- Global Voices dalam bahasa Indonesia - https://id.globalvoices.org -

Tanzania : platform daring untuk menangkal obat palsu

Kategori: Afrika Sub-Sahara, Tanzania, Gagasan, Kesehatan, Media Warga, Pembangunan, Pemerintahan, Teknologi

Frank Arabi menjelaskan Langkah-langkah memesan barang-barang farmasi melalui PharmaLinks. Foto: Goodhope Amani, digunakan dengan jin.

Masalah obat palsu sudah menghantui dunia dan berpengaruh buruk bagi banyak orang di seluruh dunia, tidak terkecuali Tanzania. Biarpun pemerintah sudah mengeluarkan regulasi [1] dalam bisnis medis, tetap saja ada celah yang dipakai oleh pihak tertentu untuk menjual obal palsu, baik secara daring maupun luring, yang disebabkan oleh lemahnya pengawasan sebelum obat-obatan memasuki pasar.

Kini, sebuah platform daring yang bernama PharmLinks [2], yang didirikan di Tanzania, berkeinginan untuk menghentikan krisis obat palsu. Platform ini meaghubungkan penyedia dan penjual partai besar obat-obatan serta barang-barang farmasi di Tanzania. Platform ini memastikan pihak-pihak terkait mendapatkan obat-obatan dari apotik yang terdaftar dan juga memantau peredarannya di pasar.

Frank Arabi [3], seorang mahasiswa kedokteran dari Muhimbili University of Health and Allied Sciences, ikut membidani berdirinya PharmLinks [2] setelah melakukan observasi tentang sejumlah tantangan yang dihadapi oleh industri farmasi di Tanzania, terutama dalam masalah pengadaan, yang menciptakan sebuah peluang emas bagi bisnis obat palsu.

Frank Arabi, mahasiswa kedokteran dan salah satu pendiri Pharmlinks. Foto: Goodhope Amani, digunakan dengan ijin.

Arabi dan timnya merancang sebuah sistem daring yang menyederhanakan pengadaan barang-barang farmasi dan melawan obat-obatan palsu dengan pengawasan melekat dalam proses rantai pasokan.

“Situs ini menyediakan daftar berbagai apotik, barang-barang farmasi dalam berbagai harga. Selain itu, situs ini juga menyediakan analisa bisnis dan pengaturan inventori, juga menyediakan satu platform bagi konsumen untuk mengecek keaslian obat yang mereka beli. Jadi, situs ini merupakan rangskalan sistem yang cukup kompleks, dengen berbagai dayanan solusi,” ujar Arabi dalam sebuah wawancara dengen Global Voices.

Diluncurkan pada 2018 dan mash dalam tahap uji coba, kini 35 perusahaan farmasi sudah dapat dengan bebas mengakses situs tersebut dan mencari barang-barang medis yang hendak dibeli. Sistem menghubungkan mereka dengan penjual partai besar dan apotek demi alasan keamanan dan juga lengkap dengan harga untuk setiap produk. Pembeli dapat memilih barang yang hendak dibeli dan membayarnya secara daring, setelahnya pesanan akan diantar.

Menangkal obat-obatan palsu

Venance Majula, seorang warga Dar es Salam, mengingat saat saudari-nya hampir saja mengkonsumsi obat palsu, yang dibeli dari sebuah apotik. Untungnya, seorang kerabat yang mempunyai pengetahuan tentang obat-obatan menyadari bahwa obat tersebut palsu setelah meneliti nomor seri dan bahan yang terkandung di dalamnya.

“Kami dan orang-orang pada umumnya tidak mengetahui apakah obat tersebut palsu atau tidak. Saya pikir mungkin para apoteker sebaiknya memberikan cara-cara tentang apa saja yang harus diketahui ketika membeli atau mengkonsumsi obat tertentu,” ujar Majula.

WHO menyatakan setidaknya ada 100.000 kasus kematian [4] di Afrika terkait dengan obat-obatan palsu atau tidak sesuai standar; dan jumlah tersebut terus bertambah.

Arabi mengatakan masalah obat-obatan palsu adalah sesuatu hal yang serius dan memerlukan beberapa pendekatan untuk memeranginya. “Pasar global obat-obatan palsu bernilai sekitar USD 200 miliar [5] dalam setahun,” menurut WHO, seperti yang dikutip oleh Reuters.

“Masalah obat-obatan palsu ini sangat kompleks dan melibatkan banyak pihak, sehingga membutuhkan pendekatan multidimensi serta penanganan dari berbagai sisi; rantai pasokan hanyalah salah satunya. Kami percaya dengan kekuatan teknologi digital bagi kesehatan, demi peningkatan kualitas hidup masyarakat kami,” belas Arabi.

Pada Juni 2019, pemerintah bersama dengan Tanzania Medicines and Medical Devices Authority (TMDA [6]) menerbitkan peringatan tenting beredarnya Gentrisone palsu Tanzania. Obat ini berupa salep yang digunakan untuk infeksi bakteri. Daily News, yang merupakan media setempat [7], mengungkapkan bahwa telah ditemukan 4.118 tube yang ditemukan di 6 wilayah di seantero Tanzania

Sejauh ini, Pharmlinks sudah menghubungan puluhan apotek di Dar es Salaam, pusat bisnis Tanzania dan berharap dapat menambah jumlahnya menjadi ratusan di tahun-tahun mendatang.

Pasar obat-obatan Tanzania menghadapi beberapa tantangan, termasuk pasar gelap yang memungkinkan orang membeli boat-obatan di jalanan tanpa resep dokter.

Di Jalan Tandale, yang berjarak 3 kilometer dari pusat kota Dar es Salaam, terdapat sebuah apotek yang dimiliki oleh Hawa Alex Dagaa. Dia mengakui bahwa beberapa orang membeli obat-obatan dari pihak yang tidak berijin, hanya karena harganya lebih murah.

“Beberapa orang membeli obat dari penjual yang berkeliling kota karena harganya murah, biarpun sulit untuk menjamin keasliannya.”

Hawa Alex Dagaa, di apoteknya di Tandale – Dar es salaam, merasa senang karena sistem online dapat membantu konsumen mendapatkan obat-obatan yang baik. Foto : Goodhope Amani, digunakan dengan jin.

Dagaa yakin bahwa sistem daring yang baru tidak hanya akan menghemat waktu ketika mencari penjual obat dengan harga yang terjangkau, tapi juga akan membantu memantau distribusi obat-obatan, dengan tujuan untuk mengurangi kesalahan membeli obat palsu.

“Karena jalanan macet, dibutuhkan waktu cukup lama untuk menemukan lokasi penjual obat-obatan untuk apotek saya, tapi dengan sistem ini, kita tinggal masuk ke dalam sistem, melakukan pesanan, membayarnya dan mereka akan mengantarnya,” tambahnya.

Ternyata Pharmalinks bukan satu-satunya platform daring yang mempunyai tujuan untuk melawan obat palsu di Afrika. Pada tahun 2018, sebuah platform asal Nigeria, medsaf [8], diluncurkan untuk mencegah peredaran obat palsu di negara Afrika Barat, sementara di tahun yang sama, Ghana memperkenalkan FarmaTrus [9].

Pharmalinks bekerja sama dengan Tanzania Pharmacy Council, yang memiliki tanggung jawab untuk mendata obat-obatan yang masuk dan juga apotek, termasuk dengan TMDA, untuk meyakinkan sistem ini bisa berjalan dengan baik.