Diperbaharui pada 19:50 GMT
Apa yang anda sukai saat anda berumur 14 tahun? Sebuah video permohonan yang kuat menanyakan pertanyaan ini, selagi memohon Pemerintah Pakistan untuk membatalkan eksekuti mati Shafqat Hussain pada hari Kamis, divonis mati disaat dia masih berumur 14 tahun karena terlibat dalam penculikan dan pembunuhan seorang anak berumur 7 tahun.
Tepat sebelum tengah malam pada hari Rabu, Saluran TV di Pakistan melaporkan bahwa Presiden Pakistan telah menunda eksekusi Shafqat tanpa batas waktu.
Video tersebut ditayangkan pada hari Rabu pagi pada akun Facebook resmi seorang aktivis populer bernama Jibran Nasir, dan kemudian disebarluaskan kemana-mana. #SaveShafqat telah digunakan sebanyak 6,000 kali dalam kurun waktu 24 jam dan 13,000 kali dalam 30 hari terakhir.
Pada malam hari lusinan aktivis berkumpu di Islamabad untuk menyampaikan petisi memohon ampunan kepada sang Presiden. Gerakan mereka diblokir oleh polisi.
Officials from Presidency tell us to return coz nothing will be done to #SaveShafqat. He says it is ‘illogical’ to intervene at this stage …
— #SaveShafqat (@SaveShafqat) March 18, 2015
Staf resmi kepresidenan menyuruh kami untuk kembali karena tidak ada yang bisa dilakukan untuk #SaveShafqat (#SelamatkanShafqat). Ia berkata bahwa “tidak logis” untuk menginterupsi pada tingkatan seperti ini …
Shafqat berada dalam vonis hukuman mati selama 11 tahun.
Vonis kepada Shafqat didasarkan pada pengakuan yang diucapkan pengacaranya bahwa polisi mendapatkannya setelah sembilan hari melakukan penyiksaan.
Tortured. Raped. Nails pulled off. He was 14. And that's the state in which he confessed to a murder. Shafqat deserves justice #SaveShafqat
— Mehr Tarar (@MehrTarar) March 14, 2015
Disiksa. Diperkosa. Kukunya dicabut. Dia hanya (berumur) 14 tahun. Dan itulah keadaan dimana ia mengakui terjadinya pembunuhan. Shafqat pantas mendapatkan keadilan #SaveShafqat
Reprieve, sebuah organisasi HAM berbasis di Britania Raya yang menentang hukuman mati, telah mendalami kasus Shafqat selama bertahun-tahun:
The police told him they would not stop until he confessed. He was blindfolded, kept in solitary confinement, beaten, electrocuted and burned with cigarette butts. He was just 14 years of age at the time. Shafqat said he would have admitted “that a deer was an elephant” by the time his torture was over.
Polisi berkata mereka tidak akan berhenti sampai ia mengaku. Matanya (Shafqat) tertutup, diisolasi, dalam keadaan habis dipukuli, dialiri listrik dan terluka bakar akibat dikenai puntung rokok. Dia hanya berumur 14 tahun saat ini. Shafqat berkata bahwa dia akan mengakui bahwa “seekor rusa adalah seekor gajah” pada saat penyiksaan itu berakhir.
Anak kecil tidak diperbolehkan untuk divonis mati di Pakistan.
Namun polisi menulis umurnya 23 tahun saat mereka menangkapnya. Catatan tersebut tidak pernah diperbaiki. Shafqat tidak diberi akses kepada pengacara saat ia pertama kali didakwa pada 2004 di Karachi.
Here is the birth certificate of #ShafqatHussain soon to be hanged-minor at the time of alleged crime’ #SaveShafqat pic.twitter.com/b5xasK43Sa — Raza Rumi (@Razarumi) March 17, 2015
Ini adalah akte kelahiran dari #ShafqatHussain yang dalam waktu dekat akan digantung pada saat kejahatan yang diduga #SaveShafqat
Pengadilan menolak untuk melihat umur Shafqat.
Justice Project Pakistan, sebuah organisasi nirlaba yang membela warga Pakistan pro bono (demi kebaikan publik), telah memimpin perjuangan untuk membuktikan ketidakbersalahan Shafqat. Tidak lama setelah video tersebut ditayangkan, Menteri Dalam Negeri Pakistan Chaudhary Nisar berkata bahwa Pemerintah Sindh, bertanggung jawab untuk melakukan eksekusi tersebut, menolak permintaannya untuk melakukan tes DNA untuk memastikan umur Shafqat.
