MORE: Explosions rock Gaza strip after locals report ‘Israeli planes flying low’ in the area http://t.co/mHOnTHJTR3 pic.twitter.com/uuojO7rltj
— RT (@RT_com) June 4, 2015
LAGI: Ledakan mengguncang Jalur Gaza setelah warga setempat melaporkan ‘Pesawat Israel terbang rendah’ di area tersebut http://t.co/mHOnTHJTR3
Tiga ledakan terdengar di Jalur Gaza ketika Israel meluncurkan berbagai serangan udara sebagai balasan roket yang diluncurkan oleh rival Hamas, kelompok yang terkait dengan ISIS, bernama “Brigade Omar”. Roket Brigade tersebut mendarat di area terbuka di Sdot Negev dan tidak menyebabkan kerusakan, menurut media Israel. Pernyataan resmi Angkatan Udara Israel menyatakan bahwa mereka menyerang tiga “infrastruktur teror” tanpa memberi detail serangan tersebut. Hamas kemudian membenarkan bahwa salah satu tempat latihan militernya dihantam sebuah rudal.
Menurut RT, Hamas dilaporkan telah membunuh seorang pemimpin Salafi beberapa hari sebelumnya dan menuduh Brigade Omar ingin memancing konflik berskala penuh dengan Israel. Kendati telah mengakui bahwa Hamas bukan dalang serangan roket tersebut, Israel tidak menjelaskan penyebab infrastruktur Hamas menjadi target serangan itu. Menurut Reuters: “Saksi dan tim medis mengatakan serangan dini hari terhadap dua kamp milik Hamas, yang mendominasi Jalur Gaza, dan terhadap kelompok Palestina, Jihad Islam, mengakibatkan kerusakan, namun tidak ada korban.”
IDF spokesperson confirms in statement Israeli Airforce targeted 3 “terror infrastructures” in Gaza Strip. pic.twitter.com/5EehnyOfsy
— Israel News Flash (@ILNewsFlash) June 4, 2015
Juru bicara IDF [Pasukan Pertahanan Israel] dalam pernyataannya membenarkan bahwa Angkatan Udara Israel menjadikan tiga “infrastruktur teror” di Jalur Gaza sebagai target.
Untungnya, tidak ada yang terluka dalam serangan tersebut. Seperti biasa, penduduk Gaza melaporkan perasaan takut dan gelisah ketika bom tersebut jatuh di kota mereka. Berikut ini adalah cuitan dari Shaima Ziara, Omar Ghraieb, Mohammed Omer dan ‘Farah Gazan‘.
HUGE explosions in #Gaza right now! I can hear F16s so this is probably by israel 2:32 am #GazaUnderAttack
— Shaima’ Ziara (@ShaimaZiara) June 3, 2015
Ada ledakan BESAR di #Gaza saat ini!
Aku bisa mendengar suara pesawat F16. Jadi, mungkin ini serangan Israel
Pukul 02.32
#GazaUnderAttack [Gaza Diserang]
My body is still shaking.. F16s are back! #Gaza
— Shaima’ Ziara (@ShaimaZiara) June 3, 2015
Tubuhku masih gemetar.. Pesawat-pesawat F16 itu kembali!
#Gaza
#Israel warplanes bombed near Al maqousi highly populated residential area western #Gaza #GazaUnderAttack
— Omar Ghraieb (@Omar_Gaza) June 3, 2015
Pesawat perang #Israel mengebom di dekat Al Maqousi, daerah pemukiman padat penduduk di barat
#Gaza #GazaUnderAttack [Gaza Diserang]
My name is #Gaza I am being bombed. Can anybody hear me?
— Mohammed Omer (@Mogaza) June 4, 2015
Namaku #Gaza. Aku sedang dibom. Ada yang bisa mendengarku?
3:19 am local time Gaza is being bombed now!
