Dunia Arab: Kebudayaan Merajalela

Sepanjang Teluk berbagai macam festival budaya dan pagelaran sastra berlangsung baru-baru ini dalam beberapa minggu terakhir, dan di pos ini kami menyimak beberapa dari para bloger di masing-masing wilayah yang menghadiri acara tersebut. Bagaimanapun kebudayaan bukanlah zona bebas politik; bahkan pekan raya buku dan festival budaya dapat menjadi sumber ketegangan…

Kita mulai dengan Uni Emirat Arab. Blog Dubai In Vogue menulis tentang suasana yang sarat akan kebudayaan di Abu Dhabi, dan berkata “salah satu tempat yang paling menarik dari semua tujuh Emirat.” Acara besar dalam jadwal kalendar acara adalah Pekan Raya Buku Internasional Abu Dhabi, yang akan diselenggarakan dari tanggal 17 sampai 22 Maret.

Masih di Emirat, Dubai menjadi tuan rumah sejumlah pagelaran sastra baru-baru ini. Existential Al Ain merekam penulis Saudi Rajaa al-Sanea ketika ia sedang berbicara di Festival Sastra Internasional Maskapai Emirat yang diselanggarakan di Dubai pada tanggal 26 Februari sampai 1 Maret (festival ini juga disebutkan dalam blog English PEN World Atlas). Yang kemudian dilanjutkan dengan Festival Puisi Internasional Dubai dari tanggal 4 sampai 10 Maret.

Juga di Dubai, Osama menulis tentang menghadiri acara yang selalu diingat :

ليلة البارحة خضت تجربة رائعة ومثيرة في نفس الوقت، وذلك بعد أن أتيحت لي الفرصة لحضور العرض المثير من CIRQUE DU SOLEIL وهي مجموعة استعراضية عالمية حلت رحالها في دبي بدءا من الخامس من شهر مارس الجاري على أن تستمر عروضها حتى الخامس من شهر أبريل القادم.[…] تذاكر الدخول مرتفعة الثمن بعض الشيء حيث يترواح سعر التذكرة ما بين ٣٠٠ دهم بالنسبة للدرجة الثالثة ويصل إلي ١٠٠٠ دهم بالنسبة لمقاعد الVIP لكنها من وجهة نظري مغامرة تستحق التجربة…

Tadi malam, saya mengalami sesuatu yang menyenangkan dan luar biasa pada saat bersamaan. Saya mendapat kesempatan untuk menghadiri pertunjukkan menyenangkan oleh Cirque du Soleil internasional, dimana pertunjukkan mereka diselenggarakan pada tanggal 5 Maret dan akan terus berlangsung sampai 5 April. […] Harga tiket masuknya agak mahal dengan kisaran harga mulai 300 dirhams[ar] [81 USD] untuk kelas tiga dan 1,000 dirhams[ar] [272 USD] untuk kelas VIP. Bagaimanapun juga, bagi saya ini adalah sebuah petualangan yang sepadan untuk dialami.

Di Bahrain, Musim Semi Budaya baru saja dimulai, suatu festival kebudayaan yang akan berlangsung selama Maret dan April. Mohammed Marhoon manghadiri konser oleh seorang Palestina muda dan seorang musikus Jerman dengan judul Celebrating Jerusalem[en] Rayakan Yerusalem, dan menggambarkan bagaimana acara tersebut di sini [ar].

Di Arab Saudi, Pekan Raya Buku Riyadh sedang berlangsung (3-13 Maret), dan sejumlah bloger menghadirinya. Ahmed di Saudi Jeans berkata:

Sementara saya dengan tulus berharap Departemen Kebudayaan dan Informasi mau membuang kata ‘Internasional’ dari nama yang telah menjadi acara budaya paling penting di kalendar Saudi, saya senang Pekan Raya Buku Riyadh kembali diselanggarakan. Memperhatikan para pengunjung merayakan buku dan membacanya sangat menenangkan hati, apapun keluhan yang saya rasakan tentang pihak penyelenggara dan cara pendekatan mereka.

Ia menambahkan:

Saya rasa pekan raya buku tahun ini lebih bagus dibanding yang sebelumnya, kecuali, tentu, kerfuffles[ar] gangguan oleh pihak polisi keagamaan. […] Mereka membuat onar lagi tadi malam ketika mereka memutuskan bahwa wiraniaga wanita tidak boleh hadir di sana pada hari pria. Para wiraniaga wanita diusir. Saya benar-benar tidak mengerti kegunaan polisi keagamaan di pekan raya buku, tapi ini jelas merupakan bagian dari persetujuan yang harus dibuat oleh Departemen Kebudayaan dan Informasi dengan pihak konservatif agar acara ini bisa terus berlangsung.

