- Global Voices dalam bahasa Indonesia - https://id.globalvoices.org -

‘Freedom Flotila III’ Internasional dalam Perjalanan untuk Membobol Pengepungan Gaza

Kategori: Timur Tengah dan Afrika Utara, Afrika Utara, Israel, Italia, Kanada, Norwegia, Palestina, Spanyol, Swedia, Turki, Yunani, Hak Asasi Manusia, Media Warga, Perang & Konflik, Tanggap Kemanusiaan
Marianne of Gothenburg departs. (Photo: Ship to Gaza)

Marianne of Gothenburg berangkat. (Kredit foto: Ship to Gaza)

Marianne of Gothenburg [1], yang diperoleh bersama oleh Ship to Gaza [Kapal ke Gaza] Swedia [2] dan Ship to Gaza [Kapal ke Gaza] Norwegia [3], yang meninggalkan pelabuhan asalnya di Swedia pada tanggal 10 Mei, adalah kapal pertama dari tiga kapal yang akan berangkat untuk berusaha membobol blokade Israel di Gaza. Dalam siaran pers [1] yang diterbitkan pada tanggal 10 Mei, kelompok Marianne of Gothenburg menyatakan bahwa kapal itu “akan bergabung dengan kapal-kapal lain untuk membentuk ‘Freedom Flotilla III’, sebuah aksi damai tanpa kekerasan untuk membobol blokade ilegal dan tidak manusia di Jalur Gaza.”

Hingga hari ini, ‘Freedom Flotilla III [4]‘ telah mencapai Mediterania, dengan konferensi yang direncanakan di Portugal dan Spanyol selama beberapa hari mendatang. Para peserta dalam Freedom Flotilla Coalition [Koalisi Armada Kebebasan] juga termasuk Canadian Boat to Gaza [5] [Kapal Kanada ke Gaza], Greece Ship to Gaza [6] [Kapal Yunani ke Gaza], Freedom Flotilla Italia [7] [Armada Kebebasan Italia], South Africa Palestine Solidarity Alliance [8] [Aliansi Solidaritas Afrika Selatan untuk Palestina], Rumbo a Gaza Spanyol [9] dan Humanitarian Relief Foundation [10] [Yayasan Bantuan Kemanusiaan (IHH)] Turki.

Israel terus menutup pelabuhan Gaza, yang dahulu merupakan titik penghubung utama ke dunia #Justice4Freedom [11] [Keadilan untuk Kebebasan]

Dalam video terkini mereka [14], dari Lisbon, Portugal, Freedom Flotilla Coalition [Koalisi Armada Kebebasan] menjelaskan konteks sejarah di balik gerakan mereka:

I want to give a short history of the Swedish International Solidarity work. It actually started here [Lisbon] during the war against the fascists. 500 Swedish people volunteered in the International Brigades to fight Franco. Most of them, 350 of these fighters, were sailors. And as a Swedish sailor, I am proud to carry on this legacy.

Saya ingin memberi sejarah singkat tentang kerja Swedish International Solidarity [15] [Gerakan Solidaritas Internasional dari Swedia]. Gerakan itu berawal di sini [Lisbon] selama perang melawan fasis. 500 orang Swedia menjadi relawan dalam Brigade Internasional untuk melawan Franco. Sebagian besar dari mereka, yaitu 350 pejuang, adalah pelaut. Dan sebagai pelaut Swedia, saya bangga meneruskan warisan ini.

Para anggota lain memberi pendapat mereka tentang situasi saat ini di Gaza dan harapan mereka untuk membobol pengepungan itu.

- The people only remember Gaza when there is a war. And when the war ends everyone calls me and says “congrats, the war is finished, you are in peace. But there is no peace when the war ends. The real war starts.

- We ask: Why doesn't anyone care for the fishermen in Gaza? They get shot at, seriously harmed, and sometimes killed.

- If we succeed to break the siege of Gaza, I think it's possible to do anything.

- It's obvious that Israel will use all its power to stop the boat from entering.