— Mohammed Omer (@Mogaza) June 4, 2015
Pukul 03.19 waktu setempat. Gaza sedang dibom!
f16s are flying intensively over #Gaza and just shelled! I could even hear the rocket falling
— Guess What (@Farah_Gazan) June 3, 2015
Pesawat-pesawat F16 sedang terbang dengan gencar di atas #Gaza dan mengebom! Aku bahkan bisa mendengar suara roket berjatuhan
Namun beberapa di antara mereka memutuskan untuk menutup cuitan langsung mereka dengan sedikit optimisme:
Despite airstrikes and trauma, but people still smile and ready to start a new day! Good morning world! My name is #Gaza.
— Mohammed Omer (@Mogaza) June 4, 2015
Walaupun ada serangan udara dan trauma, tapi orang-orang masih tersenyum dan siap untuk memulai hari baru!
Selamat pagi, Dunia! Namaku #Gaza
The sun is slowly making its way up, its a new day & birds r chirping forgetting the horrible night that ended a little while ago. #Gaza
— Omar Ghraieb (@Omar_Gaza) June 4, 2015
Matahari perlahan-lahan mulai terbit, ini hari baru & burung berkicau, melupakan malam mengerikan yang berakhir beberapa saat yang lalu. #Gaza
Karena pelanggaran gencatan senjata oleh Palestina selalu menjadi berita sela, sementara pelanggaran oleh Israel jarang diliput, apalagi tampil di halaman muka, penting untuk menyebut mereka atas nama liputan yang berimbang.
Seperti yang ditulis seorang reporter yang bermarkas di Gaza, Dan Cohen, dalam liputan terbaru untuk Mondoweiss, “bagi penduduk Palestina di Jalur Gaza, periode sejak perang di musim panas yang lalu merupakan gencatan senjata sepihak.” Telah terjadi sebanyak 67 penembakan, enam serangan militer, 16 korban luka dan satu korban jiwa akibat pelanggaran gencatan senjata oleh Israel antara bulan Januari dan Maret 2015 saja. Middle East Monitor dan Maan News telah mendokumentasikan insiden-insiden besar menurut bulan dan jenisnya. Dari hal penting yang patut diperhatikan adalah penargetan rutin terhadap nelayan, petani dan demonstran Gaza.
Selain itu, seperti yang didokumentasikan Visualizing Palestine dalam infografis yang diterbitkan oleh Electronic Intifada, telah terjadi 191 pelanggaran oleh Israel antara tanggal 22 November 2012 (gencatan senjata sebelumnya yang diperantarai Mesir) hingga tanggal 7 Juli 2014 (awal perang Israel terbaru di Gaza) dibandingkan dengan 75 pelanggaran oleh Palestina. Dari 191 pelanggaran ini, 10 persen di antaranya mengakibatkan kematian dan 42 persen di antaranya mengakibatkan korban luka atau penahanan, sementara dari 75 pelanggaran oleh Palestina, empat persen di antaranya mengakibatkan korban luka dan tidak ada korban jiwa. Infografis tersebut melengkapi infografis sebelumnya yang diterbitkan oleh Al Jazeera.
Israel's violations & attacks are routine – even when, like during Jan-March, there are no rockets. #GazaUnderAttack pic.twitter.com/RNXDdoY0RV
— Ben White (@benabyad) May 27, 2015
Pelanggaran & serangan Israel rutin dilakukan – bahkan ketika tidak ada roket, seperti selama bulan Januari-Maret. #GazaUnderAttack [Gaza Diserang]
Setelah perang terbaru di Gaza pada tahun 2014, faksi-faksi Israel dan Palestina telah menyetujui gencatan senjata tidak terbatas pada tanggal 26 Agustus, setelah ada kesepakatan oleh kedua belah pihak untuk memenuhi tuntutan gencatan senjata tersebut. Seperti yang kami laporkan sebelumnya, 72 persen penduduk Palestina yang tewas dalam serangan tersebut adalah penduduk sipil, menurut Perserikatan Bangsa-bangsa, dan sekitar sepertiga dari anak-anak yang terluka akan terpaksa hidup dengan cacat permanen. Sepertiga dari populasi total Gaza, yaitu lebih dari 520.000 orang, telah dipindahkan, 279.389 di antaranya berlindung di 83 sekolah yang dikelola PBB. Jumlah korban total di setiap pihak adalah sekitar 2.137 orang untuk Palestina, 72 persen di antaranya adalah penduduk sipil dan lebih dari 500 orang anak, dan 72 orang di pihak Israel, delapan persen di antaranya adalah penduduk sipil.
Mengenai tuntutan perjanjian damai, adalah sebagai berikut:
“Tuntutan perjanjian damai jangka pendek termasuk: mengakhiri permusuhan di kedua pihak; membuka perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza; menyerahkan kekuasaan atas perbatasan Gaza dari Hamas ke PA [Otoritas Palestina], pembangunan kembali Gaza melalui kerja sama dengan PA [Otoritas Palestina] dan donor internasional, termasuk EU [Uni Eropa]; mengurangi wilayah penyangga keamanan di perbatasan Gaza dari 300 menjadi 100 meter, meringankan larangan memancing di Gaza dari tiga mil (4,8 kilometer) menjadi enam mil (9,6 kilometer). Batas internasionalnya adalah 12 mil (19,3 kilometer).
Tuntutan jangka panjang yang akan dinegosiasikan adalah: membebaskan ratusan tahanan Palestina yang ditangkap Israel pada bulan Juni setelah kasus pembunuhan tiga remaja Yahudi di Tepi Barat; membebaskan tahanan Palestina seperti yang dituntut oleh Otoritas Palestina; Israel menuntut semua jasad dan barang milik tentara Israel yang tewas di Gaza; Hamas menuntut pelabuhan laut dibangun di Gaza untuk memungkinkan untuk memungkinkan keluar-masuknya barang dan orang dengan bebas; Hamas menuntut penghentian pembekuan dana untuk membayar 40.000 polisi, pegawai dan staf administrasi lain yang belum digaji sejak setahun terakhir; Palestina menuntut pembangunan kembali bandara Gaza, yang dibangun pada tahun 1998 dan dihancurkan pada tahun 2000 oleh Israel.”
Sulit untuk memperkirakan dengan tepat ‘keberhasilan’ perjanjian damai tersebut karena sebagian besar tuntutan ‘jangka pendek’ tersebut tidak pernah dipenuhi, apalagi tuntutan ‘jangka panjang’. Memang benar, seperti yang dikatakan mantan presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter, dalam perjalanan terakhir ke daerah tersebut: “Situasi di Gaza tidak tertahankan. Delapan bulan setelah perang yang dahsyat, tidak satu pun rumah yang hancur dibangun kembali dan rakyat tidak dapat hidup dengan rasa hormat dan martabat yang layak mereka dapatkan,” mengenai kurangnya pembangunan kembali yang layak di Gaza. Selain itu, perbatasan Mesir dengan Gaza hanya dibuka selama beberapa hari sejak musim panas yang lalu. Koalisi Internasional untuk Kebebasan dan Hak Asasi Manusia (ICFR) melaporkan bahwa 10 penduduk Gaza tewas selagi menunggu Mesir membuka perbatasannya dengan Gaza.
Juga Baca Global Voices Checkdesk (proyek gabungan antara Global Voices Online dan Meedan, yang bertujuan untuk melakukan verifikasi berita):
Ketegangan Timbul di tengah Pelanggaran Gencatan Senjata oleh Israel, Perebutan Kekuasaan Hamas-ISIS
Untuk bergabung dengan tim Checkdesk kami, hubungi editor Timur Tengah dan Afrika Utara kami, Amira Al Hussaini, Faten Bushehri atau Joey Ayoub.