John Burgess di Crossroads Arabia mencermati poin Ahmed tentang persetujuan, dan berkata:

Saya sarankan tahun depan, tidak usah pakai persetujuan. Komisi [polisi keagamaan] jelas tidak mengerti pekan raya buku itu tentang apa dan oleh sebab itu mereka tidak diperlukan. Mungkin bila mereka menerbitkan satu atau dua buku, mereka mungkin mempunyai alasan untuk berada di sana. Bacalah buku lebih banyak tentang Islam maka mereka mengerti, bagaimanapun juga…

Bahkan tahun ini Komisi mempunyai ruang tersendiri, yang dibicarakan oleh Ruhsa:

Perubahan yang baru-baru ini terjadi tentang kepemimpinan Komisi oleh Raja Abdullah dicermati oleh orang banyak. Sejak saat itu Pemimpin baru telah mengeluarkan beberapa pernyataan tentang peran baru komisi, dan kebutuhan untuk mengurangi ketegangan. Usaha yang perlu dicatat adalah bilik Humas Komisi di Pekan Raya Buku Riyadh. […] Di bilik ini dapat ditemukan contoh barang-barang yang mereka sita, foto-foto artikel ditemukan saat penggeledahan dan juga alasan MENGAPA barang-barang ini disita. Ada juga beberapa anggota Komisi yang menjelaskan sesuatu hal di bilik yang lumayan populer ini! […] Dilihat dari sejumlah orang yang mengerumuni bilik ini, jelas bilik ini gemilang! Mungkin [Komisi] perlu lebih merangkul melalui cara yang sederhana dan berpendidikan. Cara ini tentu akan memberi mereka kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang lebih ramah dengan para penduduk.

Saudiwoman menyebutkan juga tentang Komisi:

Mereka memang menempati salah satu ruang yang paling besar meskipun tidak terlihat buku secuilpun. Yang mereka pajang hanyalah perangkat sihir yang mereka sita selama bertahun-tahun dan sebuah TV layar datar besar yang memutar video tentang bagaimana mereka menangkis mantra-mantra.

Ia juga berkata:

Dari semua ruangan, saya hanya melihat satu ruangan yang dihadiri oleh seorang wanita. Ia memberitahu saya bahwa ia hanya datang bilamana pekan raya buku dibuka untuk wanita. Ia datang hari pertama dimana hari itu adalah hari pria dan ia merasa kikuk. Jadi kapanpun hari itu adalah hari pria, maka ia meminta seorang pria untuk datang dan menjadi perwakilannya. Ia datang jauh-jauh dari Perancis untuk pekan raya buku payah ini.

Dua pos baru di Crossroads Arabia mencemaskan kebudayaan. Salah satu pos membicarakan tentang artikel di dua surat kabar Amerika mengenai kehidupan kebudayaan sekarang di Arab Saudi, sementara yang satu lagi membicarakan tentang perubahan kebijaksanaan:

Untuk kali pertama, Festival Janadriyah tahunan-suatu perayaan yang disponsori-pemerintah untuk acara apapun yang berhubungan dengan Saudi- dibuka untuk wanita sebagai bagian dari keluarga. Tahun-tahun sebelumnya, pernah ada hari spesial dimana wanita bisa datang, tapi wanita dan hanya wanita saja yang diperbolehkan untuk datang pada masa-masa itu; anggota keluarga pria dewasa tidak termasuk. Ini sungguh, merupakan suatu langkah kecil, namun langkah kecil yang penting.

Penjual madu di Festival Janadriyah di Arab Saudi

oleh Ashraf Osman

Perjalanan berakhir di Irak, dimana Salam Pax menulis tentang politik kebudayaan:

Kira-kira dua minggu yang lalu saya mendengar berita di TV tentang festival Kesenian dan Kebudayaan Iran yang akan bertempat di Teater Nasional dan Istana Seni (sebelumnya Pusat Seni Modern Saddam). Ini berlangsung ketika pihak berwajib negara kami dan pihak berwajib Iran sedang berusaha keras untuk masuk ke dalam daftar Guiness Book of Records dalam hal jam penerbangan paling banyak antara Irak dan Iran dalam kurun waktu lima belas hari. Pertunjukkan Kasih Sayang untuk Umum (public display of affections) yang belum pernah terjadi sebelumnya antara kedua pemimpin dari kedua negara ini membuat para Sunni sangat cemas.

Segera setelah ia melihat poster dengan slogan sebagai berikut:

“Pameran (seni) Iran bertujuan untuk merubah identitas Irak.” dan di bawahnya dengan warna kuning: “(Kebudayaan) Iran adalah sebuah kapak penyeimbang untuk menghancurkan identitas budaya Irak.” Dan gambarnya adalah teater nasional dan istana seni.

Mulai Percakapan

Relawan, harap log masuk »

Petunjuk Baku

  • Seluruh komen terlebih dahulu ditelaah. Mohon tidak mengirim komentar lebih dari satu kali untuk menghindari diblok sebagai spam.
  • Harap hormati pengguna lain. Komentar yang tidak menunjukan tenggang rasa, menyinggung isu SARA, maupun dimaksudkan untuk menyerang pengguna lain akan ditolak.