kerja sama kreatif antara media dan masyarakat sipil untuk mengatasi masalah ini, di seluruh dunia, sepanjang tahun, membantu agar komunitas kita tetap mendapatkan informasi dan mempersiapkan agar kita lebih mampu untuk menghadapi berbagai berita dan isu yang mempengaruhi hidup kita. Bellingcat [3] contohnya, yang menggunakan distribusi dan model kolaborasi untuk mengkoreksi banjir berita dan video palsu yang disebarkan tentang perang di Ukraina.

Banyak organisasi masyarakat sipil yang berkolaborasi dengan jurnalis dan media untuk membuktikan konspirasi teori, juga untuk memastikan informasi tetapi kritis dan akurat sehingga membuat masyarakat tetap aman selama pandemi COVID-19 [4]. Selain itu, kelompok masyarakat sipil juga mendukung dan bekerja sama pengan jurnalis untuk mempertahankan proses demokrasi, – mengekspos dan mengkoreksi disformasi yang dimaksudkan untuk membuat bingung para pemilih, selama masa pemilu di berbagai belahan dunia.

Salah satu proyek yang berkaitan dengan pemilu adalah Fact-Check Ghana [5] yang melawan penyebaran berita palsu, misinformasi dan propaganda di Afrika Barat, terutama menjelang pemilu, debat politik, masalah yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dan hal-hal kedaruratan lainnya.

Dalam rangka Hari Kebebasan Pers Dunia, kita dapat bersama-sama memikirkan tentang situasi dan kondisi informasi, posisi media di masyarakat, dan apa artinya hal ini bagi kita semua.

Jurnalis mungkin pihak yang paling terlihat oleh kita semua sebagai pemasok berita. Mereka juga menyediakan akses utama bagi informasi yang mudah didapat, terpercaya dan sudah diperiksa kebenarannya, membantu pengambilan keputusan, yang akan mempengaruhi masyarakat dan kehidupan kita.

Akhir-akhir, semakin banyak masalah yang menerpa media : mulai dari kekurangan tenaga kerja, mendapat tekanan di dunia nyata, menghadapi semakin banyaknya tuntutan hukum dari orang-orang berpengaruh dan terkenal, diancam, mendapat perundungan, dipenjara, dan diserang oleh para tiran.

Kondisi ini menghambat arus informasi penting dan dapat diandalkan, dan kita semua merasakan akibatnya. Hal ini meninggalkan celah yang besar, yang bisa dengan mudah diisi oleh media sosial yang merupakan sumber dari misinformasi, lengkap dengan model bisnis yang bekerja dengan memperkuat penyebarannya dan polarisasi, serta menciptakan kubu-kubu yang diciptakan berdasarkan opini seria kebohongan, dibandingkan fakta.

Hasilnya adalah kondisi arus informasi yang kacau, sehingga kita kehilangan kepercayaan diri untuk membedakan mana yang benar dan tidak. Situasi ini menyebabkan kita lebih mudah menelan apa saja yang ada di sekitar, informasi yang memberikan jawaban terbatas pada masalah yang sangat kompleks.

Situasi ini sangat menguntungkan bagi para otokrat. Mereka dengen senang hati memberikan jawaban yang mudah dan menyalahkankan pihak-pihak yang ingin penjelasan lebih dalam, sekaligus menantang narasi yang menyesatkan. Mereka menjelek-jelekkan media, membahayakan profesi jurnalis dengan semakin menjatuhkan kredibilitas mereka di muka publik, membuat media yang independen dan bebas dalam situasi terancam serta membahayakan.

Di sinilah masyarakat sipil mengambil peranan : mendukung, meningkatkan dan mempromosi hasil kerja para jurnalis, menekankan kebutuhan kolektif kita akan informasi yang memiliki integritas, dan mengutuk setiap tindakan yang bertujuan untuk menjatuhkan kebebasan pers.

Ini merupakan perlindungan terbaik dan paling penting yang bisa kita berikan pada media, agar masyarakat dapat terus menghargai informasi, dan mempercayanya. Untuk terus menghadapi peraturan yang merintangi pekerjaan mereka. Untuk mempromosikan keamanannya, dan untuk advokasi tanpa henti atas keadilan ketika mereka diserang oleh impunitas.

Kami tidaklah naif. Kami tahu tentu saja ada pihak-pihak tidak bertanggung jawab di setiap institusi, pun media tanpa terkecuali. Tapi ketika memastikan hak kita untuk mendapatkan informasi (yang terpercaya), media merupakan sekutu kita, dan kita pun perlu menjadi rekanan yang baik bagi mereka.

Ketika kita merayakan Hari Kebebasan Pers 2022 [6] beberapa waktu yang lalu, kelompok masyarakat sipil harus menggandakan usaha kita untuk membela kebebasan pers. Di saat-saat seperti ini, kita bukan saja harus bertahan tapi juga mengembangkan diri.

Perjalanan kita masih panjang. Dan kita harus menjalaninya.