Guinea: Kesaksian Seorang Tentara Tentang Pembantaian 28 September di Conakry

Wawancara berikut adalah kesaksian dari seorang tentara Guinea yang terlibat dalam aksi penindasan demonstran oposisi di Conakry, di Guinea, pada tanggal 28 September 2009. Wawancara direkam melalui telepon dan disiarkan oleh jurnalis Perancis Olivier Rogez melalui Radio France Internationale (RFI) pada 1 Oktober 2009, dua hari setelah pembantaian Conakry terjadi, dan diterbitkan dalam Bahasa Prancis dalam situs RFI.

Tentara ini memberi kesaksian secara anonim, namun identitas dan pekerjaannya telah diverifikasi dan dijamin kebenarannya oleh koresponden dari jaringan RFI Afrika Barat. Sejak peristiwa tersebut berlangsung, skala penindasan dan pemerkosaan massal dikonfirmasi oleh berbagai sumber dan kesaksianpun bermunculan. Bagaimanapun juga, kesaksian ini mengandung informasi tangan pertama yang mengisahkan situasi angkatan bersenjata  Guinea, kehadiran tentara-tentara asing dalam kesatuan-kesatuan militernya, dan juga memprakirakan munculnya kerusuhan dan juga kenyataan adanya perebutan kekuasaan di dalam angkatan bersenjata Guinea sendiri yang muncul ke permukaan  pada tanggal 7 Oktober [fr].

Radio France Internationale sepakat untuk Global Voices menerjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan menerbitkan wawancara yang dilindungi hak cipta ini dalam situs GVO, dengan tujuan pendokumentasian hak asasi manusia.

Olivier Rogez (Radio France Internationale – RFI): Pak, Anda adalah seorang tentara, yang tergabung dengan BATA, Batalyon Pasukan Terjun Payung Otonom [Guinea], dan Anda adalah salah satu tentara yang terlibat dalam penindasan demonstrasi pada 28 September.

Tentara : Ya, saya ikut andil dalam penindasan berdarah sekitar 28 September di Stadium; memang!

RFI : Saya sebelumnya ingin bertanya kepada Anda jika, menurut informasi yang beredar selama beberapa hari ini, Anda melihat dengan mata Anda sendiri peluru tajam ditembakkan ke arah warga sipil dan para perempuan diperkosa seperti yang digambarkan dalam berbagai kesaksian? Apakah kesatuan Anda dari BATA terlibat dalam tindakan tersebut?

Saya membenarkan bahwa telah terjadi pemerkosaan dan penembakan dengan menggunakan peluru tajam.

Pada pagi hari itu [28 September], ketika Anda dikirim untuk menghentikan demonstrasi oposisi di stadium, apa Anda menerima perintah terarah?

Pada mulanya, para gendarmerie (catatan penerjemah: setingkat polisi pamong praja) diturunkan kelapangan untuk menghentikan demonstran, namun karena para Satpol PP mulai bersitegang dengan para demonstran akhirnya kami diberi  untuk menertibkan para oposisi, yang oleh pemimpin kami disebut “pembangkang”. Lantas kami pergi ke sana. Saya salah satu anggota pasukan itu. Kami tidak bisa tidak mematuhi perintah, yang menyuruh kami untuk pergi dan menertibkan para demonstran, dan memerintahkan kami untuk memberi pelajaran pada mereka bahwa hanya ada satu pihak yang berkuasa di Guinea. Begitu banyak kematian, sampai rasanya mustahil untuk dihitung. Saya merasa lemas, jujur saja, saya merasa lemas. Ada sekitar 160, 180 tewas… Saya bahkan tidak bisa mengatakan persisnya berapa banyak jenazah. Dan saya tahu ketika malam tiba, hari Senin [28 Sept.], mereka menyuruh kami untuk mengumpulkan mayat-mayat. Kami mengumpulkan 47, yang telah dikubur, tapi saya tidak bisa memberitahukan Anda di mana persisnya.

