- Global Voices dalam bahasa Indonesia - https://id.globalvoices.org -

Legislator Rusia Mengusulkan Pemblokiran Messenger Telegram ‘Karena Digunakan oleh IS’

Kategori: Eropa Timur & Tengah, Rusia, Aktivisme Digital, Kebebasan Berbicara, Media Warga, Perang & Konflik, Politik, Sensor, RuNet Echo, GV Advocacy
Should Telegram be banned because it's used by extremist organizations illegal in Russia? Images by Rflor and Mihael Tomic for the Noun Project. Images mixed by Tetyana Lokot.

Pentingkah Telegram diblokir karena sering digunakan oleh organisasi ekstremis ilegal di Rusia? Gambar oleh Rflor dan Mihael Tomic untuk Noun Project. Ilustrasi dikelola oleh Tetyana Lokot.

Akses aplikasi messenger Telegram oleh pengguna Rusia harus dihentikan, menurut legislator Rusia Aleksandr Ageyev, yang memohon [1] pada jajaran keamanan negara Rusia (FSB) untuk mempertimbangkan pemblokiran aplikasi. Dalam permohonannya, Ageyev mencatat bahwa Telegram “secara aktif digunakan oleh teroris dari kelompok Islamic State (IS) untuk mendistribusikan konten ekstremisme,” dan kemungkinan diggunakan sebagai alat untuk “merekrut warga Rusia menjadi anggota kelompok IS.” Ageyev mencatat bahwa berbeda dengan jejaring sosial lain, seperti VKontakte, Twitter, atau Facebook, yang secara aktif melawan konten ekstremis, layanan teknis Telegram “tidak mengindahkan keluhan pengguna atas konten-konten tersebut.”

Menurut surat permohonannya [1] kepada FSB, Ageyev mengambil pendiriannya terhadap Telegram didasari sejumlah laporan media dalam bahasa Rusia [2] dan asing [3] yang mengatakan bahwa anggota IS memilih untuk menggunakan Telegram untuk berkordinasi gerakan mereka dalam serangan-serangan Paris November 13, dia menuding bahwa aksi pertukaran informasi terlindungi oleh enkripsi Telegram yang memiliki beberapa lapisan.

Pavel Durov, pencipta aplikasi Telegram serta mantan pendiri dan pemilik VKontakte, dengan cepat menyanggah tudingan Ageyev pada laman VKontaktenya [4], dan sanggahannya agak sarkastis.

Предлагаю запретить слова. Есть информация, что с помощью них общаются террористы.

Saya mengusulkan agar kita memblokir kata-kata. Menurut kabar, para teroris menggunakannya untuk berkomunikasi.

Menteri Komunikasi Rusia, Nikolai Nikiforov,  membela [5] Telegram dan mengatakan bahwa penegak hukum tidak perlu memblokir aplikasi, namun “mengidentifikasi dan menuntut mereka yang terlibat dalam aktivitas ilegal.” Memblokir  Telegram, menurut Nikiforov, hanya akan menggiring mereka yang menggunakannya untuk aktivitas ilegal untuk menggunakan jejaring lain, dan memblokir semua aplikasi messenger dan jejaring sosial berarti memblokir Internet di Rusia, hal tersebut menurut Nikiforov [6] bertolak belakang dengan strategi perkembangan komunikasi Rusia.

Блокировать в России Telegram или другой мессенджер за то, что им пользуются террористы из ИГИЛ — это было бы так же разумно, как, например, запретить в России эксплуатацию автомобилей Toyota, так как они тоже оказались популярными у ИГИЛовцев.

Memblokir Telegram atau messenger lainnya di Rusia karena digunakan oleh kelompok teroris IS sama masuk akalnya dengan, contoh, melarang penggunaan mobil Toyota di Rusia karena merk mobil tersebut digandrungi oleh teroris IS.

Dmitry Marinichev, Ombudsman Internet Kremlin, juga mengkritik permohonan Ageyev untuk membatasi akses Telegram di Rusia. Dalam wawancara radio tanggal 16 November, Marinichev mengejek usulan tersebut dengan mengatakan bahwa usulan tersebut “sama efektifnya dengan mencari tahu merk ponsel apa yang digunakan teroris dan menghentikan penjualan merk ponsel tersebut di wilayah tertentu.”

Pada bulan Mei 2015, Pavel Durov bercerita  dalam sebuah wawancara [7]dengan TechCrunch bahwa pengguna aktif bulanan Telegram adalah 62 juta, dan September lalu dia mengumumkan bahwa pengguna aplikasi saling berkirim 12 miliar [8] pesan tiap harinya.