- We will not give away our boat to the Israelis. We will not give away our boat to soldiers on international waters. It's my right. Actually, I have a strong right to defend my boat, but we will do this in a non-violent way.

- It was great news for us that ‘Marianne’ is coming to shore right now in Portugal and can take this message of solidarity and friendship from all the Portuguese people. Marianne is breaking the waves and we in Portugal keep the work in parliaments, in the schools, in the work places، on the streets, just to raise awareness about what's going on in Palestine.

- Orang-orang hanya mengingat Gaza ketika ada perang. Dan ketika perang berakhir, semua orang menelepon saya dan mengatakan, “Selamat, perang sudah berakhir. Kalian damai.” Namun tidak ada perdamaian ketika perang berakhir. Perang yang sebenarnya justru dimulai.

- Kami bertanya: Kenapa tidak ada yang peduli pada para nelayan di Gaza? Mereka ditembaki, terluka serius, dan terkadang tewas.

- Jika kami berhasil membobol pengepungan Gaza, saya rasa kami dapat melakukan apa saja.

- Jelas Israel akan menggunakan segala kekuatannya untuk mencegah kapal ini masuk.

- Kami tidak akan menyerahkan kapal kami ke tentara-tentara Israel. Kami tidak akan memberikan kapal kami ke tentara-tentara di perairan internasional. Itu hak saya. Sebenarnya, saya memiliki hak yang kuat untuk mempertahankan kapal saya, namun kami akan melakukannya tanpa kekerasan.

- Merupakan kabar baik bagi kami bahwa ‘Marianne’ akan berlabuh di Portugal saat ini dan dapat membawa pesan solidaritas dan persahabatan ini dari semua warga Portugis. Marianne sedang berlayar dan kami di Portugal terus bekerja di parlemen, sekolah, tempat kerja, jalanan, hanya untuk membangkitkan kesadaran tentang apa yang terjadi di Palestina.

Bob Lovelace [16], utusan Kanada untuk Freedom Flotilla Coalition [Koalisi Armada Kebebasan], menulis [17] untuk situs Canadian Voice of Women for Peace [18] [Suara Wanita Kanada untuk Perdamaian] tentang harapannya untuk koalisi ini:

Along with BDS, the Freedom Flotilla to Gaza stands as an inspiration and an effective action seeking justice for Palestine. Against incredible odds both campaigns continue to triumph; sometimes small, sometimes large but always keeping the flame of justice and freedom for Palestine alive. Despite political or material sabotage by Israel or international forces, they continue to lead the way and enrol people the world over to the side of credible, effective non-violent action and solidarity with Palestine. After many criminal acts of state piracy in open sea, sabotage in international ports, imprisonment and even outright deadly assault on civilians, the Freedom Flotilla remains alive and is ever resilient.

Bersama BDS, Freedom Fortilla to Gaza [Armada Kebebasan ke Gaza] berdiri sebagai inspirasi dan aksi yang efektif untuk mencari keadilan untuk Palestina.

Walaupun melalui rintangan yang luar biasa, kedua kampanye itu terus meraih kemenangan; terkadang kecil, terkadang besar, namun selalu terus menjaga api keadilan dan kebebasan untuk Palestina tetap hidup.

Walaupun ada sabotase politik atau materi oleh Israel atau tentara internasional, mereka terus memimpin dan merekrut orang di seluruh dunia untuk bergabung dengan aksi dan solidaritas untuk Palestina yang dapat dipercaya, efektif, dan tanpa kekerasan.

Setelah mengalami banyak aksi kejahatan perompakan di laut lepas, sabotase di pelabuhan internasional, hukuman penjara dan bahkan serangan mematikan terhadap warga sipil, Freedom Flotilla tetap hidup dan gigih.

