- Global Voices dalam bahasa Indonesia - https://id.globalvoices.org -

Virus Corona juga wabah ekonomi bagi Tiongkok

Kategori: Asia Timur, Cina, Ekonomi & Bisnis, Kesehatan, Media Warga, Warta Semerta

Uang kertas 100 Yuan – uang kertas paling populer yang digunakan di Tiongkok menampilkan wajah Mao yang tertutup masker pernapasan. Gambar oleh Oiwan Lam, digunakan dengan izin.

Ketika sebuah epidemi bertepatan dengan pembelanjaan besar-besaran yang mengiringi perayaan Tahun Baru China [1], kesehatan ekonomi negara juga mengalami tekanan. Retorika pemerintah Tiongkok sangat melekat dengan janji-janji kemakmuran ekonomi kelas menengahnya yang semakin meningkat, dan kemunculan ancaman fiskal, seperti yang kita saksikan selama wabah virus corona Wuhan, bisa jadi memiliki dampak sosial dan politik yang luas.

Pertumbuhan PDB sebagai ‘agama negara’

Peristiwa paling signifikan selama empat dekade terakhir adalah transformasi Tiongkok dari negara terbelakang menjadi kekuatan ekonomi top dunia [2]. Pernyataan ini secara luas digunakan oleh pemerintah Tiongkok dan Partai Komunis Tiongkok (PKT) untuk mengklaim kesetiaan dan dukungan dari 1,3 miliar penduduknya. Tiongkok memulai reformasi ekonominya pada tahun 1979 dan selama beberapa dekade membanggakan pertumbuhan PDB yang mengesankan [3], yang sering kali berada di angka dua digit. Sejak Xi Jinping menjadi pemimpin Tiongkok pada tahun 2012, angkanya telah berkisar antara 6 dan 8 persen. Harus dicatat bahwa keandalan data yang disediakan oleh sumber resmi Tiongkok memerlukan pengawasan yang cermat [4] mengingat sensitivitas politik yang melekat pada angka-angka tersebut sebagai bagian dari narasi ‘stabilitas sosial’ yang banyak digunakan oleh pejabat Tiongkok dalam pidato dan pernyataannya.

Dasar dari cengkeraman PKC terhadap negara adalah kontrak sosial yang dapat dirangkum dengan ‘kesejahteraan tanpa kebebasan’ [5]. Dengan kata lain, selama 400 juta [6] kelas menengah yang kuat meningkat dan menikmati standar hidup yang nyaman, Partai tersebut tidak akan ditantang secara serius atas banyaknya laporan korupsi, manipulasi keadilan, peningkatan penyensoran media dan informasi.

Hal ini menjelaskan mengapa pertumbuhan PDB dipandang sebagai indikator nasional untuk pemenuhan ‘kontrak sosial’ dan mengapa sedikit penurunan dapat menyebabkan kecemasan besar bagi pemerintah dan Partai, tetapi juga bagi warga negara yang biasanya bereaksi dengan protes daring, jarangnya demonstrasi luring, dan orang-orang kaya yang memindahkan modal atau seluruh keluarga dan bisnisnya ke luar negeri.

Virus Corona Wuhan merupakan wabah bagi pariwisata dan industri film

Sementara pasar dunia gugup terhadap berita wabah virus corona Wuhan dan banyak yang memperkirakan konsekuensi perdagangan dan investasi global Tiongkok [7], ekonomi Tiongkoklah yang paling terkena dampak secara langsung. Beberapa industri sudah menunjukkan tanda-tanda perlambatan signifikan.

Pariwisata domestik dan internasional yang sudah lama dianggap sebagai kemewahan, merebak di Tiongkok berkat pertumbuhan kelas menengah yang menganggap wisata sebagai salah satu tanda kesuksesan sosial. Periode Tahun Baru China merupakan puncak dalam perjalanan domestik karena tradisi yang menuntut agar keluarga lintas generasi untuk berkumpul. Untuk perayaan 2020, diduga akan ada 3 miliar perjalanan [8], namun pemerintah kini membatasi pergerakan dan banyak warga yang takut telah meninggalkan rencana perjalanan mereka.