Apakah Anda sendiri yang langsung turun tangan untuk menaruh mayat-mayat ke kamar-kamar jenazah?

Sebagai seorang pegawai negeri yang bertugas.

Anda dipaksa untuk turun dan kumpulkan mayat-mayat?

Kami tidak bisa berkata tidak. Siapapun yang menolak, maka dia akan mati.

Jika Anda menolak, Anda mati?

Benar demikian.

Jadi, Anda dilengkapi dengan senjata dan amunisi?

Kami memiliki senjata dan persediaan amunisi untuk kira-kira  satu minggu, kami dalam situasi siaga.

Dalam seminggu, Anda dalam situasi siaga?

Ya.

Ketika Anda diperintah untuk menertibkan dan memberi pelajaran pada oposan, apakah Anda diperintahkan untuk membunuh lawan para pemimpin politik?

Tidak, tidak diperintah untuk membunuh lawan. Tapi mereka harus diberi pelajaran. Ketika saya bilang “diberi pelajaran”, dalam istilah militer, Anda paham apa maksudnya!

Bisakah Anda menjelaskan lebih spesifik?

Maksudnya menghukum mereka, biasanya, dengan tidak membunuh mereka, tapi menunjukkan mereka bahwa ada yang berkuasa di negara ini. Itulah yang diperintahkan kepada kami.

Banyak kesaksian yang kami kumpulkan menyebutkan tentang pemerkosaan massal dan juga pemerkosaan yang dilakukan  oleh aparat beramai-ramai, pemaksaan pengambilan harga diri, seperti memperkosa wanita dengan ancaman senjata. Apakah Anda bisa mengidentifikasi tentara – atau asal unit mereka – yang ikut andil dalam pemaksaan serupa itu?

Mereka orang-orang dari pasukan pengaman presiden, karena polisi pada saat itu terlambat menanggulangi. Bukan hanya senjata, ada batang kayu juga. Kami menggunakan segala macam. Kami bahkan menendang dengan kaki kami sendiri!

Anda bilang Anda tidak bisa menolak untuk pergi dan menertibkan oposisi. Apa yang Anda rasakan saat ini [1 Okt.]?

Sejak Senin, saya tidak bisa tidur. Saya tidak bisa tidur nyenyak. Saya hanya melihat gambaran mengerikan, mereka yang hidup, mereka yang dibunuh dengan peluru tajam dari jarak dekat… saat ini saya berada di level dimana… saya tidak bisa tidur. Saya mengalami mimpi buruk. Saya tidak bisa tidur.  (menghela napas).

Semua orang terbunuh?

Perintahnya jelas, Pak: membunuh atau dibunuh.

Anda sendiri, apa Anda dipaksa untuk membunuh?

(hening) Sangat sulit bagi saya untuk menjawab pertanyaan ini. Seperti yang saya katakan. Pilihannya hanya membunuh atau dibunuh.

Jadi perintah datang dari orang berkedudukan tertinggi?

Jujur saja, sekarang tidak ada hirarki dalam kesatuan. Anda bisa menerima perintah dari siapapun. Semua orang mengatur. Tidak ada stupun hirarki dalam angkatan bersenjata Guinea. Sungguh kacau balau. (Angkatan bersenjata) kini tak ubahnya satuan gerilyawan. Kami sudah menjadi bagian angkatan bersenjata dalam waktu yang cukup lama, namun sekarang  jujur saja, yang ada sekarang hanyalah kekacauan. Dunia Internasional harus selamatkan kami, bila tidak, saya sangat khawatir akan keberlangsungan negara ini.

Sudah banyak perbincangan mengenai kekacauan dalam angkatan bersenjata. Bisakah Anda ceritakan tentang kekacauan ini? Apakah BATA masih berfungsi dan sampai manakah keterlibatan Anda sekarang? Apakah ada satuan gerilya di dalam BATA?

