- Global Voices dalam bahasa Indonesia - https://id.globalvoices.org -

Filipina: Pohon Dita Menyelamatkan 36 Jiwa Saat Banjir Melanda

Kategori: Filipina, Bencana, Lingkungan Hidup

"Tree of Life" [1]

Sebuah pohon yang dinamai Pohon Dita yang berukuran 40 kaki menjadi tempat berlindung 36 jiwa dari 7 keluarga di Barangay Bagong Silangan [2] (Desa New East), Quezon City, Metro Manila ketika banjir meluap tanggal 26 September lalu. Banjir bandang tersebut merupakan akibat dari curah hujan yang tinggi yang didatangkan oleh  Topan Ketsana [3] yang melanda Filipina bulan September lalu. Banjir tersebut merupakan banjir terparah [4] yang terjadi di negeri dalam kurun 40 tahun terakhir.

Di Perkotaan Manila hanya tersisa beberapa Pohon Dita. Barangay Bagong Silangan adalah sebuah komunitas miskin kota yang terletak di timurlaut ibukota. Lebih dari 30 warga komunitas ini meninggal [5] ketika bencana banjir melanda.

Arkibong Bayan mengkisahkan rincian cerita [6]:

36 jiwa yang berasal dari 7 keluarga memanjat pohon dita ini ketika air banjir mulai meluap dan akhirnya mereka selamat. Mereka berdiam di batang-batang pohon sejak pukul 10 pagi tanggal 26 September hingga pukul 3 dini hari keesokannya, ketika mereka turun dari pohon tersebut karena kedinginan dan kelaparan selama 17 jam, air masih setinggi pinggul. Anggota keluarga tertua berusia 60 tahun dan yang termuda berusia 2 minggu.

Pesan moral: Jangan tebang pohon sembarangan, suatu hari nanti mereka dapat menolong jiwamu. (Dalam kejadian ini, secara harafiah.)

Mereka yang selamat juga mengatakan bahwa ada tiga ekor ular yang berlindung di Pohon Dita.

Selain Pohon Dita yang kita sebut barusan, ada juga pohon lain yang menyelamatkan jiwa para warga desa lainnya.

Sabi ng mga taong nakausap namin nung magpunta din kami dun, maliban sa dita tree, may isa pang puno dun na mas manipis pero mataas din. doon daw sumabit yung isang pamilyang nakasakay sa yero. Meron ding 2 month old baby na natangay ng agos sa puno kaya sinungkit din nila.

Menurut beberapa warga desa, ada sebuah pohon lain (sedikit lebih kecil dari Pohon Dita) yang menjadi tempat perlindungan sementara.Di sana juga menjadi tempat berlindung seorang bayi berumur 2 bulan yang terseret arus hingga mendekati pohon tersebut. Sang bayi terselamatkan.

flood [1]
flooding [1]

TASK FORCE: anak-anak korban topan badai mampu mengunjungi desa dan melihat sendiri “Pohon Kehidupan” [7]

Kami juga diperlihatkan sebuah pohon yang kini kita sebut “Pohon Kehidupan”, atau Pohon Dita tempat  perlindungan 7  keluarga (34 jiwa) ketika banjir melanda dan akhirnya terselamatkan dari banjir bandang.

Warga yang selamat, yang kini sedang mengamati perbaikan rumah mereka, saling bercerita tentang pengalaman mereka hinggap dari satu apat ke atap lainnya, berupaya menjangkau tempat tinggi. Mereka mengenang kejadian saat mereka menolong seorang bayi berusia 2 bulan yang mengapung diatas sebuah atap alumunium.

Arkibong Bayan menerima sebuah komentar dari pembaca yang mengalami peristiwa serupa, dimana sebuah pohon mangga menyelamatkan jiwa pengungsi bencana alam tiga tahun lalu.

Saat Topan besar Reming mengamuk tanggal 30 November 2006, sebuah pohon mangga menyelamatkan 5 jiwa di Padang, Kota Legazpi (Propinsi Bicol di Pulau Luzon). Salah satu dari mereka yang selamat memiliki dua pilihan: berdiam di pohon mangga atau di atap rapuh sebuah rumah. Dia memilih pohon tersebut; mereka yang berdiam di atap rumah rapuh kemudian terseret arus hingga ke laut.

Pesan moral: Tanamlah pohon. Mungkin suatu hari pohon itu akan menyelamatkan nyawamu.

ondoy wrath [6]
ondoy impact [6]

Setelah berhasil selamat dari banjir ganas bulan September lalu, para warga Barangay Bagong Silangan kini menghadapi tantangan yang lebih besar lagi: membangun kembali rumah dan kehidupan mereka. Komunitas itu kini berubah total [1]. Rumah-rumah yang terseret banjir bandang dan infrastruktur sederhana mengalami kerusakan berat.

Mereka bilang bahwa sebelum Ondoy (Topan Ketsana) terjadi, daerah tersebut amatlah padat seperti layaknya daerah miskin perkotaan kebanyakan.

Kini, hanya beberapa rumah yang lumayan kokohlah yang masih berdiri. Dan daerah tersebut kini terlihat lebih lengang dengan tempat-tempat terbuka nan luas — akibat perumahan yang terseret air banjir bandang yang mengamuk.