Minggu ini kita akan berjalan-jalan secara acak untuk mengunjungi blog-blog berbeda, dan topik-topik beragam yang berada di sebuah labirin yang sedikit berbeda dari pasar-pasar acak Aleppo.
Pemberhentian pertama adalah Hanzala‘s Departure unto God, dimana ia menulis tentang keputusannya untuk berhenti kerja:
Kita tinggalkan Hanzala untuk merenungkan keadaan sektor publik Suriah yang terlantar dan keputusannya untuk berhenti, dan kita beralih ke topik yang sedikit ceria.
Seperti setiap hari Jumat, blogosfer dipenuhi dengan bab baru dari cerita kolaboratif Sisi Laut Abufares dan Mariyah. Dalam Bab 29, kamu akan membaca:
Yasmina duduk di sofa di belakangku. Jelas ia sudah melihat lebih dari senyuman seksi itu. ”Oh, Houssam. Oh Tuhan, Houssam.” Ia tidak dapat menampung air matanya lantas ia menangis sejadi-jadinya, aku tahu aku tidak bisa mengecewakannya. Aku hanya berharap Youssef bisa memaafkanku… suatu hari nanti.
“Kita akan pergi saat pagi tiba, Yasmina. Aku akan datang lebih awal. Oke?” Aku berkata setenang mungkin.
Dan tentang topik cinta dan Kasih Sayang, Untold Damascene Stories, blog majalah FW, menerbitkan artikel tentang komersialisasi Hari Kasih Sayang di jalan-jalan di Damaskus:
Bagi penduduk Suriah, yang tidak luput dari komersialisme, ritual hari kasih sayang dimulai sebulan sebelu tanggal 14 Februari. Para pria mulai meminta uang pada teman-temannya: Tidak seorang “pria” manapun ingin terlihat tak berduit di depan pacarnya pada hari Kasih Sayang. Restoran-restoran memasang dekorasi dan penawaran khusus “Hanya Untuk Keluarga,” “Bujangan dilarang.” Mawar merah seharga 50 lira dengan ajaib bertambah satu nol di belakang, menjadi 500 lira. Dan terakhir, perusahaan telepon selular mulai mengirim spam[en] pelanggan mereka dengan pesan massal, seperti: “Kirimkan pesan ke #### tuliskan nama pasanganmu untuk bergabung dalam ‘kompetisi Hari Kekasih’ atau untuk ‘uji kecocokan.’”
Politik juga menjadi topik pokok di percakapan manapun, dan Syria Comment membawa kita pada pembaharuan dan analisa terakhir seputar Suriah dan dunia, dengan judul utama yang provokatif “Apakah Washington Memutuskan untuk Fokus pada Perdamaian Suriah-Israel?“:
Intinya, kembalinya duta besar adalah hal yang baik, tapi ikut andil dalam proses perdamaian yang jelas berlangsung lama dalam proses dan perdamaian yang cepat berakhir akan sulit bagi Suriah, yang tidak memiliki ahli media seperti yang dimiliki Israel. Damaskus sudah tentu takut Mitchell akan menanyakan pada penduduk Suriah untuk bertemu dengan Netanyahu tanpa syarat. Penduduk Suriah yakin hal ini sama saja dengan menormalkan hubungan dengan Israel tanpa hak khusus.
Dan terakhir, kita akan duduk dengan Syrian Foodie in London, dan menyelesaikan tur kita dengan makanan Damaskus yang lezat, Ful Nabit:
Ful Nabit adalah kacang fava (kacang yang biasanya tumbuh di daerah utara Afrika dan barat daya Asia. Klik di sini[en] untuk keterangan lebih lanjut) rebus yang disajikan dengan garam dan jinten. Gerobak penjual akan menyediakan periuk besar dengan kacang yang perlahan terlihat bersinar. Kacang ini disajikan dengan gelas atau mangkuk dan bukannya dengan bungkusan kertas atau piring plastik, yang menurut saya adalah sentuhan indah untuk pengalaman. Biasanya untuk menemani, segelas kuah masakan dan setengah irisan lemon. Kuah masakan yang dibumbui dengan garam, jinten dan perasan lemon ini menjadi teman minuman yang lezat.