Lebih dari 300 wartawan, aktivis, pengacara, dan pemerhati berkumpul di Pasar Sentral, Kuala Lumpur, pada 8 Agustus untuk memprotes pemberedelan [2] dua surat kabar dan pemblokiran sebuah situs berita oleh pemerintah Malaysia. Gerakan yang menjadi bagian dari kampanye #AtTheEdge [3] itu menyesalkan tindakan pemerintah sebagai sensor media yang sewenang-wenang.
Pada 19 Juli lalu, sebuah situs berita pengungkap aib Sarawak Report diblokir di Malaysia karena postingan ‘informasi yang belum diverifikasi’ tentang skandal korupsi yang melibatkan 1MDB, sebuah perusahaan investasi yang dikelola negara. Beberapa hari kemudian, dua surat kabar milik The Edge diberedel selama tiga bulan sebab diduga merilis [4] dokumen palsu terkait dengan 1MDB. Masalah ini juga berimplikasi terhadap Perdana Menteri Najib Razak setelah Wall Street Journal menerbitkan sebuah laporan yang menyatakan bahwa dia mendapat 700 juta dollar AS yang ditransfer 1MDB melalui bank.
Setelah berkumpul [5] di pasar, para demonstran berbaris [6] menuju gedung Badan Peguam Malaysia. Protes mereka menuntut perlindungan kebebasan berbicara, membuka blokir atas situs-situs berita, pencabutan perintah beredel terhadap The Edge, dan pengakuan akan hak masyarakat untuk mengetahui semua informasi tentang 1MDB.
Berikut, beberapa plakat dan spanduk yang digunakan dalam demo:
Ini beberapa foto di Twitter dengan menggunakan hashtag #AtTheEdge [9]:
Proudly stood in protest with fellow Msians & journos at the #AtTheEdge [10] rally today. #FreeMedia [11] #FreedomofExpression [12] pic.twitter.com/Vuqpcf3Q46 [13]
— CIJ Malaysia (@CIJ_Malaysia) August 8, 2015 [14]
Bangga berdiri protes dengan sesama warga Malaysia & jurnalis dalam demo #AtTheEdge [10] hari ini. #FreeMedia [11]
Feminists support freedom of expression & opinion #AtTheEdge [10] @ivyjosiah [15] pic.twitter.com/uItitSFsHk [16]
— HRC Malaysian Bar (@hrc_bar) August 8, 2015 [17]
Feminis mendukung kebebasan berekspresi & opini
“Asking questions about #1MDB [18] is not a crime” #AtTheEdge [10] pic.twitter.com/FxwpqJEiCI [19]
— Sumisha Naidu (@sumishanaidu) August 8, 2015 [20]
Mengajukan pertanyaan tentang #1MDB [18] bukan tindak pidana.
Journalism is not a crime. #AtTheEdge [10] pic.twitter.com/iM2BTof63u [21]
— Khairil Yusof (@kaerumy) August 8, 2015 [22]
Jurnalisme bukan kejahatan. #AtTheEdge [10]
#AtTheEdge [10] #808 http://t.co/PibBWYtaRn [23] pic.twitter.com/y60xPrsTqv [24]
— Umapagan (@umapagan) August 8, 2015 [25]
Menulis di Facebook, Aruna Sena mengungkapkan [26] solidaritas:
Curbing the media and curbing access to media is a blatant act of power to limit us, human beings, to our right to source information and news. It is also a blatant act to curb freedom of speech as well as limiting journalism.
All hope is not lost as I witness beforehand media players standing up for their right to report and deliver information to us the people #atTheEdge event yesterday. And that is a wonderful sight to see.
Membatasi media dan membatasi akses ke media adalah tindakan sewenang-wenang kekuasaan untuk membatasi kita, manusia, atas hak kita dalam mendapat sumber informasi dan berita. Ini juga merupakan tindakan semena-mena yang mengekang kebebasan berbicara serta membatasi jurnalisme.
Semua harapan takkan hilang seperti yang saya saksikan dulu ketika awak media berdiri memperjuangkan hak mereka untuk melaporkan dan memberikan informasi kepada orang-orang seperti kami di demo #atTheEdge, kemarin. Dan itulah pemandangan paling indah untuk disaksikan.
Good turnout for #808 #AtTheEdge [10] Free the media from political control! pic.twitter.com/k9E0jGC9uB [27]
— Yin Shao Loong (@yinshaoloong) August 8, 2015 [28]
Bagus beralih demi #808 #AtTheEdge [10] Bebaskan media dari kontrol politik!
.@Ambiga_S [29]: we must never 4get abuses of power 2day. U can suspend edge, sr, but u can't suspend truth! #ATTHEEDGE [30] pic.twitter.com/kyeT2HLaeN [31]
— #AtTheEdge, Malaysia (@AtTheEdgeMsia) August 8, 2015 [32]
Kami tidak akan lupa dengan penyalahgunaan kekuasaan saat ini. Anda dapat memberedel The Edge, Pak, tapi Anda tidak bisa menghentikan kebenaran!
Gelombang protes lebih besar sedang diatur untuk bergerak pada 29 Agustus mendatang. Kali ini isunya tidak lagi terbatas pada kebebasan media. Akan dinamai Bersih 4, sebagai aksi menuntut pengunduran diri perdana menteri.