- Global Voices dalam bahasa Indonesia - https://id.globalvoices.org -

Nepal Gunakan Kalung Satelit Guna Melacak Macan Tutul Salju Bernama Omi Khangri

Kategori: Asia Selatan, Nepal, Gagasan, Lingkungan Hidup, Media Warga, Teknologi
Seekor bayi macan tutul salju di Central Zoo New York Park. Gambar oleh Linda Asparro. Hak Cipta Demotix (10/11/2013) [1]

Seekor bayi macan tutul salju di Bonbin Central Park New York. Gambar oleh Linda Asparro. Hak Cipta Demotix (10/11/2013)

Di puncak Himalaya, salah satu kucing besar yang paling elok dan paling sukar ditangkap di dunia – macan tutul salju [2] – ditemukan. Perburuan bulu dan tulang-belulang mereka, menyisakan hanya 3.500-7.000 ekor yang tinggal berkeliaran di alam liar di seantero Asia Tengah dan Asia Selatan, menjadikan hewan itu “terancam punah” dan masuk dalam Daftar Merah Spesies yang Terancam menurut International Union for Conservation of Nature.

Pemerintah Nepal melalui Departemen Taman Nasional dan Pelestarian Margasatwa, dengan dukungan dari National Trust for Nature Conservation dan WWF Nepal, melengkapi macan tutul salju dengan kalung pelacak GPS  [3] baru-baru ini untuk memantau pergerakan macan tutul salju dan belajar tentang perilaku, pola pergerakan, dan habitatnya di Nepal. Omi Khangri [4], nama macan tutul salju berumur 5 tahun itu, dilepaskan pada sebuah gunung di Olangchung Gola di kawasan Kanchenjunga, sebagai macan tutul salju kedua yang dilengkapi dengan perangkat radio.

Seekor macan tutul salju langka telah berhasil dikalungi dengan kalung berteknologi satelit-GPS di Nepal.

Para pelestari lingkungan hidup percaya bahwa informasi yang dikumpulkan dari kalung tersebut akan sangat penting untuk melestarikan 350-500 macan tutul [4] yang berkeliaran di Himalaya, Nepal.

Tugas rumit di medan sulit

Bagaimanapun citra seekor macan tutul salju sulit dikenali di medan yang keras, terjal, dan tandus, ditambah bulu pucat mereka yang tebal berwarna abu-abu gelap dengan bintik-bintik hitam membantu kucing besar itu menyamarkan diri di balik lereng-lereng berbatu. Butuh waktu sekitar satu setengah tahun bagi para ahli [8] untuk mengunci kalung pelacak  pada hewan kedua.

Para petugas harus menunggu selama lebih dari 20 hari [3] dan mesti mengubah metode jebakan untuk mencari, menangkap, dan mengunci kalung pelacak di leher Omi Khangri.

Berikut, video pengalungan pada si macan tutul salju.

Kawasan di mana macan tutul salju itu berada berpemandangan indah permai, dimana gunung tertinggi ketiga dunia Kanchenjunga berada, namun juga terkenal karena tragedi helikopter tahun 2006. 24 orang pelestari lingkungan  terkemuka dunia tewas akibat kecelakaan helikopter [9] di kawasan Ghunsa di Gunung Kanchenjunga  tatkala mereka kembali dari serah terima pengelolaan Kawasan Konservasi Kanchenjunga kepada masyarakat lokal [10] – sebuah momen penting dalam sejarah konservasi.

Pemberian pelacak berteknologi satelit pada Omi Khangri bukan hal baru – di Nepal, harimau, badak, bahkan buaya telah dipasangi kalung pelacak dengan frekuensi radio untuk meneliti gerak-gerik mereka.

Menurut Laporan Saving Snow Leopards [11], populasi macan tutul salju terancam oleh penggembala yang membunuh mereka untuk melindungi kawanan ternak:

Education programs run by agencies like the Snow Leopard Trust and the Snow Leopard Conservancy to discourage local herders from killing snow leopards are important. Improving herding techniques and coming up with more effective ways of guarding livestock can prevent killing in the first place.

Program pendidikan yang dijalankan oleh lembaga seperti Snow Leopard Trust dan Snow Leopard Conservancy untuk mencegah penggembala lokal membunuh macan tutul salju sangat penting. Memperbaiki teknik penggembalaan dan menemukan cara yang lebih efektif dalam menjaga ternak dapat mencegah pembunuhan spontan.

Anil Adhikari, pejabat pelestarian lokal dan koordinator proyek Snow Leopard Conservancy di Himalaya dan Annapurna di Nepal, menulis dalam sebuah blog [12] bagaimana insentif lain digunakan untuk melindungi hewan, seperti pemberian kompensasi bagi penggembala saat ternaknya dibunuh oleh macan tutul salju:

Most of the group members do not own livestock, but some do. If a snow leopard kills a baby yak the owner receives 700 rupees as compensation. 1,500 rupees is given for the loss of an adult.

Sebagian besar anggota kelompok tidak punya ternak sendiri, tapi hanya beberapa. Jika macan tutul salju membunuh bayi yak, si empunya menerima 700 rupee sebagai kompensasi. 1.500 rupee diberikan untuk kehilangan seekor yak dewasa.

Melalui studi tentang pergerakan Omi Khangri ini, para pelestari lingkungan berharap untuk menemukan upaya perlindungan yang lebih baik guna melestarikan macan tutul salju yang diburu untuk diambil bulu dan tulangnya serta dibunuh sebagai balas dendam [13] oleh para penggembala.