- Global Voices dalam bahasa Indonesia - https://id.globalvoices.org -

Menginspirasi generasi baru penutur bahasa Bali melalui pahlawan super dan wiki

Kategori: Asia Timur, Indonesia, Aktivisme Digital, Bahasa, Media Warga, Pribumi, Rising Voices

Tangkapan layar dari Trailer Transformasi Luh Ayu Manik Mas. [1]

Catatan editor: Mulai tanggal 21-27 April 2021, Ni Nyoman Clara Listya Dewi akan memegang akun @AsiaLangsOnline [2], akun Twitter yang dipegang secara bergiliran, yang mengeksplorasi bagaimana teknologi bisa digunakan untuk merevitalisasi bahasa-bahasa Asia. Baca lebih lanjut mengenai kampanye ini di sini [3].

Organisasi BASABali [4] telah memainkan peran positif di Bali, Indonesia, dengan mengambil beragam pendekatan untuk mempromosikan budaya dan bahasa Bali secara daring. [5] Selain platform pembelajaran bahasa, terdapat juga kamus format-wiki daring, para pengguna bisa turut berkontribusi atau mereka dapat mengakses sumber daya terkait bahasa di perpustakaan virtual mereka.

Di negara yang kaya keanekaragaman bahasa dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dan lebih dari 707 bahasa,  [6]bahasa Bali dituturkan oleh sekitar 3,3 juta orang [7]. Bahasa ini paling banyak ditemukan di Pulau Bali, yang sangat terkenal sebagai tujuan wisata yang menarik dengan kekayaan warisan budaya. Namun, bahasa ini mulai tergeser [8] karena sebagian besar sekolah dan media menggunakan bahasa resmi negara yaitu bahasa Indonesia. Dalam upaya memenuhi kebutuhan wisata, lebih ditekankan pembelajaran bahasa Inggris atau bahasa internasional lainnya. Namun, berkat proyek BASABali, bahasa ini semakin banyak dibagikan ke media sosial dan menemukan ruang baru melalui materi audiovisual.

Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan pahlawan super digital bernama Luh Ayu Manik Mas [9]. Karakternya [10] adalah “pahlawan super Indonesia yang berani, gesit, cepat, dan kuat yang menggunakan kekuatannya untuk membantu melestarikan lingkungan alam dan budaya Indonesia.” Cerita bergambarnya tersedia dalam bahasa Bali, Indonesia, dan Inggris sebagai cara untuk menjangkau lebih banyak orang di luar Bali.

View this post on Instagram

A post shared by Luh Ayu Manik Mas| Putri Bali (@luhayumanikmas) [11]

Rising Voices mewawancarai Direktur Komunikasi organisasi tersebut, Ni Nyoman Clara Listya Dewi, melalui surel dan dia memberikan beberapa informasi tambahan tentang perannya di BASABali dan kenapa melibatkan komunitas bahasa daerah melalui platform-platform digital ini itu penting.

Foto disediakan oleh Ni Nyoman Clara Listya Dewi, diginakan dengan izin.

Rising Voices (RV): Apa status bahasa Anda saat ini secara luring maupun daring?

Ni Nyoman Clara Listya Dewi (NNCLD): Balinese, my native language, is currently strong but like any local language in the modern digital world, it is at risk; young people today are mostly using Indonesian and English, especially in online conversations such as social media. Balinese is still the language used by many adults in family and social settings. It is important for me and other young people in Bali to start thinking about ways that can be done to preserve the Balinese language both offline and online.

Ni Nyoman Clara Listya Dewi (NNCLD): Bahasa Bali, yang merupakan bahasa ibu saya, saat ini keberadaannya kuat tapi seperti bahasa daerah lainnya di dunia digital modern, sedang menghadapi risiko; anak muda sekarang kebanyakan menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris, terutama dalam percakapan daring seperti media sosial. Bahasa Bali masih merupakan bahasa yang digunakan banyak orang dewasa dalam lingkungan keluarga dan sosial. Penting bagi saya dan anak muda di Bali untuk mulai memikirkan cara yang bisa dilakukan untuk melestarikan bahasa Bali baik secara luring maupun daring.

RV: Menurut Anda, apa tantangan terbesar yang dihadapi komunitas bahasa Anda saat berkomunikasi digital atau menciptakan konten digital dalam bahasa ibu mereka?

(NNCLD): Unequal access to digitalization is our biggest problem. Internet users continue to grow, but in reality not all areas in Bali have adequate internet access. This is [caused] by several problems such as unequal resources, low levels of education and social classes.

(NNCLD): Ketimpangan akses digitalisasi adalah masalah terbesar kami. Pengguna internet terus bertambah, tapi kenyataannya tidak semua wilayah di Bali punya akses internet yang memadai. Ini [disebabkan] karena beberapa masalah seperti sumber daya yang tidak merata, rendahnya tingkat pendidikan dan kelas sosial.

RV: Menurut Anda, apa saja langkah yang bisa diambil untuk mendorong peningkatan penggunaan bahasa ini di internet?

(NNCLD): BASAbali Wiki is able to encourage increased use of Balinese on the internet by engaging people to participate in the development of an online cultural wiki.

(NNCLD): BASAbali Wiki mampu mendorong peningkatan pengguna bahasa Bali di internet dengan melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan wiki budaya daring.

RV: Apa motivasi utama Anda dalam usaha agar bahasa dan budaya Anda tersedia di internet?

(NNCLD): My primary motivation is to preserve Balinese language and culture in the future. I want to see that in the next 20-50 years, the next generation will still know their origins, their culture and [that] the language [is] spoken and has taken root in Balinese life.

(NNCLD): Motivasi utama saya adalah melestarikan bahasa dan budaya Bali di masa depan. Saya ingin melihat dalam 20-50 tahun nanti generasi berikut tetap mengetahui asal-usul, budaya mereka, dan [bahwa] bahasa [ini] digunakan serta mengakar dalam kehidupan orang Bali.