Fed Govt passing the buck to Sindh Govt, Sindh Govt passing it back. No one knows who has authority to #SaveShafqat and suspend sentence
— Jibran Nasir (@MJibranNasir) March 18, 2015
Pemerintah pusat melempar tanggung jawab kepada Pemerintah Sindh, Pemerintah Sindh melemparkannya kembali. Tidak ada yang tahu siapa yang memiliki otoritas untuk #SaveShafqat dan menangguhkan hukuman
Video #SaveShafqat dalam bahasa Urdu, dibuat oleh Tazeen Bari dalam durasi sekitar tiga menit dan mengikutsertakan empat orang, termasuk aktivis Jibran Nasir, ia menjawab pertanyaan yang diajukan Tazeen yaitu, “Apa yang anda sukai ketika anda berumur 14 tahun?”. Berikut terjemahan dalam Bahasa Indonesia atas jawabannya (terjemahan dalam bahasa Inggris oleh Rai Azlan):
I was really small.
I was really short and a lot fatter than this.
One second, if I want to say insecure, can I say that in English?
You can say I was an extreme introvert.
I was really insecure.
It was the first time I fell in love.
I used to play a lot of cricket.
I felt like maybe I had fallen love.
My favorite thing was music.
I loved to cook and my father used to say that I shouldn't become a cook.
I used to have a small radio. I'd lock myself in my room and listen to songs.
Whenever my teacher asked I replied that I would become Superman when I grew up.
I would do bowling like Paul Adams, what is called chinaman style. I had a strange action.
At the age of 14, at times I think that if at that time someone asked me what is right and
what is wrong I would not have been able to answer it.
I was a scared, scared like anything. Also I had no older brother back then.
I had no clue what life is.
I was still capable of doing terrible things but yes I was innocent.
Pada saat itu saya sangat kecil.
Saya sangat pendek dan lebih gemuk dibandingkan saat ini.
Tunggu sebentar, jika saya ingin mengatakan insecure (mudah gelisah), bisakah saya berkata seperti itu dalam Bahasa Inggris?
Engkau bisa berkata bahwa saya adalah orang yang sangat introvert.
Saya sangat mudah gelisah.
Saat itu adalah kali pertama saya jatuh cinta.
Saya dulu sering bermain kriket
Saya merasa, mungkin saya telah jatuh cinta.
Musik adalah favorit saya.
Saya suka memasak dan Ayahku dulu berkata bahwa saya tidak boleh menjadi koki.
Saya pernah memiliki sebuah radio kecil. Saya mengunci kamar dan mendengarkan musik seorang diri.
Kapanpun guru saya bertanya saya menjawab bahwa saat tumbuh dewasa kelak saya akan menjadi seorang Superman.
Saya akan melakukan bowling (gerakan dalam kriket) seperti Tony Adams, yang disebut chinaman style. Saya memiliki aksi yang aneh.
Saya berumur 14 tahun, saat dimana saya pikir jika saat itu seseorang bertanya mana yang benar dan mana yang salah, saya tidak akan bisa menjawabnya.
Saya adalah seorang penakut, takut akan apapun. Dan saya tidak memiliki kakak lelaki saat itu.
Saya tidak tahu apa itu hidup.
Saya masih bisa melakukan hal-hal yang buruk tapi ya saya masih murni.
Jibran Nasir lalu melanjutkan:
A 14-year-old child cannot get a driving license, a 14-year-old child cannot own land according to the law of this country, according to the law a 14-year-old cannot get married, a 14-year-old child cannot vote in this country, in this country a 14-year-old cannot get an identity card because he or she is a minor, is innocent, and is a child. However, the government of Pakistan gave a death sentence to a 14-year-old child. Regardless of whether Shafqat committed the crime or not, he was given a death sentence when he was only 14. Now you try to recall what you were like when you were 14 years old, and what were your ambitions back then, and what plans you had for life. And think if Shafqat should get that right or not. Should his death sentence be altered to a life sentence or should he be given a chance at rehabilitation? Shafqat's case is a trial of our whole criminal justice system of how evidence is not collected properly, how statements are recorded forcefully, and how a sentence is granted, which he does not even deserve. Save a child. Save humanity. Save Shafqat.
