- Global Voices dalam bahasa Indonesia - https://id.globalvoices.org -

Bapak Guru ini Membawa Perpustakaan Anak Keliling dengan Menunggang Keledai di Pedesaan Kolombia

Kategori: Latin America, Kolombia, Gagasan, Kesusasteraan, Media Warga, Pembangunan

Apa jadinya dunia tanpa kecerdikan dan kemampuan swacipta orang-orang yang mencari cara untuk menjadikan linkungannya lebih baik? Apa jadinya dunia tanpa guru?

Luis Soriano [1], seorang guru SD Kolombia yang lahir di Nueva Granada, mengerti pentingnya pendidikan. Dia dibesarkan di sebuah kota kecil di La Gloria, yang termasuk ke dalam wilayah Cesar [2]. Soriano lulus dengan diploma sastra Spanyol, berkat seorang pendidik yang datang ke desanya dua kali sebulan.

Sadar akan pentingnya buku, Soriano menyediakan cara untuk memberikan buku kepada anak-anak di tempat yang sulit untuk mendapatkan buku.  “Biblioburros” (yang artinya “Perpustakaan Keledai”) adalah perpustakaan keliling [1]yang mendistribusikan buku-buku di daerah Kolumbia Utara di atas kedua keledai [3]yang bernama Alfa dan Beto, yang namanya, bila disambung, menjadi alfabeto, or “alfabet” dalam Spanyol. Dan satu lagi, mereka adalah “keledai yang paling bijak di dunia [4],” menurut blog Narrative Journalism di Amerika Latin:

En 1997 [Soriano] tuvo una idea que para muchos fue maravillosa, pero para otros constituyó una verdadera locura: por su propia cuenta decidió cargar en el lomo de dos burros 70 libros de matemáticas, literatura geografía e historia. ¿Su objetivo? Llevarlos a diferentes niños sin recursos ubicados en apartadas zonas de su municipio.

Pada tahun 1997, [Soriano] mempunyai ide yang dianggap cerdas oleh banyak orang, dan ada juga yang menggagap gila; dia memutuskan untuk menunggangi keledainya beserta 70 buku matematika, sastra, geografi, dan juga sejarah. Tujuannya? Untuk membawa buku tersebut ke anak-anak kurang mampu yang tinggal di kota kecilnya.

Luis Soriano suka membaca buku sejak kecil—kegemaran yang ditanam oleh bibinya, dan keduanya menemukan [4]satu puisi oleh pujangga Nikaragua, Rubén Darío [5]:

Sin duda Soriano es un quijote colombiano, que enloqueció como el Caballero de la Triste Figura con los libros. Cuando su tía le leyó “Margarita está linda la mar” [6], no pudo dormir en ocho días. Tenía cuatro años y si no lo adivinaba entonces, al menos intuía que su vida estaría íntimamente ligada con la literatura.

Tidak diragukan lagi, Soriano adalah seorang Quixote Kolumbia yang menjadi gila dengan buku, sama seperti Ksatria Tokoh Sedih. Ketika bibinya membacakan “Margarita betapa sedihnya laut itu” [7] kepadanya, dia tidak bisa tidur selama delapan hari. Soriano berumur empat tahun waktu itu, dan sepertinya dia bisa tahu bawa dia akan mengaitkan hidupnya dengan sastra.

Beberapa waktu lalu, Soriano berbicara [8]di CCN.com, membagikan motivasinya untuk memulai proyek Biblioburros. Menurut situsnya:

In [rural] regions, a child must walk or ride a donkey for up to 40 minutes to reach the closest schools. […] The children have very few opportunities to go to secondary school. […] There are [few] teachers that would like to teach in the countryside.

Di pendesaan, seorang anak harus jalan kaki atau naik keledai sekitar 40 menit untuk mencapai sekolah terdekat. […] Kesempatan anak-anak untuk masuk SMP dan SMA sangatlah minim. […] Jumlah guru yang ingin mengajar di daerah pendesaan sangatlah sedikit.

