- Global Voices dalam bahasa Indonesia - https://id.globalvoices.org -

Seniman ‘Headache Stencil’ mengkritik junta Thailand lewat grafiti

Kategori: Asia Timur, Thailand, Kebebasan Berbicara, Media Warga, Politik, Protes, Seni Budaya
[1]

Headache Stencil berpose di depan gambar PM Thailand versi kucing maneki-neko. Sumber: Headache Stencil, digunakan seizin empunya.

Lewat grafiti jalanan dan mural, Stencil mengilustrasikan [2] kericuhan demokrasi dan reformasi Thailand yang terus berlangsung.

Ketika militer merebut kekuasaan [3] bulan Mei 2014 yang berbuntut terbitnya konstitusi baru, mereka berjanji untuk mengembalikan proses pemilu dan pemerintahan sipil, namun janji ini masih berupa janji kosong.

Headache Stencil mulai melukis grafiti selepas kudeta 2014. Dalam wawancara [4] dengan Art Whore, sebuah situs seni pop art, dia menjelaskan ihwal awal-mula karirnya:

Aku mulai membuat gambar seni di hari kudeta militer Thailand. Aku geram pada tentara saat itu. Lalu aku keluar ke jalan dan menggambar grafiti.

Dalam wawancara dengan koran Hong Kong South China Morning Post, dia menjelaskan mengapa dia pilih [5] nama ‘Headache Stencil’:

Aku punya alasana menamai diriku Headache, bro.. Aku mau memberi sakit kepala bagi sejumlah penguasa.

Jika orang melihat karyaku dan mulai menyadari banyaknya ketidakadilan, tandanya aku berhasil mencapai tujuan akhirku.

Menurutnya seniman Thailand memiliki kewajiban [6] untuk merenungi kemunduran yang terjadi dibawah kekuasaan Junta [milter]. Dalam wawancara dengan The Nation, harian berbahasa Ingris Thailand, Headache Stencil berujar:

Seniku merenungi kekuasaan diktator, korupsi dan hilangnya kebebasan dalam masyarakat kita. Adalah tugas paling penting para seniman untuk mencerminkan segenap penyakit dalam masyarakat dan bercerita pada dunia apa yang Thailand kini hadapi di bawah kekuasaan para militer junta.

Awal tahun ini, dia mengaku dikejar [7] polisi untuk grafitinya yang mengolok-olok lusinan jam tangan Rolex yang dimiliki Wakil PM Thailand:

[1]

Headache Stencil menggunakan ikon beker untuk menyindir lusinan jam tangan mewah yang dikoleksi Wakil PM. Gambar juga menyimbolkan perpanjangan waktu yang diambil oleh pihak militer untuk memimpin pemerintahan. Sebuah hal yang patut diwaspadai. Sumber: Headache Stencil, digunakan seizin empunya.

Karya lainnya yang berjudul ‘Black Panther’ menjadi viral di media setelah aparat menghapusnya dengan cat putih. Grafiti tersebut mengacu pada sebuah laporan tentang milyader terkemuka yang tertangkap tangan [8] melakukan pemburuan binatang liar termasuk seekor macan kumbang hitam. Headache Stencil menggambar seekor macan dengan logo tombol senyap yang menyimbolkan keprihatinan banyak orang bahwa kasus tersebut akan dilupakan oleh pemerintah:

[1]

‘Black Panther’ oleh Headache Stencil, digunakan seizin empunya.

Dibawah ini beberapa karya seni jalanan Headache Stencil yang menyorot pemerintahan berkepanjangan militer dan pemilu terbuka yang berkali-kali batal:

[1]

“Tahun keempat pemerintahan militer. Di mana demokrasi? Kami merindukanmu.” Gambar dan penjelasan oleh Headache Stencil, digunakan seizin empunya.

[1]

“Berapa lama kalian memerintah? Mau menunda pemilu lagi? Tolong, deh.. iudah kelamaan” Gambar dan penjelasan oleh Headache Stencil, digunakan seizin empunya.

Headache Stencil membuat poster berikut setelah pemerintah melarang [9] penjualan majalah Time yang menampilkan artikel-artikel tentang mantan jendral yang kini menjabat predikat PM Prayut Chan-o-cha:

[1]

Gambar oleh Headache Stencil, digunakan seizin empunya.

Dalam video [10] wawancara termutakhir dengan situs Singapura The Online Citizen, Headache Stencil menjabarkan tantangan dan dorongannya untuk artivist politik: