- Global Voices dalam bahasa Indonesia - https://id.globalvoices.org -

Pameran Foto Jugun Ianfu Korea Disabotase di Jepang

Kategori: Asia Timur, Cina, Jepang, Korea Selatan, Aktivisme Digital, Fotografi, Hak Asasi Manusia, Hubungan Internasional, Media & Jurnalisme, Media Warga, Perang & Konflik, Protes, Sejarah, Women & Gender

Ahn Se-Hong, seorang fotografer Korea Selatan mengalami tindak kekerasan dan perilaku tidak menyenangkan sepanjang persiapan dan acara pamerannya di Jepang, dimana dia memamerkan foto-foto ‘Jugun Ianfu [1]‘, istilah yang digunakan bagi perempuan-perempuan Korea yang dipekerjakan secara paksa sebagai budak seks  tentara Jepang sepanjang Perang Dunia Keduayang kini menua. Ahn menyebutkan bahwa dia mengalami berbagai ancaman [2] dari kelompok-kelompok sayap kanan  Jepang, yang memprotes pameran foto tersebut. Di  laman Facebooknya [3] [ko] fotografer Ahn Se-Hong (ahnsehong [3]) mengaku bahwa selama pameran, dia diawasi dengan ketat, ditempatkan dibawah pengawasan dan pengunjung digeledah secara seksama oleh staf keamanan yang disewa oleh Nikon, produsen kamera Jepang, yang kebetulan memiliki gedung pameran. Awalnya Nikon menolak mensponsori lokasi pameran dan secara mendadak membatalkan acara tersebut bulan lalu. Namun, akhirnya Nikon mengalah kepada keputusan Pengadilan Daerah Tokyo untuk memberikan sponsor tempat. Media massa berspekulasi [4] bahwa maksud pembatalan acara secara mendadak Nikon  merupakan usaha memadamkan  kontroversi dan tekanan dari kelompok-kelompok konservatif [2]. Kemarahan meletus di ruang daring Korea Selatan dan banyak pengguna Internet menuding kelompok-kelompok sayap kiri Jepang menolak untuk mengakui kejahatan-kejahatan perang mereka, dengan bermaksud menyabotase pameran seni. Pameran Ahn “Lapis demi Lapis: Perempuan Korea yang ditinggalkan di Cina untuk bekerja sebagain perempuan penghibur bagi  Militer Jepang,” menunjukkan  wajah-wajah tak bersalah dari para korban yang  diseret kedalam situasi mengerikan di masa remaja maupun awal 20 tahunan mereka, kini berkeriput dan lumpuh. Selama penjajahan Jepang, sekitar 50.000 hingga 200.000 perempuan Korea diculik dan dipaksa meninggalkan rumah mereka untuk menjadi budak seks militer. Kurang dari 70% diantara mereka berhasil pulang.

Ahn's Exhibition on Comfort Women [5]

Pameran oleh Ahn bertema Jugun Ianfu. Diunduh oleh Ahn di laman Facebooknya. Digunakan  seizin yang bersangkutan

Ahn menulis [5][ko] di laman Facebooknya pada tanggal 26 Juni 2012 dengan mencantumkan foto diatas. Pos tersebut dibagikan lebih dari 900 kali:

오늘 사진설치를 하기 위해 기쁜 마음으로 니콘살롱에 왔으나. 도착해서 들어가 보니 실상을 달랐습니다. 니콘은 전시장을 빌려주는것 외에 아무것도 안한다고 했지만,외부 언론의 출입 통제및 개인이 사진 찍는 것 조차 못하게 하고 있으며, 심지어는 니콘측 변호사 3명이 저에게 붙어 일거수 일투족을 감시하며, 대화를 엿듣가하면 촬영을 하고 있습니다. 보러올 관객들을 위해 참고 있지만, 일제시대가 따로 없습니다. 니콘은 전시기간 내내 변호사를 상주 시켜 저를 감시하고 꼬투리를 잡아 전시를 중단시킬 계획입니다.

Aku tiba dengan gembira di ruang pameran Nikon hari ini, untuk mempersiapkan pameran foto, namun begitu aku masuk  ke sana, aku sadar bahwa bukan ini yang aku sangka. Nikon menyatakan bahwa mereka tak lebih dari menyewakan tempat mereka tanpa melakukan aksi apapun, tapi tidak, mereka melakukan hal yang lebih dari itu: Mereka memblokir pintu masuk media dan melarang liputan media  bahkan individu yang ingin memfoto pameran. Lebih lanjut lagi, Nikon mengirim tiga pengacara  untuk  mengikuti dan mengaasiku. Pengacara-pengacara tersebut menguping percakapanku dan merekamnya. Aku  menekan (kemarahanku) demi para pengunjung. Namun aku merasa hidup di zaman penjajahan Imperialis Jepang. Alasan Nikon menugaskan pengacara-pengacara mereka mengikutiku adalah untuk menemukan alasan untuk menghentikan pameranku.
Visitor Being Patted Down Upon Entering the Photo Exhibit [6]

Pengunjung biasa (kemungkinan warga negara Jepang) digeledah  aparat keamanan yang disewa Nikon ketika memasuki ruang pameran. Foto diunduh pada laman Facebook Ahn. Digunakan dengan izin.

Dia menambahkan komentar ini [6][ko] pada foto diatas.

이건 분명 인권 침해입니다. 오시는 모든분께 죄송할 따름입니다.

Ini jelas-jelas pelanggaran Hak Asasi Manusia. Aku menyesal bagi mereka yang datang ke pameranku.

Ada beberapa protes kecil yang diadakan oleh kelompok-kelompok sayap kanan di depan tempat pameran. Menurut Ahn dia telah melihat kemungkinan tekanan seperti itu sejak awal. Minggu lalu, Ahn menulis [7][ko]:

다음주부터 전시에 들어갑니다. 지금 일본에서는 우익들의 강한 반발이 시작 되었습니다. 조심하라는 등 지난번보다 협박의 수위가 높아지고 있습니다.

Aku akan memulai pameran foto mulai minggu depan. Sekarang di Jepang, serangan keras kelompok-kelompok sayap kanan telah dimulai. Seseorang mengancamku dan berkata/menulis bahwa aku  harus berhati-hati  dan tingkat kekerasan  ancaman  merekapun  meningkat satu level.

Pengguna lainnya Ahn Hyun [8] membagikan [9][ko] pengalamannya di dinding Facebook Ahn.

건물 입구와 니콘의 홈페에지에는 할머니의 사진전에 관한 정보가 하나도 없습니다. 니콘 살롱 문을 을 여는 순간 니콘 경비원들은 관람자들의 가방을 열어 확인하고, 금속탐지기로 몸을 검사합니다. 오전중에는 여러 우익 단체들이 데모를 하고 전시장으로 찾아와 소란을 피우며 저에게 항의 서한을 전달 하여 했으나 실패하자, 더욱 거세게 소란을 피웁니다. 많은 언론매체가 취재를 위해 왔지만, 니콘의 건물전체 에서의 취재불가라는 이유로 기자와의 대화조차 가로막고 있습니다.결국엔 니콘의 시선을 피해 갤러리 건물을 벗어나는 순간에도 니콘관계자 둘은 건물밖까지 쫒아나와 감시하였습니더. […] 관람객 몇분이 할머니에게 꽃을 가져다 놓았지만, 니콘은 그것 마져 하지 못하게 저지하였고, 좋은일에 쓰라며 주는 기부금도 문제가 된다며 니콘의 변호사가 보관하고 있습니다. – 모든것이 상식밖의 일이고 저의 분노 또한 한계에 다다르는 순간이었습니다.

Aku tidak bisa menemukan informasi apapun mengenai pameran tersebut, baik di pintu masuk gedung, maupun situs Nikon. Ketika kubuka pintu  ruang pameran, petugas keamanan menghampiriku dan mulai membuka tas dan  menggeledah kami menggunakan pendeteksi metal. Pagi harinya, beberapa kelompok sayap kanan menyelenggarakan protes dan menimbulkan kegaduhan. Mereka berusaha memberiku pamflet keluhan namun gagal  dan  akhirnya mereka semakin menimbulkan kegaduhan. Banyak media datang untuk meliput kejadian, namun Nikon menghalangi  kami berbicara dengan jurnalis, mengatakan bahwa liputan di dalam gedung dilarang. Ketika aku melarikan diri dari gedung untuk menghindari pengawasan petugas-petugas keamanan , dua personil Nikon menguntit kami di luar gedung dan mengamati kami. Beberapa orang memberikan karangan bunga kepada perempuan-perempuan tua itu [catatan: mengacu pada Jugun Ianfu, tidak dijelaskan apakah karangan itu diberikan kepada para Jugun Ianfu atau di depan foto mereka]. Namun Nikon melarang pengunjung meletakkan karangan bunga. Sebagian memberi donasi pribadi— Pengacara-pengacara Nikon menyimpan donasi-donasi tersebut seraya mengatakan bahwa kotribusi seperti itu amat problematis. Segala sesuatu di  sana amatlah irasional dan mendorongku keambang kemarahan.

Namun ada juga  dukungan dari [9][ko] warga Jepang:

오늘 셀 수 없을 정도의 많은 분들이 다녀 가셨습니다. […]  저에게 많은 응원을 하시고, 할머니들을 위로하는 일본분들이 많았습니다. 혼란과 뿌듯함이 함께한 하루였습니다. 내일도 우익들의 집회가 예정되어 있습니다. 또 어떠한 난동을 피울지, 니콘의 감시는 어디까지 이어질지, 이 모든것이 할머니를 응원하는 이들을 이길 수 없습니다.

Banyak orang mengunjungi pameran. Sebagian dari  mereka menunjukkan dukungan mereka bagiku dan banyak juga yang mengungkapkan rasa simpati pada para perempuan tua tersebut. Perasaanku bercampur antara bingung  sekaligus dihargai disepanjang hari ini. Namun, protes sayap kanan lain dijadwalkan berlangsung besok. Aku tidak tahu berapa banyak kegaduhan yang akan mereka buat dan berapa lamapengawasan Nikon akan berlanjut, namun tak satupun taktik ini akan menghentikan simpati masyarakat pada perempuan-perempuan tua ini.

Banyak pengguna, seperti @iron_heel [10], berkicau [11] [ko] mengatakan bahwa mereka akan mulai memboikot Nikon. Ini bukan kali pertama ektremis dari sayap kanan Jepang menimbulkan amarah masyarakat Korea, Cina, dan Asia lainnya, yang menderita sebelum dan selama PD II, ketika Jepang menjajah Korea dan sebagian dari wilayah Cina. Pada tanggal 21 Juni, video Youtube [12] dari beberapa anggota sayap kanan menuai kontroversi setelah menegakkan pancang disamping patung Jugun Ianfu. Mereka memanggil perempuan-perempuan  itu “pelacur”.

Kelompok-kelompok ini  juga mengumpulkan tanda tangan untuk petisi [13] [ko] untuk  merubuhkan sebuah monumen peringatan Jugun Ianfu di Amerika Serikat, [14] sekali lagi membakar kebencian lawas antara Jepang dan Korea Selatan.