Seorang anak berumur 14 tahun tidak bisa mendapatkan SIM, seorang anak umur 14 tahun tidak bisa memiliki sebidang tanah berdasarkan hukum di negara ini, berdasarkan hukum seorang anak berumur 14 tahun tidak diperbolehkan menikah, anak umur 14 tahun tidak memiliki hak pilih di negara ini, di negara ini seorang anak umur 14 tahun tidak bisa mendapatkan kartu identitas karena ia adalah orang yang belum dewasa, murni, dan masih kanak-kanak. Namun, Pemerintah Pakistan memberikan hukuman mati saat ia masih berumur 14 tahun. Sekarang anda coba pikir bagaimana anda dulu saat berumur 14 tahun, apa ambisi anda saat itu, dan apa rencana yang anda miliki untuk hidup anda. Dan pikirkan apakah Shafqat harus mendapat hak tersebut atau tidak. Apakah seharusnya vonis matinya diubah menjadi hukuman seumur hidup atau seharusnya ia diberikan kesempatan untuk direhabilitasi? Kasus Shafqat adalah pengadilan dari keseluruhan sistem peradilan kita tentang bagaimana barang bukti tidak dikumpulkan secara semestinya, bagaimana pernyataan (pengakuan) dicatat secara paksa, dan bagaimana sebuah dakwaan dijatuhkan, yang mana ia tidak sama sekali pantas untuk mendapatkannya. Selamatkan seorang anak. Selamatkan kemanusiaan. Selamatkan Shafqat.
Polisi memblokade para aktivis di Islamabad.
Citizens marching towards Presidency to submit mercy petition. Police not letting them go. #SaveShafqatpic.twitter.com/hHYxXdYUXU
— Marvi Sirmed (@marvisirmed) March 18, 2015
Warga bergerak menuju Kepresidenan untuk memberikan petisi permohanan pengampunan. Polisi tidak memperbolehkan mereka untuk maju.
.@QuatrinaHosain plants herself before police cordon, refuses to budge. #SaveShafqatpic.twitter.com/ys52ysViYh
— Mighty (@mightyobvious) March 18, 2015
@QuatrinaHosain “menanam” dirinya sendiri dihadapan barisan polisi, ia menolak untuk berpindah tempat. #SaveShafqat
#SaveShafqat protesters being stalled till arrival of women police. pic.twitter.com/ducBBGKhuQ
— Mighty (@mightyobvious) March 18, 2015
Pemrotes #SaveShafqat diberhentikan (dihadang) sampai kedatangan polisi wanita.
Shafqat lahir dalam keadaan yang sangat miskin.
Keluarga Shafqat berada bermil-mil jauhnya di utara Pakistan saat ia divonis. Shafqat meninggalkan keluarganya di Kashmir untuk mencari penghidupan di kota pelabuhan selatan Karachi pada umur 13 tahun.
1) Shafqat left school after grade IV. Extreme poverty made him into a child worker. Went to megapolis Karachi for work. #SaveShafqat
— Raza Rumi (@Razarumi) March 18, 2015
1) Shafqat putus sekolah setelah kelas IV. Kemiskinan membuatnya menjadi pekerja kanak-kanak. Dia pergi ke megapolis Karachi untuk bekerja. #SaveShafqat
Those who were up praying in the night to #SaveShafqat weren't just praying to save one life,they were praying to save the whole of mankind.
— Jamila Hanan (@JamilaHanan) March 18, 2015
Mereka yang bangun dan berdoa di malam hari untuk #SaveShafqat tidak hanya berdoa untuk menyelamatkan satu nyawa, mereka berdoa untuk menyelamatkan keseluruhan umat manusia.
Pakistan baru-baru ini menghidupkan kembali hukuman mati.
Dua bulan lalu, Pakistan mengangkat kembali moratorium hukuman mati setelah tujuh tahun, menyusul serangan mengerikan di sekolah Peshawar yang membunuh lusinan anak-anak pada Desember 2014. Tanggal eksekusi Shafqat tak lama kemudian dijadwalkan. Menteri Dalam Negeri Nisar Ali Khan mengundur eksekusinya ketika ia mendengar bahwa Shafqat didakwa secara tidak benar pada umur 14, namun pengadilan Pakistan baru-baru ini tidak mengindahkan petisi dukungan bagi Shafqat dan mengeluarkan tanggal perintah eksekusi yang baru untuk 19 Maret.
Sejak moratorium diangkat, 39 orang telah dieksekusi. 1,000 orang tahanan lainnya telah kehabisan banding dan sedang dijadwalkan untuk digantung. Saat ini lebih dari 8,000 orang berada dalam ancaman hukuman mati di Pakistan, lebih banyak dari dimanapun didunia.
Tanda tangani petisi ini untuk #SaveShafqat.