Gaza Ark Exhibition 2015 Poster

Poster Gaza Ark Exhibition [19] 2015 [Pameran Bahtera Gaza 2015]

Banyak aktivitas yang direncanakan di Gaza untuk mengantisipasi kedatangan Freedom Flotilla, seperti “Gaza Ark Exhibition [19]” [Pameran Bahtera Gaza], yaitu pameran produk-produk Palestina yang diharapkan akan diekspor oleh Freedom Flotilla III. Dalam sebuah pernyataan formal tertanggal 5 Juni, mereka menjelaskan:

When Gaza's Ark was destroyed [20] during last year’s attack on Gaza by Israel, we all lost a boat intended to break the blockade “from the inside out”. But our goal of helping to build a sovereign Palestinian economy based on freedom of movement has not changed. Palestinian products from both Gaza and the West Bank were to be exported not only as a symbolic stimulus to the Palestinian economy but to show the world the industrious work of craftspeople and farmers who continue to struggle against the overwhelming odds of occupation, economic strangulation and war.

Ketika Gaza's Ark [Bahtera Gaza] dihancurkan [20] selama penyerangan di Gaza oleh Israel tahun lalu, kita semua kehilangan sebuah kapal yang bertujuan untuk membobol blokade tersebut.

Namun cita-cita kami untuk membantu membangun perekonomian Palestina yang berdaulat, berdasarkan kebebasan untuk melakukan pergerakan, belum berubah.

Produk-produk Palestina, baik dari Gaza dan Tepi Barat, akan diekspor bukan hanya sebagai pendorong simbolis terhadap perekonomian Palestina, melainkan untuk menunjukkan kepada dunia, karya para pengrajin dan petani yang terus berjuang melawan besarnya kemungkinan penjajahan, “pencekikan” ekonomi, dan perang.

Sameera Qarmout, anggota salah satu organisasi produsen pada pameran tersebut [21], mengungkapkan harapannya bahwa ia akan dapat menjual produk-produknya kali ini:

Before it was attacked, we had the hope that our embroideries would be exported aboard Gaza's Ark. The coming Freedom Flotilla III has given us a light of new hope that our products will still be made available to world markets.

Sebelum [kapal itu] diserang, kami berharap sulaman kami akan diekspor dengan Gaza's Ark [Bahtera Gaza]. Kedatangan Freedom Fortilla III telah memberi kami secercah harapan baru bahwa produk-produk kami akan tetap tersedia di pasar dunia.

Pameran tersebut termasuk produk-produk dari produsen-produsen Palestina di Gaza serta produk-produk dari produsen-produsen di Tepi Barat yang sampai ke Gaza walaupun ada larangan Penjajah Israel: sulaman, ukiran kayu, dan minyak zaitun.

Telah ada beberapa upaya untuk membobol pengepungan di Gaza antara tahun 2008 dan 2010, dan peserta di kapal-kapal tersebut antara lain adalah penerima Nobel Perdamaian 1976, Mairead Corrigan [22], anggota Dewan Legislatif Palestina, Mustafa Barghouti [23], aktivis perdamaian Irlandia, Caoimhe Butterly [24], anggota Kongres Amerika Serikat, Cynthia McKinney [25], penulis Alice Walker [26], penyintas Holokaus, Hedy Epstein [27], serta jurnalis-jurnalis dan dokter-dokter internasional dan beberapa anggota parlemen EU [Uni Eropa] dari berbagai partai politik.

Upaya ini akan menandai masa lima tahun sejak penyerbuan Israel yang mematikan terhadap Kapal Mavi Marmara pada tahun 2010. Penyerbuan itu mengakibatkan kematian sembilan aktivis dari Free Gaza Movement [28] [Gerakan Bebaskan Gaza] dan Yayasan Hak Asasi Manusia, Kebebasan, dan Bantuan Kemanusiaan Turki (IHH). Beberapa anggota Flotilla saat ini, seperti Kevin Knish, ada di Kapal Mavi Marmara waktu itu.

Israel harus dihukum atas Kejahatan terhadap Kemanusiaan. Kami akan terus berlayar sampai itu terjadi.

Koalisi ini memberi kabar terkini tentang posisi mereka melalui akun Twitter [31] dan laman Facebook [32] mereka serta di situs web resmi [33] mereka. Anda juga dapat mengikuti berita terbaru kami di Global Voices Checkdesk [34].