Ya, memang kesatuan ini termasuk di dalam BATA. Orang-orang  berdatangan. Bahkan ada yang datang dari Liberia, yang dilibatkan dalam angkatan bersenjata Guinea, di dalam BATA, tanpa latar belakang pendidikan, ataupun pelatihan militer sedikitpun. Mereka benar-benar pembunuh bayaran. Jujur saja, saya sendiri seorang tentara, tapi saya khawatir akan negara ini. Bukan dengan semangat semacam itu kita bisa taklukkan kekuasaan. Kita taklukkan kekuasaan untuk menjamin integritas negara kita, agar negara kita menjadi negara demokrat yang hebat. Tapi bukan ini yang sekarang sedang terjadi dalam angkatan bersenjata Guinea. Ini benar-benar memuakkan, kami takut, jujur saja. Bahkan kami, kesatuan militer, kami merasa takut. Sekarang, ada lebih dari 600 orang yang tergabung dalam angkatan bersenjata, orang-orang yang didatangkan dari hutan (gerilyawan), mereka yang berasal dari Liberia. Kami bahkan cemas akan ganjaran (yang akan kami terima).

Sejak kapan Anda berada dalam kesatuan?

Sejak 2002.

Dan sejak Anda bergabung dalam kesatuan, sejak Anda ambil bagian dalam BATA, apakah menurut Anda situasi kini semakin memburuk?

Situasi memang semakin memburuk dari hari ke hari.

Apakah anggota-anggota baru juga dipersenjatai? Apakah Anda mendapat persenjataan baru? Apakah barak-barak kini banyak menerima persenjataan baru?

Setiap hari, persenjataan beredar di barak kami. Mereka yang baru direkrut dan bergabung pun memiliki senjata. Mereka diberi semuanya: granat, senjata tangan, amunisi. Tidak penting bila mereka baru saja bergabung (dalam kesatuan) atau sudah senior. Yang diutamakan adalah pelatihan prajurit dan juga  pelatihan cara berkelahi, itu saja. Ada juga sukarelawan muda yang direkrut, dan terus terang, mereka diajak bergabung supaya penguasa dapat mempertahankan posisi penguasa. Mereka tidak akan mau mengembalikan kekuasaan. Mereka seperti Presiden Conté. Sekarang kami dapat melihat, bahkan kami (para prajurit asli), wajah asli pemimpin ini. Kami (yang adalah anngota asli angkatan bersenjata), berubah menjadi kesatuan yang dimarjinalkan. Kami takut, kami tidak bisa angkat bicara. Sekarang ini, angkatan bersenjata berubah menjadi anarkis, sungguh anarkis, sungguh-sungguh anarkis! Saat ini, Kami tidak kenal siapa lawan, siapa kawan di dalam angkatan bersenjata ini. Sulit membedakan antara kapten dengan kopral. Mereka memukuli Jendral Toto, tokoh pasukan keamanan kepresidenan. Para kopral. Tidak ada lagi disiplin dalam angkatan bersenjata Guinea. Untuk angkatan bersenjata ini, bila tidak ada yang melakukan intervensi dari angkatan bersenjata asing, saya yakin Guinea akan tenggelam dalam waktu cepat ke dalam suasana anarkis, dan suasana anarkis ini akan mulai muncul dari barak kamp Alpha Yaya (barak milik Kapten Camara). Semua bumbu yang pertentangan ada di sana, dalam waktu dekat, di dalam barak kamp Alpha Yaya. Jujur saja, saya khawatir akan nasib negara ini.

Hak cipta: Wawancara oleh Olivier Rogez, Radio France Internationale

Mulai Percakapan

Relawan, harap log masuk »

Petunjuk Baku

  • Seluruh komen terlebih dahulu ditelaah. Mohon tidak mengirim komentar lebih dari satu kali untuk menghindari diblok sebagai spam.
  • Harap hormati pengguna lain. Komentar yang tidak menunjukan tenggang rasa, menyinggung isu SARA, maupun dimaksudkan untuk menyerang pengguna lain akan ditolak.