Keinginannya untuk membagikan bacaan tidak hanya sebatas bacaan dalam bahasa Spanyol; Soriano juga membagikan beberapa buku berbahasa Inggris [9] kepada pembaca-pembaca cilik. :

Soriano sangat semangat untuk menambah koleksi buku berbasa Inggris miliknya. Dia mengerti akan pentingnya bilingualisme di negara yang terus menerus makin terhubung dengan negara lain. Soriano bersikeras untuk memberikan akses lebih kepada anak-anak di pendesaan terhadap bahasa utama di dunia.

Di video berikut ini, Luis Soriano sedang beraksi, menunjukan sulitnya mendapatkan buku di beberapa tempat. Dan itulah gunanya Luis dengan keledainya.

Tengo 3,480 libros guardados en cajas, metidos en anaqueles, en burriquetes, en cajas, cajitas. En donde mis amigos tengo también porque no habría espacio para mí ni para los libros. […]

Alfa es la que prácticamente lleva toda la biblioteca, 120 títulos cargamos en esta biblioteca para el goce y el disfrute de los niños del campo. Tenemos recorridos de 3, 4, 5, hasta de 11 horas. Son 8 horas montado en burro.

Este es mi compromiso de vida. Sentirme útil a la sociedad a la que pertenezco.

Saya memiliki 3.480 buku yang tersimpan di kardus, di atas lemari, ataupun di kotak-kotak. Saya juga menaruh sebagian di tempat teman-teman, karena sudah tidak cukup di rumah saya. […] Alfa membawa semua buku sendirian, kami mempunyai 120 judul buku di lemari untuk dibaca oleh anak-anak. Kami keliling setiap jam 3, 4, 5, dan 11. Perjalanan selama 8 jam di atas keledai.

Ini adalah komitmen seumur hidup, untuk merasa berguna kepada masyarakat saya.

Di sebuah artikel yang terbit di situs berita Quartz, Biblioburros terdaftar sebagai salah satu dari delapan perpustakaan [10]yang patut dikunjungi semua pecinta buku. Quartz juga memicu antusiasme [11] di antara pengguna Twitter berbahasa Inggris.

Dari Biblioburros ke Walmart … pilih dari antara bermacam-macam perpustakaan: https://t.co/zoLkBenhF3 [15]— Jessica White (@ladyredjess) 7 de septiembre de 2016 [16]

I love the Biblioburros the most I think. https://t.co/sFutfDzmDF [17]

— Katie Dyer (@katiedyer2014) 7 de septiembre de 2016 [18]

Saya paling suka Biblioburros. https://t.co/sFutfDzmDF [17]— Katie Dyer (@katiedyer2014) 7 September 2016 [18]

Atas upayanya, Luis Soriano diabadikan dalam buku dongeng anak-anak [19] karya Jeanette Winter!

Rayakan  #HariNasionalPerpustakaan [20] dengan “Biblioburro” karya Jeanette Winter pic.twitter.com/Rt7zHo6mYL [21]— TAA_Editor (@TAA_Editor) 7 Febuari 2015 [22]

El maestro Luis un día decide cargar sus dos burros, Alfa y Beto, con libros, para llevarlos a los niños que, por vivir en alejadas zonas rurales, no tienen acceso a ellos. Desde entonces, recorre el país con su biblioteca ambulante.

Suatu hari, Pak Guru Luis memutuskan untuk mengangkut buku-buku di atas kedua keledainya, Alfa dan Beto, dan membawa buku-buku tersebut ke anak-anak yang tinggal di daerah terpencil. Sejak saat itu, dia mengedarkan perpustakaan keliling di negaranya.

Biblioburro, biblioteca itinerante en Colombia. Acción Visual/Diana Arias - Wikipedia (CC BY-SA 3.0)

Biblioburros, perpus keliling di Kolombia. Foto: Acción Visual / Diana Arias [23] / Wikipedia (CC BY-SA 3.0).