Seperti yang dicatat oleh Ting Lu, seorang pakar pariwisata dengan Nomura Asset Management, pertama kali industri pariwisata domestik China terkena dampak yaitu setelah epidemi SARS 2002-2003:

“China’s real GDP growth dropped by 2 percentage points from 11.1% in the first quarter of 2003 to 9.1% in the second quarter, before recovering to 10% in the third quarter of that year. Growth was largely dragged by the tertiary sector, especially by two major subcomponents of GDP: (1) transport, storage, and post, and (2) hotel and catering services”

“Pertumbuhan PDB riil Tiongkok turun 2 poin persentase dari 11,1% pada kuartal pertama 2003 menjadi 9,1% pada kuartal kedua, sebelum pulih menjadi 10% pada kuartal ketiga tahun itu. Pertumbuhan sebagian besar diseret oleh sektor tersier, terutama oleh dua subkomponen utama PDB: (1) transportasi, penyimpanan, dan pos, dan (2) layanan hotel dan katering ”

Industri film, yang diperkirakan sebagai pasar film terbesar kedua di dunia, juga dihantam keras oleh munculnya wabah. Rilis untuk film-film besar tahun ini selalu dijadwalkan bertepatan dengan liburan panjang Tahun Baru China – yang berlangsung antara 10 hari hingga dua minggu – karena orang-orang akan mempunyai waktu untuk mengunjungi bioskop. Tahun ini, perilisan film-film top ditunda tanpa batas waktu [9]. Selain studio film, termasuk studio Hengdian, yang dianggap sebagai studio terbesar di dunia [10], lebih dari 70.000 bioskop, [11] ditutup untuk mencegah penyebaran virus. Hal ini juga memiliki konsekuensi politis pada industri film Tiongkok yang dikontrol ketat oleh ideologi Partai yang memberikan kuota pada film asing yang memiliki penonton yang jauh lebih banyak daripada film domestik.

Tweet berikut ini memuat foto pengumuman resmi bahwa studio film Hengdian akan ditutup karena peringatan virus corona Wuhan.

Studio film Hengdian sementara menghentikan produksi film dan pembukaan tempat wisata https://t.co/0ngtn5hHDo [12] pic.twitter.com/wpjbXtm5e9 [13]

Ekonomi domestik kemungkinan besar akan terpengaruh. Masih terlalu dini untuk mendapatkan angka pasti, tetapi cukup jika dikatakan bahwa Tahun Baru China adalah musim belanja besar-besaran, dengan penawaran khusus, makan di luar, dan penawaran hadiah. Sementara banyak pembelanjaan terjadi secara online, proses pengiriman kini dihentikan atau diperlambat mengingat risiko virus corona.

Wuhan juga merupakan pusat industri utama, seperti yang dijelaskan [15] Benny Liu, wakil ketua operasi KPMG di Tiongkok:

“Wuhan serves as a critical industrial, research and education base, and integrated transport hub for the nation. Wuhan’s GDP growth was 7.8 per cent in 2019, 1.7 percentage points higher than the national average, local government data showed”.

“Wuhan berfungsi sebagai basis industri, penelitian dan pendidikan yang kritis, dan pusat transportasi terintegrasi untuk negara. Pertumbuhan PDB Wuhan adalah 7,8 persen pada tahun 2019, 1,7 poin persentase lebih tinggi dari rata-rata nasional, data pemerintah daerah menunjukkan ”.

Bahkan Wuhan menjadi tuan rumah bagi 500 kantor dan pabrik perusahaan teratas.

Dalam konteks ini, slogan dan pernyataan yang disampaikan oleh pejabat pemerintah pusat dan daerah mungkin tidak cukup untuk membangun kembali kepercayaan [16] pada kemampuan pemerintah dan Partai untuk menghormati ‘kontrak sosial’. Seperti yang dikatakan [5] Xi Jinping pada acara Partai yang penting, Kongres PKC ke-19 pada 2017:

“What we now face is the contradiction between unbalanced and inadequate development and the people’s ever-growing needs for a better life.”

“Apa yang kita hadapi sekarang adalah kontradiksi antara pembangunan yang tidak seimbang dan tidak memadai dan kebutuhan masyarakat yang terus bertambah untuk kehidupan yang lebih baik.”