Bangladesh: Jurnalis warga meliput pemberontakan paramiliter perbatasan

Pagi ini Dhaka diguncang oleh pertempuran di dalam markas besar Pasukan Laras Panjang Bangladesh (BDR – pasukan penjaga keamanan perbatasan negara) yang berlokasi di jantung ibukota. Kabar burung mulai bermunculan, dan tak lama kemudian muncul berita yang mengatakan bahwa para prajurit junior telah memberontak dan mengambil alih markas dan menawan para prajurit senior. Suara tembakan senjata dan mortar terdengar dan media lokal memberitakan 3 warga sipil dan 2 prajurit BDR tewas. Namun, jumlah korban sebenarnya diperkirikan lebih banyak lagi, karena saksi nyata mengatakan bahwa mereka melihat jenazah ditandu ke dalam markas BDR.  Markas dikelilingi oleh penjaga keamanan dan prajurit angkatan bersenjata yang dikirim untuk melumpuhkan pemberontakan, namun anggota BDR menolak mereka. BBC mencantumkan beberapa foto dan beberapa and some kisah latar BDR.

Sempat terjadi krisis informasi dan situs berita online utama negara mustahil diakses, mungkin disebabkan oleh tingginya trafik pengunjung. Maka dari itu, jurnalis warga mengisi kekosongan pemberitaan.

Civilians Fleeing
Warga sipil berupaya menyelamatkan diri. Hak cipta milik Drishtipat dan digunakan dengan seizinnya

Unheard Voice, blog kelompok HAM Drishtipat memulai ajang bloging secara langsung, ajang ini berhasil menghimpun data yang didapat dari saksi mata yang turu memberi komentar pada kolom yang disediakan. Pada tautan berikut dapat ditemukan foto-foto saksi mata  yang dikirimkan pada blog Unheard Voices.

Terdapat berbagai pertanyaan mengenai alasan pemberontakan dan pertanyaan-pertanyaan ini dapat dibaca di berbagai situs media warga dalam Bahasa Bangla dan Bahasa Inggris:

* Perbedaan gaji prajurit angkatan bersenjata dengan BDR luar biasa besar.
* Diskriminasi dan perbedaan perlakuan
* Korupsi yang dilakukan petinggi BDR, terutama mereka yang bergabung dalam Operasi Daal Bhaat
* Mereka tidak pernah dikirimkan dalam misi menjaga perdamaian

Bulan September 2008 lalu, beberapa ketidakberesan dalam Operasi Daal Bhaat disorot dalam blog Bangla.

Berikut video Youtube yang merekam kejadian dimana seorang prajurit yang memberontak mengungkapkan tuntutan mereka [bn] yang di unggah oleh Azadvision:

Ajang bloging dalam Bahasa Bangla Sachalayatan meliput perkembangan terbaru melalui reportase via telepon yang dilakukan para kontributor warga yang berada di ibukota Dhaka. Yang lain memberitakan perkembangan terbaru melalui Twitter seperti Asif Saleh dan Rajputro.

BDFact melaporkan berita terbaru dengan tema-tema berbeda:

Dia menanyakan beberapa pertanyaan yang saling berkaitan:

1. Apakah mereka menuntut sukungan finansial atau tambahan hak-hak istimewa? Sudah berapa lama permintaan ini diajukan atau apa alasan bila belum pernah diajukan sebelumnya? Kita membutuhkan kisah kronologis.

2. Seluruh Komandan Sektor hadir dalam rapat hari ini di Balai Darbar. Ini menunjukan bahwa kasus ini bukan kecelakaan, namun telah terencana. Siapakah dalangnya? [..]

7. Apa yang terjadi kini di luar ibukota? Bagaimana kita  bisa yakin bahwa situasi dilur sana aman terkendali atau tidak?

Hal ini merupakan saat yang menentukan bagi Bangladesh.

Bloger yang sama juga menuliskan tentang fase negosiasi:

15 anggota regu BDR, dipimpin oleh Nanok (menteri negara untuk LGRD), menuju rumah PM untuk memulai negosiasi. Mereka menuntut untuk segera dilepaskan dari kontrol angkatan bersenjata.

Sementara itu, UNB melaporkan bahwa para prajurit mengambil alih kamp BDR Goalkhali tak lama setelah mendengar kabar teman-teman seregu mereka mengambil alih Mabes Larans Panjang  Bangladesh di Dhaka, hal ini memicu tekanan di seluruh kota Selatan.

Journalists
Jurnalis berusaha meliput sambil berlindung dari tembakan. Hak cipta milik Drishtipat dan digunakan dengan seizinnya

Dan dalam blogku, aku menulis:

UNB newsticker memberitakan: “PM memberikan amnesti bagi para pemberontak. Delegasi BDR berjanji menyerahkan senjata.”

Nanok dari LGRD mengkonfirmasi amnesti yang diberikan PM bagi seluruh prajurit BDR yang memberontak. Para Jawans berjanji untuk mengembalikan senjata (kemungkinan besar keesokan paginya. Setelah Angktan Bersenjata dan RAB ditarik). Pemberontak Jowans mengaku ditembaki terlebih dahulu saat pertemuan berjalan di Balai Darbar pagi itu.

Sebuah komentar pada blog Unheard Voices mengungkapkan kenyataan pahit:

Penerimaan tuntutan agenda BDR dengan segera, dapat diartikan sebagai hal berbahaya, karena di masa mendatang kelompok lain dapat dengan mudahnya melakukan hal yang sama bila mereka mereasa termarjinalkan. Di Bangladesh, jika seseorang tidak mengindahkan tuntutanmu, mengamuklah, maka tuntutanmu akan segera dipenuhi. Strategi ini berulang kali terbukti, mulai dari pelajar, buruh pabrik garmen, partai politik, kini para prajurit BDR.

Army
Ack Ack Gun di Satmasjid, Jalan 7A. Hak cipta milik  Drishtipat dan digunakan seizinnya

Sore harinya, Dhaka kembali tenang dan sepi dan Rajputro menuliskan pesan twitter berikut beberapa saat lalu:

rajputrotweet

“BDR menolak menyerahkan senjata mereka pada Angkatan Bersenjata.”

“Dhaka belum melihat amnesti tertulis PM”

Situasi masih jauh dari selesai dan masih belum terkendali penuh. Silakan lihat perkembangan lebih lanjut melalui blog jurnalisme warga yang telah saya sebutkan diatas.

Mulai Percakapan

Relawan, harap log masuk »

Petunjuk Baku

  • Seluruh komen terlebih dahulu ditelaah. Mohon tidak mengirim komentar lebih dari satu kali untuk menghindari diblok sebagai spam.
  • Harap hormati pengguna lain. Komentar yang tidak menunjukan tenggang rasa, menyinggung isu SARA, maupun dimaksudkan untuk menyerang pengguna lain akan ditolak.